"Ahhh Ayahhh.. minggir dulu, anaknya nangis." Wulan berusaha menyingkirkan tubuh suaminya yang berada diatasnya
"Ben-tar enghh nanggung Mahh.." Darsa semakin bersemangat beraksi, sampai dimana dia akan mencapai titik puncaknya dalam peracikan malam ini
"Buruh-an Senah nangisshh"
Seolah tidak mendengar suara tangisan sang anak, Darsa pun melepaskan benih-benih dalam tubuh sang istri. Setelah sang suami telah menghangatkannya Wulan segera menutup tubuhnya dengan sarung sang suami dan cepat naik ke ranjang untuk menenangkan sang anak yang sudah berumur lima bulan.
Sedangkan Darsa masih berusaha untuk mengatur nafasnya setelah bekerja keras malam ini, keras sekali sampai telinganya keras tidak mendengar tangisan anak laki-lakinya. Sejak Rama lahir Darsa dan Wulan membeli kasur lantai yang sengaja mereka gunakan untuk menghabiskan waktu berdua, tidak mungkin mereka akan melakukan atraksi jaran goyang sedangkan ada Sena disamping mereka. Itu sangat saru dan tidak patut untuk ditiru.
"Sssttt... Iya iya, ini Mamah, mimi dulu Nak." Suara lembut Wulan menenangkan Sena, seperti dia terlalu lama untuk menghampiri Sena sampai anaknya sesenggukan
"Iyaa sayang, ini Mama, ayo mimi dulu, Nak."
Bukannya menghisap payudara sang Mama, Sena terlihat enggan untuk menghisap mimi
"Kenapa, kok nggak mau? Ah iya, Mama lupa."
"Yah, ambilin tisu basah coba, anaknya nggak mau mimi nih bekas Ayah."
Kebiasaan Darsa setelah mendapatkan kepuasan dia sering kali langsung tertidur membiarkan Wulan begadang menunggu jam jam bangun Sena untuk menyusu seperti saat ini.
"Ayah! Kebiasaan deh, jangan tidur dulu. Anaknya nangis ini."
"Nangis tinggal kasih mimi nanti juga bakal tenang, Mah." Jawab Darsa enteng
"Ambilin tisu basah itu coba disampingnya Ayah, Anaknya nggak mau mimi bekas Ayah. Dari tadi dikasih tau juga nggak usah ikutan mimi, tetep aja nyosor." Gerutu Wulan sebal, dengan mata yang sudah tinggal setengah watt Darsa meraba meja sebelahnya untuk mencari tisu basah yang diperlukan sang istri
"Melek dulu toh matanya, kalau kayak gitu nggak temu-temu."
Dasarannya Mama Wulan galak, ditambah dia kesal apalagi dia paling nggak bisa mendengar suara tangis anaknya yang semakin keras, kasihan sekaligus risih kalau melihat anaknya kelamaan nangis
"Iya-iya, gualak pol Sen Mama mu."
"Kalau nggak karena Ayah, Mamah yo nggak galak. Ditutup toh, Yah!" Wulan menegur suaminya yang dengan percaya dirinya tanpa mengenakan apa pun, memang kondisi lampu kamar remang-remang namun Wulan melihat jelas bagian tubuh suaminya
"Ditutup apa, wong sarungnya Ayah dipakai Mamah." Bantah Darsa dan Wulan pun menyadari kalau dia masih mengenakan sarung suaminya untuk menutupi tubuh dan mendekapkan Sena
"Tuh dasternya Mamah pakai."
"Ngawur Mamah iku, sini tak usap sekalian."
"Lha iya toh, tanggung jawab." Kata Wulan lalu membiarkan sang suami bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri
Setelah diusap sang Ayah, Sena pun baru mau melahap puting Mamahnya yang selama ini menjadi asupannya.
"Anaknya itu pintar, nggak mau dikasih bekas Ayah."
"Ingat ya Sen, masa sewa hanya berlaku sampai 2 tahun." Ujar Darsa yang sudah mengenakan celana pendeknya lalu kembali tidur di kasur bawah
"Enak aja. Tidur atas aja, Yah. Cuacanya dingin, nanti kalau masuk angin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Darsa
RomanceCerita ini berbau dewasa (18+) (Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love) ***** Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...