18A

221K 11.4K 206
                                    

"Iyo, tak akui aku sama ibunya Anjani melakukan hal itu sebelum nikah, tapi demi Allah aku langsung bertanggung jawab menikahi dia, tanpa menunggu dia hamil dahulu, setidaknya aku sadar untuk bertanggung jawab lebih dulu, tidak seperti kamu yang menghindar dari wanita itu yang sedang mengandung anakmu!" Ujar Darsa lantang membuat Wulan tertegun mendengar pengakuan suaminya.

Setelah Darsa mengatakan hal tersebut, dia keluar dari rumah ibunya dan terhenti ketika menyadari seseorang yang berdiri disamping pintu menatapnya dengan datar.

Darsa mengusap wajahnya lalu membuang nafas kasar, sudah yakin kalau istrinya mendengar apa yang barusan ia katakan.

"Kita bicara di rumah." Kata Darsa lalu berjalan lebih dulu kembali ke rumahnya

Wulan pun menurut lalu sesampai di rumah ia tidak langsung mengintrogasi suaminya, dia membiarkan Darsa untuk mendinginkan kepala agar tidak tersulut emosi kembali.

"Mamah dari mana? Mbak bangun tidur rumah sepi."

"Dari belakang, udah mandi?"

"Udah Mah, udah sholat sekalian."

"Ya udah, cariin Adeknya sudah ashar belum pulang juga, Mama mau ashar dulu."

Setelah sholat ashar dan bergantian dengan Darsa, Wulan pun mandi dan menyiapkan diri untuk mendengarkan cerita sang suami.

"Kunci pintunya." Kata Darsa saat Wulan masuk kamar

"Sini." Kata Darsa menepuk kasur sebelahnya meminta Wulan untuk duduk disebelahnya

"Mamah dengar apa tadi?"

Wulan menggeleng, dia hanya ingin suaminya bercerita tanpa pancingannya

"Dulu Dewi Ibunya anak-anak adalah temannya Dania, bisa dibilang sahabat baik. Dia sering main kesini dan bahkan sering menginap disini, dulu masa muda Ayah sangatlah nakal, pulang malam, sekolah sering bolos, nggak pernah bantu orang tua bahkan Ayah terlalu brengsek disaat itu. Karena sering bertemu kami saling tertarik, Ayah ajak dia pacaran dia terima dan kami menjalani hubungan tanpa ada orang yang tahu, bahkan Dania pun tidak tahu. Ayah merantau ke Jakarta dan hanya berkirim surat pada Dewi, mulai saat itu Ayah mulai kembali ke hidup yang baik. Saat Dania dan Dewi lulus Ayah putuskan balik kampung, sebelum Dewi akan berangkat ke luar negeri menjadi TKW bersama saudaranya, namun saat Ayah pulang ternyata Ibu sekeluarga tidak ada di rumah,dan saat itu juga Dewi datang ke rumah, bagaikan mendapat jalan dan kesempatan kami bertemu rindu sampai pada akhirnya melakukan hal yang tidak diperbolehkan."

"Ayah sadar, apa yang Ayah lakukan saat itu salah, Ayah tanggung jawab dan meminta Almarhum Bapak meminangkan Dewi, awalnya Dewi tidak mau dan tidak ingin menikah, sampai dimana Ayah jujur ke Almarhum Bapak akhirnya almarhum Bapak jujur pada orang tua Dewi, dan kami dinikahkan, setelah menikah kami malah canggung dan seperti menjadi orang lain, tidak seperti kami menjalin hubungan dulu, Dewi yang memiliki keinginan menjadi TKW pun gagal karena menikah, sampai dia menerima dengan pasrah saat dinyatakan sedang hamil Anjani. Kami menjalani kehidupan rumah tangga dengan datar, selayaknya orang saling membutuhkan selama bertahun-tahun, Ayah hanya perlu kerja dan bertanggung jawab atas mereka, bukan dengan hal yang lain, tepat saat umur Rama satu tahun puncaknya Dewi meminta Ayah untuk gugat dia, ternyata keinginan dan impian dia menjadi TKW tidak berhenti disitu juga, setelah perceraian kami resmi dia berangkat keluar negeri, maka dari itu anak-anak bersama Ayah. Karena memang sudah keinginan dari Ibunya." Jelas Darsa membuat Wulan tertegun

"Dan masalah Pras tadi, dia menghamili anak gadis desa sebelah yang juga merantau bersama dia, mereka sama-sama di satu kerjaan, dan sudah dua minggu ini Pras menghindari wanita itu setelah diberi tahu kalau wanita itu mengandung, sampai siang tadi orang tua wanita itu ke rumah ibu, dan tak lama Pras sampai rumah."

"Ayah nyesal Mah, Ayah nyesal di masa muda Ayah, Ayah sangat bandel sama Bapak dan Ibu, Ibu bolak balik masuk rumah sakit karena kelakuan Ayah, Ibu punya sakit jantung beliau sering kumat saat ada masalah dan banyak pikiran, saat menikah dan meninggalnya Bapak, Ayah sadar seketika Ayahlah yang akan menjadi kepala keluarga di keluarga ini, maka dari itu kehidupan Ayah berubah menjadi 360°, terlebih saat memiliki Anjani."

Darsa menunduk dan berkaca-kaca sepanjang dia menjelaskan pada istrinya, Wulan hanya terdiam dan mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari bibir suaminya, walaupun Wulan orang yang keras kepala, saat ini Wulan juga ingin menangis pasti tidak sulit menjalani kehidupan Darsa di masalalu.

Diraih tangan Darsa digenggam tangan itu, tanpa menatap suaminya Wulan dapat merasakan jika Darsa sedang menatapnya. Wulan bukannya tidak peduli atau prihatin dengan apa yang terjadi pada Darsa atau pun Pras saat ini, namun dia masih merasa asing jika harus ikut campur dalam permasalahan keluarga Darsa, dia terbilang masih baru masuk ke dalam keluarga ini. Maka Wulan memilih untuk diam tanpa bertanya lebih lanjut tentang permasalahan Adek laki-laki suaminya.

-°-°-°-°-

"Mbak Yani, nitip anak-anak di rumah. Aku sama Mamah mau ke rumah belakang." Kata Darsa pada Yani yang malam nanti akan tidur di rumah untuk menyiapkan cikal bakal kuliner yang akan dihidangkan di acara tujuh bulanan Wulan besok.

"O nggeh, Yah."

"Ayo Mah."

"Mamah ikut?"

"Iya toh, nggak mau ikut?"

"Gapapa to Mamah ikut?" Tanya Wulan dia masih ragu untuk ikut dalam permasalahan keluarga sang suami

"Ora ana sing larang."

*tidak ada yang larang

Wulan pun menurut dan mengikuti suaminya ke rumah belakang, di rumah Ibu mertuanya, dia hanya berharap tidak akan terjadi apa-apa setelah ini.

-°-°-°-°-°-°-

18A dulu yaaa

Nah, udah pada tau kan alasan Ayah pisah sama Ibu ?🥺

Menurut kalian Mamah Wulan harus bersikap bagaimana untuk permasalahan ini?

Jangan lupa vote dan komennnn sayyy😚

Istri Mas DarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang