Suasana menjadi tegang saat Darsa dan Wulan memasuki rumah, Dania yang berada disamping Ibu pun tak henti-hentinya menenangkan sang Ibu, Wulan yang memang tidak begitu dekat dengan mertuanya pun dapat merasakan kekecewaan dan kesedihan mertuanya yang begitu dalam.
Dania bergeser membiarkan Wulan duduk ditempatnya sebelumnya, Wulan pun duduk disamping Sri dan berusaha untuk menenangkan ibu dari suaminya.
"Sekarang minta mu gimana?"
Darsa memulai membuka pembicaraan saat semua masih hening.
"Aku mau menikahi wanita itu, siapkan saja pernikahannya dan aku tinggal ijab qobul setelah itu selesai kan?" Jawab Pras dengan enteng justru membuat Darsa geram
"Tinggal ijab qobul jawabmu? Heh, nikah itu bukan hanya sehari dua hari, tanggung jawab mu sebagai laki-laki mana?!"
"Utekmu ki mbuk deleh neng ndi toh Pras, Pras? Mbok yo mikir, kuwi mono anak mu!"
*Otakmu kamu taruh mana toh Pras, Pras? Mbok ya mikir, itu juga anak mu!"
"Aku belum siap nikah Mas, ngerti sendiri kan pekerjaan ku belum tetap masih merantau pindah-pindah, yo beda sama awakmu yang sudah punya kerjaan sukses dan tanah dimana-mana."
"Ini nggak masalah sukses belum suksesnya, kalau awakmu bisa bertanggung jawab sama dirimu sendiri sudah mesti bisa kamu sukses. Gak usah balik rantau, dirumah aja, kerja seadanya, percuma kamu rantau kalau hasilnya hanya kamu pakai senang-senang sendiri, mabuk-mabukan, judi, buat apa? Mbok ya mikir toh Pras, umur mu sudah tidak pantas untuk nakal. Ileng Ibu Pras, ileng perasaan e Ibu. Sampai kapan awakmu seperti ini?!"
Mata Darsa berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat itu, dia teringat saat masa lalunya yang sangat brengsek membuat selalu Ibunya jengkel dan sakit akan setiap kesalahannya.
Pras menunduk dan mencerna setiap apa yang keluar dari bibir Darsa, dia menyesal apa yang telah dia perbuat, harusnya dia lebih memikirkan perasaan Ibunya. Selama ini ibunya sudah memberikan apapun yang dia minta.
Malam itu rumah Sri penuh tangisan haru, Wulan pun bahkan ikut menitikkan air mata saat melihat Darsa, Pras dan Dania merangkul Sri bersamaan.
-°-°-°-°-
"Nggak tidur di luar Mah?" Tanya Darsa melihat istrinya melamun
"Mamah?"
"Tidak mungkin hanya mereka cerai hanya karena Ibunya Anjani ingin menjadi TKW. pasti ada hal lain yang menyebabkan mereka berpisah."
Dalam hati Wulan masih bertanya-tanya tentang hal yang diceritakan Darsa siang tadi"Mamah? Mikir apa toh?"
"Ha?"
"Mamah lho, mikir apa sampai melamun begitu?"
"Gapapa, Ayah tanya apa tadi?"
"Mamah nggak mau tidur luar?"
"Nggak usah, di kamar aja." Jawab Wulan lalu merebahkan diri di kasur dan diikuti Darsa disampingnya
"Mamah mikirin apa? Masalah tadi?" Tanya Darsa merasa tidak beres dengan Wulan
"Tanya kan saja kalau memang Mama ingin tahu, dari tadi Mamah cuma diam."
"Gapapa?"
"Ya gapapa, Ayah akan jelaskan kalau masih ada yang mengganjal dipikirkan Mama. Ayah mending ceritakan sendiri ke Mamah, daripada Mamah tau dari orang lain, memang adanya seperti masalalu Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Darsa
RomansCerita ini berbau dewasa (18+) (Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love) ***** Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...