53

139K 12.5K 618
                                    

Holla!

Makasih ya buat masukan dan saran kalian semua. Semua sudah aku tampung dan pikirkan, namun aku juga sudah mempunyai konsep sendiri untuk apapun yang kalian sarankan.

Terima kasih banyak, dan jangan bosan baca cerita ini.

Happy reading ❤️

oOo

"Kalau malam ngajakin begadang nggak Mbak?" Nita mengayun tubuhnya pelan menenangkan Shinta yang tertidur di gendongannya

"Wah, ampun Ta, semalam aja nggak tau sampai jam berapa digendong sama Ayahnya, aku udah ngantuk banget."

"Oalah, tapi nggak nangis kan?"

"Nangis sih nggak, tapi kalau ditidurin di kasur itu nggak tenang, menggeliat terus kalau udah digendong apa dipangku pasti tenang boboknya."

Nita tersenyum mendengar cerita Wulan, dia pun menciumi pipi gembul Shinta dengan gemas

"Kayaknya manja banget sama Mas Darsa ya Mbak?"

"Pol, dari dalam perut aja udah manja." Jawab Wulan dengan terkekeh

"Beda banget sama hamilnya Sena dulu yang bawaannya kesal terus sama Ayahnya, eh tapi sekarang malah nempel terus." Tambah Wulan mengingat saat dia hamil Sena dulu

"Tapi kalau cewek gitu nggak sih Mbak? Emang bawaannya pingin diperhatikan terus. Nah iya sama sih dulu waktu aku hamil Nizam juga gitu sebel banget sama Mas Pras, sampai hal sekecil apapun jadi ribut. Untungnya Mas Darsa termasuk sabar lho Mbak, kalau Mas Pras mah nggak aku marah dia juga ikutan marah, gitu terus."

"Haha, iya Ta, Alhamdulillah, Ayahnya anak-anak sabar pol." Jawab Wulan dengan bersyukur, ya Wulan sangat bersyukur karena dia memiliki suami yang sabar macam Darsa.

Obrolan mereka terhenti saat Nizam menangis dan Wulan sudah menebak ini pasti ulah dari Sena, anaknya. 

"Lho, kenapa le cah bagus? Diapain Mas Sena?" Wulan mencoba menanyai Nizam, namun anak itu enggan dan memilih untuk memeluk kaki Ibunya

"Kenapa? Kok cengeng toh, Zam kamu?"

"Halah palingan juga dijahilin Masnya, Sena... Sena.." panggil Wulan lalu Sena muncul jadi ruang tamu dan berjalan santai ke arah Mamahnya tanpa rasa takut

"Apa Mamah?"

"Dik Nizam kenapa kok nangis? Mas Sena apain, hayo?"

"Ha? Cena dak apa-apain Ijam, Mamah, Ijam nangis endili."

"Iya Zam? Kata Mas Sena nangis sendiri? Sini Ta, Shintanya kasihan sampai gitu nangisnya." Ujar Wulan kasihan melihat keponakannya menangis sampai sesenggukan

Nita pun menenangkan Nizam setelah memberikan Shinta pada Wulan. Ternyata setelah merasa tenang, Nizam mengaku kalau rebutan mainan sama Sena, dan Sena mencubit pipi Nizam sampai akhirnya Nizam menangis. Wulan pun hanya menggeleng kepala mendengar jawaban Nizam saat ditanyai oleh Nita. Hal ini tidak terjadi hanya sekali dua kali, tak jarang Nizam menangis karena udah jahil Sena.

"Anakmu Yah, si Nizam dibikin nangis lagi." Adu Wulan pada sang suami yang sudah berganti baju sepulang dari sekolah Rama

Darsa yang sedang menggendong Shinta pun tersenyum sebelum menjawab perkataan istrinya, "Apa lagi ulahnya kali ini?"

"Gantian pipinya Nizam dicubit gara-gara rebutan mobil-mobilan yang kemarin dibeliin sama Rian, Sena kan suka gemas sama adiknya makanya Mamah takut banget kalau dia nanti gemas sama Shinta."

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang