Salty 🔞

2.7K 85 4
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Bagian ini akan berisi adegan semacam "ini" dan "itu". Kalau kamu tidak mengerti maksud dari "ini" dan "itu". Berarti kamu terlalu muda untuk membaca cerita ini. No hate comment. Just leave it if you don't like]

Hari Senin. Lastri yang sudah masuk sekolah sama sekali tidak terlihat sehat. Walau wajahnya hanya terlihat di bagian mata dan dahi. Sudah cukup menunjukkan bagaimana pucat kulitnya. Belum lagi tangannya yang terasa sangat dingin.

"Apa kamu benar-benar harus masuk hari ini?" tanya Ratna khawatir saat upacara pagi akan dimulai.

"He-he, tentu saja. Aku kan murid beasiswa. Mana boleh kelamaan tidak masuk sekolah," jawab Lastri masih lemas.

"Aku antar ke Ruang Kesehatan, ya," tawar Ratna menyodorkan tangannya.

Di UKS sudah ada beberapa anak "lemah" lain. Yang tidak bisa mengikuti upacara wajib Senin. Yang dilaksanakan untuk menghormati Sang Saka Merah Putih. Dan juga mengenang perjuangan para pahlawan. Tidak banyak sebenarnya. Hanya tiga orang selain Lastri. Tapi, tetap saja...

Karena dokter sekolah sudah mendengar soal kondisi Lastri. Ia pun langsung memintanya untuk berbaring di salah satu tempat tidur.

"Mau teh atau air putih hangat, Kak?" tanya adik kelas anak PMR yang bertugas.

"Teh. Gulanya yang banyak, ya," pinta Lastri. Otak saya sedang membutuhkan banyak asupan glukosa.

"Oh iya, anak yang satunya bagaimana kabarnya? Dia ikut upacara atau memang tidak masuk?" tanya dokter sekolah yang seorang wanita muda itu.

Ah, benar juga. Argi ke mana, ya? Rasanya barusan aku tidak lihat dia di kelas. Saking penuhnya pikiranku sampai tidak sadar. "Mungkin dia telat, Dok," jawab Lastri.

Ξ Ξ Ξ

Sampai upacara berakhir. Dan kegiatan belajar mengajar dimulai. Argi tetap tak Nampak batang hidungnya. Apa nanti dia akan tiba-tiba muncul setelah menampari wajah satpam gerbang dengan gepokan uang? Entahlah. Bisa jadi.

Sampai istirahat pagi datang.

"Kenapa, Lastri? Melihat ke luar jendela terus," tanya Ratna yang duduk di sampingnya saat di kantin.

"Argi belum datang ya sepertinya," jawabnya.

Wajah Ratna jadi bete mendengar nama Argi. "Dia tidak masuk deh kayaknya."

"Izinnya apa? Apa kamu tau?" tanya Lastri.

"Aku dengar dari anak sekelasmu tadi katanya dia izin untuk urusan keluarga," jawab Ratna. "Menyebalkan sekali, ya. Habis buat orang celaka. Malah tidak masuk seenaknya."

"Urusan keluarga apa? Memangnya bisa ya tidak masuk dengan alasan seperti itu di sekolah kita? Baru tau aku," tanya Lastri. Sepengetahuannya sendiri selama bersekolah di sana. Smaspede memiliki peraturan yang cukup ketat masalah izin-mengizin tidak masuk sekolah.

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang