Pulang dari sekolah Mama Wulan berencana belanja beberapa buah untuk dirujak nanti siang, melihat Rama yang sudah lelah dan sepertinya mood anak itu sedang kacau Wulan mengurungkan niatnya, alhasil sekarang mereka sudah sampai rumah dengan tangan kosong.
"Mah, pusing." Keluh Rama memasuki kamar Mamanya yang pintunya masih terbuka
"Tumben sekali, anak ini mengeluh ke aku, biasanya aja bungkam."
Batin Wulan, setelah beberapa hari ini Rama bersikap cuek dengannya.
"Ganti baju dulu, nanti Mama ambilkan obat."
Rama pun keluar lalu berjalan ke kamarnya. Tak lama Wulan mengajaknya keluar kamar untuk makan dan meminum obat terlebih dahulu sebelum istirahat.
"Rama kenapa diamkan Mama?"
Rama menghentikan aksi makannya, menatap sang Mama sambung sedang menatapnya juga.
"Mama ada salah?" Tanya Wulan berusaha untuk lebih lembut, tanpa ingin membuat Rama takut dengannya
Rama menggeleng menunduk kepala
"Tapi Mama merasa Rama mendiamkan Mama, benar?"
Rama mengangguk
"Kenapa? Jangan hanya mengangguk dan menggeleng saja, Mama yakin Rama bisa jawab pertanyaan Mama."
"Mamah ada salah?"
"Nggak." Jawab Rama pelan
"Terus, kenapa diamkan Mama?"
"Dek Rama nggak mau punya Adek."
"Kenapa?"
"Punya Adek itu nggak enak, Dek Rama nggak mau mainannya nanti diambil, Dek Rama nggak siap."
"Mama juga nggak siap Ram sebenarnya. Tapi mau gimana lagi, ini sudah terjadi."
"Tahu darimana kalau punya Adek mainannya nanti diambil Adeknya?"
"Di film sama kata teman Dek Rama yang punya Adek."
"Oke, terserah Rama mau nerima Adek dari Mama atau nggak, mulai sekarang terserah Rama mau nganggap Mama apa nggak. Setidaknya Mama usahakan selalu ada saat Rama butuh Mama, jangan diamkan Mama saat didepan Ayah dan Mbak, yang ada nanti kamu yang dimarahin Ayah." Kata Wulan lalu membuat Rama terdiam
"Habis kan makannya, minum obat itu yang udah disiapkan Mama, Mama mau tidur, kalau ada apa-apa ke kamar Mama aja."
Wulan meninggalkan Rama yang masih meneruskan makannya, dia memang tidak pandai untuk mengambil hati anak kecil walaupun sebenarnya profesinya sebagai guru, namun Wulan mendapat predikat guru tertegas di sekolah, makanya dia selalu mendapat kelas entah kelas empat, lima atau enam. Dia paling tidak sabar menghadapi anak kecil.
-°-°-°-°-°-°-
"Rama sakit." Kata Wulan pada Darsa yang baru masuk kamar
"Sakit? Panas?"
"Iya, pusing katanya."
"Udah dikasih minum obat?"
"Udah, dari siang tadi masih tidur sampai sekarang." Setelah perbincangan siang tadi Wulan kembali ke kamar, namun dia sulit untuk istirahat walaupun dia bersikap tegas dengan Rama tadi, dalam hati dia gelisah memikirkan anak sambungnya, akhirnya ia susul ke kamar Rama yang nyenyak tertidur dan ternyata badan Rama basah dengan keringat serta suhu badannya yang panas, membuat Wulan semakin gelisah, namun sebisa mungkin dia tenang untuk merawat anak lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Darsa
RomanceCerita ini berbau dewasa (18+) (Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love) ***** Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...