Wulan jalan-jalan di lorong-lorong puskesmas, dari pagi tadi dia merasakan kontraksi lebih tepatnya mungkin kemarin pagi, namun tidak dirasakan Wulan, sampai dimana pagi tadi dia cek pembukaan di Bidan Desa sudah pembukaan delapan, maka dari itu dia disarankan untuk langsung dibawa ke puskesmas, Darsa yang sudah berpengalaman dua kali pun sangat sigap menemani Wulan yang akan melahirkan.
"Duduk dulu aja."
"Nggak mau, baru juga jalan, Ayah daritadi kenapa toh kok malah nyuruh duduk terus?"
"Ngeri aja lihat Mamah kayak gini."
"Ayah kok akrab sama orang-orang sini?" Bukannya menanggapi ucapan suaminya, Wulan malah menanyakan kenapa suaminya terlihat sangat akrab dengan pegawai-pegawai yang ada di puskesmas, bahkan dengan kepala puskesmas pun suaminya terlihat sangat akrab
"Ya kan sudah terbiasa kesini."
"Kok gitu?"
"Ya proyek pembangunan kan Ayah yang handle."
"Oalah, pantes."
"Ayo, balik ruangan." Ajak Darsa lalu menuntun Wulan berjalan
Perjuangan seorang Ibu memang tidak bisa digantikan oleh apa pun, kodrat seorang wanita memang sudah ditakdirkan untuk melahirkan dan mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang baik, ibaratnya seorang Ibu adalah guru besar bagi seorang anak.
Wulan yang merasakan nikmatnya kontraksi pun menangis mengingat selama ini dia masih sering membantah Ibunya, bahkan dia juga sering tidak mendengar setiap nasihat sang Ibu.
Perjuangan Wulan pun terbayar saat tepat setelah adzan ashar, bayi laki-laki yang berbobot 3,8 kg dengan panjang tubuh 52 cm itu pun terlahirkan dengan sempurna di bulan Ramadhan penuh berkah tahun ini. Darsa yang mendampingi Wulan pun dengan sabar menyemangati sang istri untuk berjuang melahirkan anak mereka.
"Abimanyu Aryasena."
"Nama anak Ayah lho, tokoh pewayangan semua."
"Lha kenapa? Tapi kan bagus, biar tangguh seperti tokoh-tokoh pewayangan."
"Yawes, terserah wes terserah." Akhirnya Wulan menyetujui nama untuk anak lelakinya yang diberikan oleh Darsa.
"Kok nggak keluar-keluar ya ASI-nya Mamah." Keluh Wulan, sejak anaknya lahir tadi sampai malam ini ASI-nya belum keluar sama sekali meskipun tadi sudah dicoba untuk dirangsang oleh Sena
"Ya belum toh Nduk, sabar nanti sedikit sedikit juga keluar." Sahut Wati yang sedang menimang cucu pertamanya
"Yawes, Ayah tak pulang dulu ya? Dania sudah di parkiran, nanti habis isya balik lagi kesini."
"Iya, bawakan Mamah baju ganti juga."
"Iyaa, Bu, kula tilar riyen nggeh."
(Saya tinggal dulu, ya)
"Iya-iya, hati-hati le."
-°-°-°-°-°-
Esok harinya Wulan sudah diperbolehkan pulang, sesampainya di rumah dia disambut oleh tetangga-tetangganya, yang sengaja diundang untuk acara bancaan brokohan atau krayahan.
Acara Brokohan ini memang selalu dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas berkah kelahiran bayi dan keselamatan ibu dalam menjalani proses persalinan. Yang diundang dalam acara ini ialah ibu-ibu tetangga terdekat untuk datang mendoakan bersama-sama, sekaligus tilik bayi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Darsa
RomanceCerita ini berbau dewasa (18+) (Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love) ***** Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...