1

351K 18.8K 1.5K
                                    

Pagi hari selepas subuh rumah Pak Jati sudah ramai orang, ada yang menyiapkan dekorasi, orang catering, perias pengantin dan bahkan dari sana keluarga yang jauh pun sudah datang sejak kemarin sore, tak tertinggal tetangga-tetangga yang kemarin nyinyir mengatakan bahwa Wulan akan menjadi perawan tua kini mereka tidak ada rasa sungkan ikut serta membantu mengurus pernikahan Wulan dan Darsa hari ini.

"Nduk Wulan, coba senyum sedikit, kamu boleh tegang dan takut, tapi tolong usahakan jangan sampai cemberut seperti ini, agar aura pengantin mu keluar." Bisik Bu Dhe Endang, Mbak dari Pak Jati yang sekaligus dukun nganten di pernikahan Wulan dan Darsa

Wulan hanya terdiam dan berusaha ikhlas untuk menerima semua yang terjadi di hari ini, dia akan di peristri oleh Lelaki yang lebih tua lima belas tahun di atasnya, sekaligus menjadi Ibu sambung dari kedua anak Darsa.

Ijab kabul sudah terlaksana dan berjalan lancar, Darsa berhasil mengucapkan ijab kabul dengan sekali ucap. Bahkan Wulan sempat menitikkan air mata, melihat wajah sang Bapak dan ibu yang menatapnya haru, seakan momen ini memang yang sudah ditunggu tunggu oleh mereka. Dalam hati Wulan, ia berdoa agar dia bisa melewatkan kehidupan ke depan dengan baik dan ikhlas.

"Mulai besok kamu pindah ke rumah saya, barang-barang kamu bawa yang sekiranya sangat diperlukan, lainnya bisa dibawa kapan-kapan kalau kita main ke sini." Ujar Darsa pada istrinya yang sibuk membersihkan riasanya

Namun Wulan hanya terdiam, tidak menjawab atau pun menyahuti perkataan suaminya

"Saya keluar dulu, masih ada beberapa saudara yang di depan. Tidak enak kalau ditinggal begitu saja." Kata Darsa lalu keluar kamar yang luasnya tidak seberapa, namun kamar tersebut ialah tempat ternyaman bagi Wulan

Setelah melihat sang suami keluar Wulan mendesah, rasanya masih sulit bagi dia untuk menerima Darsa menjadi suaminya secepat ini.

Setelah membersihkan diri dan Wulan keluar kamar dengan memakai dress batik yang sama dengan sang suami, hal tersebut tentu bukan keinginan dari Wulan, baju sarimbit itu hadiah dari Ibunya Wulan, mau tidak mau Wulan memakai baju tersebut untuk menghargai pemberian sang Ibu.

Dilihat rumahnya yang sudah agak sepi, karena setelah acara pesta kecil kecilan tadi segala dekorasi sudah diangkut kembali menyisakan kursi-kursi dan meja yang masih ada beberapa teman atau saudara dari Darsa.

"Baru selesai mandi, Mbak?" Sapa Dania adik perempuan Darsa yang umurnya juga jauh diatas Wulan, namun karena Wulan menikah dengan Darsa dia menghormati wanita yang baru dinikahi Masnya dengan memanggil Mbak walaupun dia lebih tua dari Wulan

"Hmm, iya, Mbak." Jawab Wulan dengan kikuk dan berusaha beramah tamah dengan yang lain

"Sini Nduk." Ujar Sri Ibu Darsa yang usianya sudah tak lagi muda, Wulan pun duduk di samping mertuanya itu dan menyimak obrolan obrolan dari dua keluarga nya sampai dimana rombongan Ibu mertuanya itu berpamitan pulang bersama anak Darsa yang ikut dengan Mbah putrinya

"Mbak, bojomu diajak makan dulu sana, dari tadi siang belum makan lho, mbok ya ndang di ladeni."

Wulan pun memandang suaminya yang masih asyik ngobrol dengan saudara-saudaranya. Harus kah dia menghampiri suaminya untuk mengajak makan ? Namun Wati, Ibu nya melotot agar dia segera menuruti perintahnya

"Eh, Mbak Wulan, mau apa Mbak? Manggil Mas Darsa ya?" Goda Pras adik terakhir Mas Darsa yang seumuran dengan Wulan, dia memang terlihat tengil dari wajahnya saja sudah terlihat

"Di suruh makan dulu sama Ibu." Kata Wulan dengan datar, menatap suaminya sekilas tanpa menggubris candaan iparnya

"Eh diajak makan toh, kirain mau ngajak ke kamar Mas." Kata Pras pada Darsa yang hanya tersenyum tipis, menyusul istrinya yang sudah masuk ke rumah lebih dulu.

Darsa memahami sikap istrinya, mungkin memang perlu waktu untuk sang istri menerima pernikahan mereka yang sangat mendadak bagi Wulan. Namun, Darsa tidak akan menyerah untuk meluluhkan hati Wulan dan kepribadian Wulan yang memang dasarannya cuek.

"Terimakasih." Ucap Darsa saat istrinya membereskan piringnya setelah selesai makan

"Kalau capek tidur duluan, Saya mau menemani Bapak jagong tamu."

"Iya." Jawab Wulan singkat lalu meninggalkan Darsa yang masih duduk di kursi makan memandangi Wulan berberes peralatan makan mereka

"Sabar Dar, istri mu itu belum pernah kamu kasih jaran goyang, tunggu aja kalau udah merasakan jaran goyangmu, bisa bisa nggak mau lepas dari kamu barang sebentar." Batin Darsa pada dirinya sendiri.

-°-°-°-

"Mbak Anjani, Dek Rama, salim dulu sini sama Mama." Suruh Darsa pada anak anaknya yang menyambut kedatangan mereka

"Mama? Siapa yang dipanggil Mama? Aku?" Batin Wulan mendengar perkataan Darsa pada anak anaknya

"Kenapa harus Mama?" Tanya Wulan ketus pada suaminya

"Karena anak anak panggil Ibu kandungnya, Ibu, jadi biar beda panggilnya."

"Mbak Jani, antar Mama ke kamarnya Ayah ya. Adek bantu Ayah bawa kardus di depan." Kata Darsa lalu meninggalkan anak perempuannya yang sudah menginjak remaja dengan ibu sambungnya, walaupun sudah pernah berhubungan baik dengan Wulan namun anak itu terlihat canggung.

"Hmm, mari hm-"

"Panggil Ibu aja kalau kamu masih canggung." Kata Wulan, mengerti kalau anak di depannya itu canggung dengannya

"Hmm iya Bu Wulan, mari Jani antar ke kamar Ayah."

Lalu mereka berjalan beringingan sampai di depan pintu kayu jati, dan dia pun masuk setelah pintu itu dibuka oleh Anjani.

"Ini kamarnya Ayah, Bu. Hmm- Anjani keluar dulu, mau bantu Ayah." Pamit Anjani dan Wulan hanya tersenyum mengangguk

Setelah menutup pintu, dia mengamati kamar tersebut, terdapat ranjang  berukuran besar, almari dari kayu yang besar berada di pojok kiri jendela kamar tersebut, ditambah lagi dengan meja kerja serta bufet meja rias yang menghadap ke ranjang, tidak ada kamar mandi di dalam kamar tersebut, bahkan rumah Darsa ini hanya satu lantai namun untuk luasnya jangan ditanyakan, dan rumah Darsa jika di lihat dari luarnya saja terbilang sederhana namun megah karena terbuat dari kayu asli dengan penuh ukiran-ukiran, menambah suasana sejuk dan kejawa-jawaan, persis dengan rumah impian Wulan selama ini, sederhana namun memiliki estetika sendiri.

Wulan hanya banyak berharap kalau dia bisa menempatkan diri dan berlaku sebagai istri sekaligus Ibu sambung yang baik untuk Darsa dan anak anaknya.

-°-°-°-°-

Part 1
Selasa, 8 September 2020

Semoga suka ❤️

Jangan lupa vote dan komentarnya

-shejasmine-

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang