38

141K 11.7K 582
                                    

Darsa lemas, dia terduduk di kursi tunggu depan ruang IGD, beberapa menit yang lalu dia masih bisa tegar di depan Dania dan Pras, kini dia merasa lemah dan tidak dapat menahan air matanya yang sudah dia tahan selama di depan kedua saudaranya.

Jenazah Mbah Sri telah dibawa dengan mobil ambulans, Darsa meminta Pras dan Dania untuk ikut dalam mobil ambulans dan membiarkan dia pulang sendiri dengan mobilnya yang beberapa jam lalu dia gunakan untuk mengantar sang ibu yang kondisinya kian memburuk. Namun, siapa yang sangka kalau nyawa Mbah Sri sudah tidak dapat ditolong dan berakhirlah, Darsa terduduk di ruang tunggu depan IGD untuk menenangkan dirinya dan mencerna kenyataan yang telah terjadi beberapa menit yang lalu.

Sang Ibu terlah berpulang.

Setelah merasa sedikit tenang Darsa pun memilih untuk pulang, dia tidak boleh terlihat lemah, justru dia harus terlihat tegar dan tabah, bagaimana pun ada banyak hal yang harus dia persiapkan nantinya untuk pemakaman sang Ibu.

Walaupun sebenarnya dia hancur, hancur karena ditinggal oleh sosok yang sangat berharga dalam hidupnya.

-°-°-°-

Wulan yang melihat mobil sang suami pun segera beranjak dan berjalan ke depan untuk menghampiri Darsa. Dia sangat khawatir dengan kondisi Darsa saat ini, Wulan tahu suaminya sangat menyayangi sang Ibu, begitu juga Wulan dia juga sangat sedih merasakan kehilangan sosok mertuanya yang selama ini selalu baik dengan dia.

Tanpa aba-aba Darsa memeluk tubuh Wulan dengan erat, dia tidak dapat menahan diri bahkan dia sampai berteriak di mobil saat perjalanan pulang, berharap dapat mengurangi rasa sesak di dadanya.

"Masuk dulu." Bisik Wulan mengelus punggung sang suami yang masih terisak dalam pelukannya

Wulan membiarkan Darsa duduk di ruang tamu dan dia pun ke dapur untuk mengambilkan air minum untuk sang suami.

"Anak-anak dimana?" Tanya Darsa setelah dia merasa sedikit tenang dan mengembalikan gelas bekas minumnya pada Wulan

"Anjani sama Rama udah di rumah belakang, Sena masih tidur sama Nizam di ruang tengah."

Darsa hanya memejamkan mata dan menyandarkan punggungnya pada sofa, sembari menormalkan nafasnya yang terasa masih sesak.

"Ibu sama Bapak udah dikasih tau?"

"Udah Mamah telepon tadi, paling bentar lagi kesini."

"Ayah sudah nggak punya Ibu lagi Mah, Ayah sudah tidak punya siapa-siapa." Gumam Darsa menatap sang istri dengan tatapan sendu dan menitikan air mata membuat Wulan tak berdaya dan seketika memberikan pelukan pada sang suami

"Ayah masih punya Mamah, Ayah masih punya anak-anak, Ayah nggak sendirian. Ibu sudah tenang Yah, Ayah harus tabah."

Wulan pun menangis dan membiarkan sang suami menyalurkan emosinya, Darsa butuh ketenangan lebih dahulu, sebelum nantinya akan mengurus pemakaman almarhumah Mbah Sri.

Bertepatan adzan subuh, Wati, Jati dan Rian sampai di rumah Darsa. Darsa yang melihat sang mertua pun meminta doa dan maaf, jika selama ini Ibunya memiliki salah pada mertuanya.

"Nggak, nggak ada salah apapun. Mbah Sri orang yang baik, Insya Allah diberi tempat yang terbaik disisi Yang Maha Kuasa." Ujar Jati dan menepuk pundak sang menantu sebelum mereka melepas pelukan

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang