Pagi itu Wulan sedikit terlambat bangun sampai dia melewatkan adzan subuh, dan masih nyaman bergelung selimut di ranjang bersama suami tuanya. Sedikit jengkel dan marah dengan Darsa karena semalam tidak hanya sekali Darsa membuahinya, bahkan sejam selang Wulan tertidur Darsa kembali meminta tambahan pertarungan. Wulan yang sudah lelah hanya bisa menurut tanpa menolak sekali pun, walaupun sebenarnya Wulan sangat menikmati sentuhan dari suaminya.
"Ayah kenapa sih dari tadi senyum-senyum terus?" Tanya Rama melihat ekspresi sang Ayah yang sejak keluar kamar sampai sekarang duduk di kursi teras menunggu Anjani yang masih memasang sepatu bersama Rama disampingnya
"Kenapa? Nggak boleh?"
Kedua anak Darsa mengerutkan keningnya, mereka tidak paham akan tingkah Darsa pagi ini, sampai Wulan menghampiri mereka
"Rama sudah bawa botol minum?"
"Sudah Mah. Itu di tas."
Wulan melihat tas dari anak lelakinya dan mengangguk, lalu duduk di kursi samping Darsa sembari memasang sepatu olahraganya, pasalnya Jumat ini ada kegiatan olahraga bersama jadi dia memakai setelan olahraga, begitu pula dengan seragam Rama hari ini.
"Kenapa?" Tanya Wulan ketus merasa diperhatikan suaminya sejak tadi
Darsa berdecak kesal, melihat perubahan mode galak istrinya yang sudah kembali, sangat berbeda saat semalam.
"Lihat istri sendiri nggak boleh?"
"Nggak boleh."
"Kenapa? Udah halal juga."
"Ayo, Rama. Pamit Ayah, udah hampir jam tujuh." Ujar Wulan tanpa menggubris perkataan suaminya, Rama pun berpamitan dengan sang Ayah dan Mbaknya, saat Wulan akan berangkat dia juga menyalami Anjani yang akan diantar Ayahnya
"Hati-hati ya, sekolah yang pintar. Nanti Mama jemput, pulangnya."
Semenjak menikah dengan Darsa, Wulan memiliki banyak perubahan jadwal hariannya, dulu yang setiap pulang sekolah dia mengajar anak anak tetangganya les dirumah dan setelah itu menganggur, kini dia tidak lagi mengajar les dan berganti menjemput anak remajanya yang sudah bersekolah di sekolah menengah pertama, yang agak jauh dari rumah.
"Iyaa Mah." Jawab Anjani, lalu Wulan berjalan menuju motornya yang sudah di siapkan oleh sang suami pagi tadi
"Mamah nggak salim sama Ayah?"
Teguran Darsa membuat Wulan mengurungkan tangannya memegang setir, menoleh sang suami yang berdiri bersandar di tiang kayu teras dengan tangan bersendekap di dada, dilihat kedua anaknya memperhatikan interaksi mereka, Wulan pun berjalan ke suaminya dan mengulurkan tangan meminta tangan suaminya untuk Salim
"Mamah berangkat." Ujar Wulan lalu mencium punggung tangan Darsa, dan Darsa pun menahan kepala Wulan saat akan menjauh, di kecup kening istrinya dan berbisik tepat di telinga kanan Wulan
"Terima kasih, Mama sayang, nanti malam Ayah mau lagi."
Wulan melotot ke suaminya yang mengingatkannya kejadian semalam, padahal dia pagi tadi sudah menahan untuk tidak kesal pada suaminya, karena dia harus berusaha menahan rasa perih dan berjalan seperti biasa, Wulan tidak ingin rekan kerjanya curiga dan meledek cara berjalannya yang sedikit aneh hari ini.
Melihat ekspresi Wulan, Darsa terkekeh senang, menggoda istrinya dipagi hari membuat moodnya semakin baik hari ini.
-°-°-°-°-°-°-
Siang setelah menjemput Anjani dan sholat dhuhur, Wulan menidurkan tubuhnya, dia mengantuk sekali hari ini, tadi saja saat pelajaran berlangsung dia beberapa kali menguap. Darsa yang pulang dari sholat Jumat tersenyum melihat istrinya tertidur, jarang sekali dia melihat istrinya tidur siang, Wulan bukan tipikal orang suka tidur siang, dia akan lebih banyak menghabiskan dengan menonton televisi atau pun film jika ada waktu luang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Darsa
RomanceCerita ini berbau dewasa (18+) (Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love) ***** Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...