Cerita ini berbau dewasa (18+)
(Duda series kedua setelah cerita Unexpected Love)
*****
Wulandari Pramita seorang guru sekolah dasar yang di usia ke dua puluh enam tahun ini belum juga berkeluarga. Kedua orang tuanya sudah tidak tahu lagi bagaimana...
"Ayah mau kemana?" Tanya Wulan melihat Darsa yang sudah rapi dengan kaos polo dan celana jeans yang membuat sang suami terlihat lebih muda
"Mau keluar sebentar."
"Kemana?"
"Mau ketemu sama teman lama."
"Kok rapi banget." Cibir Wulan membuat Darsa mengerutkan keningnya
"Ya kan Ayah biasanya seperti ini."
"Wangi bener."
"Masak sih? Ini parfumnya yang biasanya kok, kan Mamah yang beliin, tiap hari Ayah juga pakai ini." Darsa menjawab dan menghampiri istrinya yang duduk di depan televisi
"Kenapa? Mau nitip sesuatu?"
"Nggak."
"Lha terus kenapa Mama jadi cemberut gini?"
"Gapapa."
"Ayah tau kali Mah, wanita kalau bilang gapapa itu sebenarnya ada sesuatu yang mau diinginkan."
"Harus banget pergi?" Tanya Wulan dengan menatap Darsa dengan datar
"Memangnya kenapa kalau Ayah pergi?"
"Ya ini kan hari minggu, hari-hari libur masak nggak di rumah."
"Jadi Mama pengen Ayah di rumah aja gitu? hm?"
"Ya biasanya kan gitu." Jawaban Wulan tanpa sadar membuat Darsa mengulum senyuman
"Cuma sebentar, lagi rancang proyek rumah, nanti kalau Ayah pulang kita baru ke rumah Mbah Jati, katanya mau nginap sana?"
"Ya udah sana berangkat, aku mau ke kamar." Kata Wulan ketus lalu mematikan televisi dan meninggalkan Darsa yang masih memperhatikannya
Di kamar Wulanmenyandarkan diri di kamar dan memainkan ponsel. Di kehamilannya yang memasuki bulan ke lima, berat badannya semakin bertambah bagaimana tidak setiap malam ada saja yang ingin dimakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wulan semakin bisa menerima kandungan semenjak dia merasakan tendangan pertama yang diberikan calon anaknya. Darsa yang sabar pun menerima setiap tingkah istrinya yang dihinggapi hormon ini hamil yang lebih sensitif dan terlebih Wulan bukan tipikal wanita seperti biasanya.
Tak lama Wulan memasuki kamar, Darsa menyusul lalu ikut berbaring disamping Wulan, lebih tepatnya menjajarkan kepalanya pada perut buncit istrinya. Di elus dengan lembut sang jabang bayi, membuat Wulan berdesir setiap Darsa mengelus perutnya, ada kenyamanan yang dia rasakan entah kemana hilangnya rasa geli yang dia rasakan selama ini saat tubuhnya disentuh oleh orang lain. Justru dengan Darsa menyentuhnya dengan lembut terkadang dia malah menginginkan sesuatu yang lebih.