35

155K 10.8K 517
                                    

"Mamah.."

"Iya?"

Wulan menoleh pada Anjani yang ikut berbaring di ranjang kamarnya.

"Adek tidur ya?"

"Iyaa, habis nangis lagi, kayaknya gusinya gatal pengen gigit-gigit terus." Jawab Wulan mengelus lembut rambut Sena yang sedang menyusu

"Kasihan Cen-cen, rumah jadi sepi gara-gara kamu sakit. Biasanya aja, kalau Mbak pulang sekolah udah disambut teriakannya."

"Ya gapapa Mbak, cuma dua hari ini aja Cen-cennya mode kalem, besok udah aktif kok Mbak, ya Cen yaa.." Balas Wulan lalu mencium kening Sena, dalam hati dia berdoa agar Sena selalu sehat dan tidak sakit lagi, kejadian kemarin benar-benar membuat dia khawatir setengah mati, siapa sih yang tidak khawatir melihat anaknya yang biasa aktif tiba-tiba jadi lemah dan hanya bisa menangis tanpa bisa mengadu

"Mbak Anjani tadi mau apa?" Tanya Wulan membuat Anjani ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu pada Mamanya

"Hm, Mah? Boleh nggak Mbak beli sepatu lewat online?"

"Sepatu yang gimana?"

"Sepatu ala-ala Korea gitu Mah. Jadi tuh ada acara ulang tahun sekolah, nah ada lomba dance antar kelas terus sepatunya harus kembar biar bagus, untuk kostumnya udah ditanggung sama iuran kelas, terus untuk sepatu kita diminta beli sendiri-sendiri." Jelas Anjani, Wulan pun mengubah posisinya setelah Sena melepas hisapannya dan mulai tertidur pulas

"Coba sini Mamah lihat."

Anjani menyerahkan ponselnya dan memberikan pada Wulan.

"Belinya ini bareng-bareng?"

"Iyaa Mah, jadi nanti ongkos kirimnya patungan."

"Iya udah beli aja, nanti Mamah kasih uangnya."

"Beneran Mah?"

"Iyaa pesan aja."

"Oke, makasih Mamah." Ujar Anjani dengan ceria

"Sama-sama, Rama kemana Mbak?"

"Tidur di ruang tengah, ketiduran tadi nonton TV, tapi udah tak matikan kok mah TV-nya."

"Mana hujannya deres banget lagi, Ayah tadi gimana ya Mbak."

Mengingat Darsa yang pulang dari proyek siang tadi dan terburu-buru ke sawah untuk melihat nasib tanaman jagungnya yang baru ditanam beberapa hari yang lalu.

"Lho, Ayah udah pulang toh Mah?"

"Udah, siang tadi, habis dhuhur buru-buru ke sawah, kan baru kemarin ditanamin jagung, kebanjiran nggak ya sawahnya." Gumam Wulan mengkhawatirkan sang suami

"Ya Allah, semoga aja nggak ya Mah. Kasihan Ayah, sampai hujan-hujanan gini."

-°-°-°-

Hujan masih terus berlanjut sampai waktu magrib, Darsa memang sudah di rumah sejak satu jam yang lalu. Saat ini dia sedang berkumpul dengan anak-anak dan istrinya di ruang keluarga, walaupun badannya di rumah, namun Darsa tidak bisa membohongi diri kalau masih memikirkan nasib tanaman jagung yang ada di sawahnya. Cuaca memang tidak bisa diprediksi, bulan ini yang seharusnya sudah memasuki kemarau malah hujan turun dengan deras menyebabkan sawah Darsa terkena banjir, akibat saluran dari sawah sekitarnya.

"Sena, udah jangan minta jalan terus, Mas Rama ya capek toh, le." Kata Wulan melihat Sena yang tidak mau lepas tangan Rama, agar Rama mau menuntun Sena belajar berjalan langkah demi langkah.

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang