30

211K 10.9K 324
                                    

"Nanti kalau udah sampai kabarin Mamah." Ujar Wulan mengingatkan Darsa saat akan berangkat ke kota untuk meninjau pembangunan rumah Dhimas yang dikerjakan tim Darsa beberapa bulan ini, dan pagi ini dia akan ditemani Pras untuk berangkat

"Iyaa Mamah, nanti Ayah kabarin. Beneran pada nggak mau ikut?"

"Nggak lah, anak-anak juga kudu sekolah, nanti aja kalau mereka udah pindahan." Jawab Wulan lalu Pras pun muncul dari balik pintu, dan Darsa segera berpamitan pada istri dan anaknya

"Ya udah, ini Senanya, Ayah berangkat dulu." Darsa memberikan Sena ke gendongan Wulan, Sena memang sudah terbangun sebelum subuh tadi, sepertinya memang Sena ingin mengantar keberangkatan Ayahnya ke kota pagi ini

"Mbak Anjani, Ayah berangkat dulu ya, nanti bilangin Rama kalau Ayah udah berangkat." Pamit Darsa lalu mencium kening Anjani yang sedang menonton televisi, jangan tanyakan Rama sudah pasti kembali tidur setelah sholat subuh

"Hati-hati." Kata Wulan saat mencium punggung tangan suaminya, lalu dibalas Darsa dengan mencium keningnya

"Ayah berangkat dulu ya."

"Da da, Senaaa..." Pamit Darsa pada Sena yang tertawa ceria dalam gendongan Mamanya

"Berangkat dulu Mbak, da.. Sena, Mbak Anjani." Sapa Pras pada ipar dan keponakannya

"Iyaa, dada Om.."

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsallam.."

"Mbak, nitip Adek ya? Mamah mau ke kamar mandi dulu." Ujar Wulan memberikan Sena pada Anjani, Anjani pun memangku Sena yang sudah berumur tujuh bulan ini, bayi gemol Wulan ini sudah bisa duduk sendiri dan bahkan beberapa kali Sena juga sudah mulai bisa merangkak, sepertinya dia sudah tidak sabar untuk segera besar dan mendapatkan hadiah Adek dari sang Ayah

-°-°-°-°-

"Mbak Anjani, nanti kalau pulang sekolah dijemput Om Rian ya? Soalnya Bu Kek Dania mau nemenin Tante Nita check up, Mbak Yani juga libur hari ini."

"Berarti nanti pulang ke rumahnya Mbah Wati, Mah?"

Wulan mengangguk sembari membenarkan gendongan Sena, hari ini dia harus mengantarkan Sena ke rumah Ibunya terlebih dahulu, karena memang Dania harus mengantarkan Nita ke rumah sakit dan Mbak Yani pun izin ada saudara yang sedang mengadakan kajatan, sedangkan Wulan tidak tega jika menitipkan Sena pada Mbah Sri yang sudah sepuh sedangkan Sena saja sudah semakin aktif setiap tingkahnya

"Iyaa, gapapa ya berangkatnya juga diantar Om Wito?"

"Nggak papa Mah, nanti siang bilang aja sama Om Rian, Mbak biasa nunggu jemputan di depan Indomaret ya."

"Iya nanti Mamah kasih tau. Mas Rama, ayoo Nak, buruan, udah jam setengah tujuh lho." Panggil Wulan pada Rama yang masih menonton kartun

"Kebiasaan Dek Rama itu, laporin ke Ayah lho."

"Iya-iya ini berangkat." Jawab Rama dengan cemberut, dia masih kesal karena pagi tadi tidak dibangunkan saat Ayahnya akan berangkat, padahal semalam sudah diberitahu oleh Darsa, jika Darsa akan berangkat pagi setelah subuh

"Jangan cemberut lagi Mas, wong Ayah aja udah bangunin Rama, tapi nggak bangun-bangun, Ayah cium Rama juga kok, sebelum berangkat tadi." Kata Wulan dengan merapikan rambut Rama yang sedikit berantakan

"Iya udah, hati-hati ya Mbak nanti, kunci rumah titipin ke Mbah aja. Mamah berangkat dulu."

"Hati-hati, Mamah. Dada Cena gemolll.."

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang