39

114K 9.9K 363
                                    

Anjani memasuki rumah setelah keluar untuk membeli peralatan sekolahnya di warung yang tidak jauh dari rumahnya, namun langkahnya terhenti ketika melihat sang Ayah yang sedang duduk di teras menghisap sebatang rokok dengan nikmat. Baru kali ini dia melihat sang Ayah menyentuh rokok lagi setelah beberapa tahun belakang Darsa tidak mengkonsumsi benda tersebut.

Namun Anjani memilih diam dan berjalan ke dalam tanpa menegur sang Ayah yang memang posisinya duduk membelakangi pintu rumah.

Melihat Rama dan Sena sedang bermain di ruang tengah pun dia menghampiri kedua Adeknya.

"Mamah kemana, Dek?" Tanya Anjani pada Rama

"Bikin kopi buat Ayah." Mendapat jawaban dari Rama, Anjani pun mencari Mamahnya ke dapur, dan benar Mamahnya sedang menyeduh air untuk membuat kopi untuk sang Ayah

"Mamah.."

"Iya Mbak? Ada pesenan Mamah?"

"Ini." Tunjuk Anjani memberikan pesanan Wulan saat ia akan keluar ke warung tadi

"Buat Ayah ya Mah? Kok Ayah rokok lagi sih? Padahal udah beberapa tahun udah nggak rokok lho."

"Biarin aja, yang penting nggak rokok didepan kalian."

Wulan pun tau kalau beberapa hari belakang sang suami merokok, hal yang baru dia ketahui setelah mereka berumah tangga dia tidak pernah melihat Darsa merokok. Dia memaklumi kalau memang itu masih tahap wajar dan tidak merokok didepan anak-anak. Namun, lama kelamaan dia tidak bisa membiarkan Darsa terus-terusan mengkonsumsi rokok, selain untuk kesehatan Darsa sendiri dia juga ingin melindungi anak-anaknya dari bahaya dari perokok pasif.

Mendengar jawaban sang Mamah Anjani hanya mengangguk dan menurut, walaupun sebenarnya dia sangat tidak suka kalau Darsa merokok, dia paling tidak suka dengan asap rokok setelah tahu bahayanya mengkonsumsi benda tersebut. Dulu dia bersyukur saat Darsa sudah tidak mengkonsumsi rokok lagi, namun baru kali ini dia melihat sang Ayah kembali menyentuh benda tersebut setelah beberapa tahun ini.

Wulan pun memberikan secangkir kopi dan sebungkus rokok untuk sang suami yang ada di teras rumah, dilihatnya Darsa sedang menatap layar ponsel tanpa menghiraukan kedatangannya. Wulan letakkan cangkir dan sebungkus rokok di meja bundar depan Darsa dan berhasil membuat Darsa mengalihkan pandangannya pada sang istri yang ikut duduk di kursi depannya hanya berbatasan meja

"Buat stok besok." Ujar Wulan saat Darsa menatapnya penuh tanya

"Ngapain dibelikan? Ayah kan bisa beli sendiri."

"Emang kenapa kalau Mamah mau belikan? Nggak mau? Besok kalau udah habis bilang aja sama Mamah, sekalian Mamah belikan satu slop buat stok."

"Nggak usah, Ayah bisa beli sendiri." Jawab Darsa lalu kembali menghisap rokoknya dengan nikmat

"Sena udah tidur?"

Wulan menggeleng sebelum menjawab pertanyaan Darsa, "Masih main sama Rama."

"Lusa ulang tahun Sena." Lanjut Wulan dan Darsa pun mengingat-ingat hari ini tanggal berapa dan dia baru menyadari saat Wulan memberi tahunya

"Mau dirayakan?"

"Huhhh.. kayaknya nggak perlu, lagian dia juga belum paham." Jawab Wulan, mengingat kondisi keluarga mereka yang masih berkabung semenjak kepergian Mbah Sri, namun pelan-pelan mereka juga sudah terbiasa untuk menjalani kehidupan yang baru dan mengikhlaskan kepergian sosok Ibu, mertua dan simbah bagi mereka, namun tidak dengan suaminya beberapa hari belakangan

"Jangan masuk rumah, kalau rokoknya belum habis." Ujar Wulan sebelum meninggalkan Darsa sendirian di teras menikmati setiap hisapan dari setiap batang rokok yang masih membara

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang