9

297K 14.1K 418
                                    

Darsa semakin yakin kalau istrinya sekarang sedang mengandung, dia bisa merasakan dan melihat perubahan bentuk tubuh istrinya, terlebih dia sudah memiliki pengalaman sebelumnya pada Ibunya anak-anak, semua yang terjadi pada Wulan dialami juga dengan mantan istrinya dulu. Namun, sepertinya istri mudanya itu belum menyadari apa yang terjadi pada perubahan fisik maupun emosinya.

"Beli testpack gih Mah."

"Testpack? Buat siapa?"

"Buat Mama lah. Kayaknya Mamah lagi hamil deh." Ucapan Darsa menghentikan aksi Wulan mengemil cimol yang sore tadi ia buat dengan Anjani.

"Ck, nggak lah. Mamah nggak hamil."

"Emang Mama udah kedatangan tamu bulan ini? Kayaknya seingat Ayah tiap minggu kita nggak ada absen selama sebulan ini, eh hampir dua bulan loh."

Wulan kembali mengingat beberapa minggu ini, mereka memang rajin melakukan prosesi peracikan tanpa ada libur per minggunya. Apa mungkin siklusnya sedang tidak beres? Atau jangan-jangan benar yang dikatakan Darsa? Namun, Wulan menyangkal pikirannya tadi, dia tidak mungkin hamil secepatnya itu, secara suaminya sudah tua, dan dia tidak percaya dengan kemampuan suaminya, terlebih juga dia belum siap untuk menghadapi masa masa hamil dan merawat bayi kecil yang akan mengubah hidupnya.

"Jangan sok tau, emang belum waktunya datang aja tamunya."

"Ya makanya, biar Ayah nggak dikatain sok tau, Mama cek dulu. Besok beli testpack, kalau nggak langsung ke bidan desa aja, Ayah antar." Kata Darsa masih dengan kekeh dengan perintahnya

"Ck, belum-belum kok. Ngeyel banget sih." Ujar Wulan ketus

"Yawes-yawes. Jangan *nesu gitu ah, sensitif sekali sih Mah."

*marah

"Ngapain tidur-tidur disini, geli Yah." Kata Wulan menyingkirkan kepala suaminya yang baru saja direbahkan di pahanya

"Gaya bener ditidurin gini aja nggak mau."

"Bukannya nggak mau, tapi geli. Jangan gerak-gerak."

Darsa semakin melancarkan aksinya untuk menjahili istri mudanya, dibenamkan kepalanya dan mengecup perut Wulan yang tertutup kain tipis bercorak batik bunga-bunga. Wulan membiarkan walaupun sebenarnya dia menahan rasa geli, dia sangat sensitif jika tubuhnya disentuh oleh orang lain, tak hanya dengan suaminya dengan Ibunya pun dia juga merasa geli, Darsa yang melihat istrinya tenang pun menjalankan tangannya ke benda favoritnya yang kini semakin bertambah volume, ternyata Wulan tidak sadar akan aksi Darsa membuat Darsa sedikit memberikan tekanan dan remasan membuat Wulan kaget dan memukul tangan Darsa.

"Tangannya itu lho!"

Spontan ucapan Wulan membuat Anjani dan Rama yang fokus menonton televisi menjadi beralih mengamati Ayahnya yang terduduk dan mengibas tangan yang panas setelah dipukul Wulan.

"Kenapa Yah?"

"Nih, dipukul Mama, nggak kira-kira kalau mukul, panas nih." Keluh Darsa membuat Wulan semakin tajam menatapnya

"Salah sendiri, tangan Ayah mu nakal." Kata Wulan ketus, lalu berdiri dan berjalan ke dapur, tiba-tiba ia ingin makan mie kuah padahal tadi selepas sholat magrib dia sudah makan bersama dengan suami dan anak-anak, tiba-tiba saja kepingin makan mie dicuaca dingin ini karena di luar sedang hujan deras.

"Mau masak apa?"

"Astaghfirullah." Pekik Wulan terkejut tiba-tiba tangan Darsa hinggap di pinggangnya dan kepalanya menengok apa yang sedang dilakukan Wulan

"Hobi banget sih ngangetin?!"

"Halah, Mama aja yang lebay, Ayah juga mau, tambah lagi mienya."

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang