41

146K 12.9K 1.4K
                                    

Wati terus mendesak Rian agar mau bercerita tentang apa yang terjadi pada Wulan. Terlebih sejak menginjak kaki di rumah, Wulan terus mengurung diri di kamar, dia keluar hanya akan ke kamar mandi dan mencari Sena untuk menyusui anak itu. Wati dan Jati hanya membiarkan, mungkin memang Wulan sedang ada masalah dengan suaminya, mereka hanya berharap agar masalahnya segera selesai dan tidak perlu ada lagi acara pergi dari rumah, jujur saja Jati mengkhawatirkan putrinya namun dia yakin pada Darsa sang menantu tidak mungkin akan membiarkan masalah mereka berlarut-larut.

Sementara di rumah Darsa, Rama terus saja merengek pada Dania untuk diantar ke rumah Mbah Jati, menyusul Mamahnya. Rama menceritakan apa yang dia lihat tadi bagaimana Darsa yang memarahi Wulan dan membanting gelas tepat di depan Wulan. Dania terkejut bagaimana mungkin Darsa bisa bersikap kasar seperti itu, Dania hanya bisa menenangkan Rama agar tidak menangis. Sedangkan Anjani, gadis itu di kamar berusaha menelepon nomor Sang Mamah, namun tidak ada jawaban sama sekali, karena ponsel Wulan memang sengaja tidak dibawa dan ditinggal di kamar. Gadis itu tidak ingin jika Mamahnya pergi meninggalkan dia dan Rama seperti Ibunya dulu.

"Mamah pulang, Mah..." 

*-*-*-*-*

Tepat pukul sepuluh malam Darsa sampai di rumah, dilihat rumah sudah sepi dan dia pikir anak-anak telah tidur, begitu pula dengan Wulan. Berharap sang istri masih terjaga, dia pun masuk kamar berniat akan meminta maaf dan membicarakan beberapa hal dengan Wulan, terlebih kejadian siang tadi yang membuat dia kalut sampai lepas kendali sehingga melampiaskan marahnya pada Wulan. 

Dia sudah bertekad untuk berbicara dengan sang istri malam ini. Namun, dia tidak menemukan siapa pun di kamar, bahkan lemari yang tadi siang dia acak-acak pun sudah kembali rapi membuat dia semakin merasa bersalah. Darsa segera mengecek kamar Rama dan Anjani, ternyata sama, anak-anaknya juga tidak ada di rumah. Dia sudah menduga kalau Wulan pergi ke rumah mertuanya, melihat jam sudah menunjukkan waktu malam dia urungkan untuk menyusul sang istri, mungkin Wulan juga butuh waktu untuk menenangkan diri sebelum nanti mereka akan berbicara.

Berniat ingin mengambil air minum, namun perhatian Darsa tertarik untuk membuka dua kardus makanan berukuran sedang, dia buka dan tanpa sadar dia menitikkan air mata melihat isi dari kardus itu yang berisikan donat dengan tulisan 'Happy Birthday Sena', donat yang istrinya pesan untuk merayakan ulang tahun Sena yang pertama, seharusnya hari ini mereka merayakan ulang tahun Sena bersama-sama, walaupun hanya dengan donat sederhana namun pasti sudah membuat mereka berbahagia. Tapi gara-gara ulahnya, kini istri dan anak-anaknya pergi, meninggalkan dirinya di rumah sendirian.

Darsa merutuki perbuatannya, tadi siang adalah hal terbodoh yang paling  pernah dia lakukan seumur hidupnya. Dia benar benar menyesal dan tidak punya keberanian untuk muncul dihadapan mertuanya, setelah mereka tau apa yang telah dia lakukan pada Wulan siang tadi.

Malam ini Darsa menghabiskan waktunya dengan menyesali perbuatannya, dia tertidur di kursi ruang tengah tanpa membersihkan diri setelah seharian beraktivitas.

-°-°-°-

Wulan keluar kamar setelah menunaikan shalat subuhnya, dilihat sang ibu yang mengaji di ruang tengah pun mau tidak mau dia harus pamit pada Ibunya.

"Mau kemana, Nduk?"

"Mau ambil seragam, sama beberapa bajunya Sena." Jawab Wulan dengan pelan, dia benar-benar enggan untuk bercerita pada siapapun atas kejadian kemarin, bagaimana pun dia harus menjaga nama baik Darsa sebagai suaminya

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang