Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...
"Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (2x). Asyhadu allaa illaaha illallaah (2x)..."
Suara adzan Subuh dari surau di dekat sana membangunkan semua orang dari tidur lelap sementara mereka. Mengembalikan semua jiwa ke kenyataan yang tak selalu seindah harapan.
"Ratna tidak ada!" pekik Gladys, teman yang tidur di sisi Ratna tadi malam.
"Coba cari ke kamar mandi!" perintah Pak Mustiko, guru PKN yang jadi penanggung jawab acara ini.
"Tidak ada di kamar mandi, Pak," beritahu dua orang siswi setelah memeriksa ke kamar mandi sederhana yang ada di samping bangunan panti asuhan.
"Ratna itu kan sahabat karibnya Lastri. Masa sih dia juga sampai..."
"Masa, sih...?"
"Masa, sih...?"
"Masa, sih...?"
Bisikan-bisikan seperti itu terdengar timbul tenggelam. Di antara para siswa dan siswi yang sedang panik. Tidak mungkin kan gadis seceria dan sepositif Ratna. Sampai ikut "menghilangkan" diri. Hanya karena sahabat tengah tak tentu rimbanya.
Pak Mustiko yang sedang pusing mengatur strategi pencarian tiga orang siswa yang hilang bersama para anggota OSIS. Tiba-tiba dihampiri oleh Luthfi.
"Permisi, Pak, semuanya," ucapnya pelan.
"Ada apa, Luthfi? Mending kamu bantu anak-anak lain berpencar cari teman-teman kita yang hilang, deh!" respon seorang siswi anggota OSIS jutek. Kelihatannya dia sedang PMS.
"Sebenarnya tadi sekembalinya dari kamar mandi. Sekitar pukul dua atau tiga pagi hari. Saya melihat ada bayangan orang yang meninggalkan komplek panti," beritahu Luthfi. Walau ia kesal pada Ratna yang selalu merusak momen PDKT-nya dengan Lastri. Kalau sampai ia juga hilang karena sahabatnya sedang tak jelas rimbanya. Rasanya jadi tidak enak hati juga.
"Kenapa kamu diam saja?! Kalau lihat begitu dicegah, dong. Lalu, bangunkan anggota panitia untuk laporan. Jangan dibiarkan begitu saja!" tanya Galuh emosi jiwa.
Luthfi langsung menguap sambil mengucek sebelah mata. "Aku ngantuk sekali, Luh. Parno juga kalau asal aku tegur ternyata itu bukan manusia pas balik badan ternyata mukanya ular bagaimana?" tanyanya.
Aahh, benar juga, sih, batin semua orang.
"Lalu, apa kamu lihat orang itu pergi ke arah mana?" tanya Pak Mustiko.
"Kalau tidak salah ke arah sana, Pak," jawab Luthfi menunjuk ke arah jalan setapak menuju hutan. "Tadi itu gelap sekali karena lampu taman diredupkan. Jadi, saya juga tidak terlalu jelas melihat dia pergi ke arah mana."
"Hutan...?" ucap salah satu laki-laki pengurus panti dengan kedua mata nanar.
"Ada apa, Pak? Apa di daerah sini ada mitos tentang hutan yang suka meminta tumbal atau yang semacamnya?" tanya Galuh.
"Yaa..."
Ξ Ξ Ξ
Ratna tidak tau sudah seberapa jauh ia berjalan menyusuri tepian sungai. Kaki dan tubuhnya terasa sangat letih. Ia juga haus. Tapi, semua rasa tidak enak langsung hilang ketika membayangkan kondisi Lastri sahabatnya. Semua memori antara mereka berdua seolah juru bicara yang memaksa terus melangkah.
Saat keduanya masih kecil dulu Lastri memang jagoan. Fisiknya kuat. Atlet cabang beladiri Taekwondo yang nyaris tak terkalahkan. Selalu berhasil membawa pulang berbagai macam penghargaan dari berbagai macam kejuaraan.
Tapi, semua berubah ketika roda takdir berputar. Menjadikan sosok pahlawan bagi anak-anak yang sering dirisak di sekolah itu menjadi gadis yang paling lemah. Paling gampang sakit. Paling rendah daya tahan metabolisme tubuhnya.
Yang paling membutuhkan perlindungan.
Ratna sangat depresi ketika mendengar kabar accident yang menimpa Lastri. Ia merasa sampai terjadi sesuatu pada Lastri, sosok pahlawan yang sudah memberi kepercayaan diri sebagai mantan anak korban bully, pasti akan meninggalkan luka yang begitu dalam di hati.
Aku bahkan belum sempat melakukan apa pun untuk berterima kasih!
Dan ketika akhirnya kesempatan membalas budi baik itu tiba. Ketika semua berjalan normal seperti yang sudah ada dalam wacana. Kenapa hal seperti ini harus terjadi? Ke mana Lastri pergi? Di mana dia berada kini?
Ratna tak akan bisa memaafkan dirinya sampai terjadi sesuatu pada Lastri. Ketika ia sudah bertekad untuk terus melindungi. Mana bisa ia enak-enakan tidur terbuai dalam alam mimpi.
"HOSH... HOSH... HOSH..."
Cuiit... cuiit... cuiit... Terdengar bunyi burung pagi yang membentuk koloni di dalam hutan. Matahari telah sedikit menerbitkan cahayanya. Sepertinya ia sudah melangkah cukup lama menyusuri sungai. Dan belum menemukan petunjuk apa pun soal keberadaan Lastri.
Ratna memang sengaja hanya menyusuri tepi sungai. Agar mudah menemukan jalan kembali ke panti asuhan nanti.
Kamu tidak benar-benar serius mencari Lastri, Ratna, tuding sebuah suara di dalam kepalanya.
"Tidak!"
Kalau kamu memang berniat menemukannya selagi teman-teman yang lain enak-enakan beristirahat. Kamu akan mencari ke dalam hutan sana, ucap sebuah suara di dalam kepalanya lagi.
"Kalau sudah begini... apa perkiraanku memang salah? Apa aku akan menemukan Lastri jika masuk ke dalam hutan?" tanyanya.
Tentu saja, Ratna. Lastri pasti akan sangat bahagia kalau kamu yang pertama menyelamatkannya. Kamu pun pasti bisa terus mengikatnya. Tidak akan kehilangannya untuk selama-lamanya.
Percayalah pada dirimu sendiri, Ratna!
Ratna sudah siap mendengar kata hatinya. Untuk mencari Lastri seorang diri di dalam hutan. Ketika ia mengedarkan pandangan mencari sesuatu untuk dijadikan patokan...
[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]
Apakah Ratna akan mengambil resiko dan mengikuti suara hati? Bahkan jika mengorbankan keselamatannya sendiri.
Ikuti terus ceritanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet/Brother
General FictionDON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sudah bertahun-tahun lamanya Argi hidup sebagai adik sekaligus "peliharaan" kakak laki-lakinya. Dan semua berjalan "baik-baik" saja. Namun, semua berakhir ketika ia terhubu...