Party of Life 1

340 21 0
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suatu malam setelah Alysa mengakhiri "masa penahanan" putranya. Daru jadi lebih banyak "tenggo" setelah pulang kantor. Ia tidak ingin membuat wanita itu jadi semakin berhasrat menahannya kalau ia tidak patuh.

Kini Daru tidak lagi sering jajan di pusat-pusat hiburan malam. Party semalaman suntuk bersama orang-orang yang baru ia kenal. Di hadapan "teman-teman" barunya itu pun ia tak menguak identitas sebagai seorang Nitialam. Ia akan menggunakan nama samaran. Dan mengarang bebas latar belakang.

Seperti sejenak kabur dari dunia nyata.

Sejak kecil Daru memang kurang menyukai interaksi sosial dengan orang-orang yang sekelas dengannya. Karena tragedi yang terjadi saat ia masih kecil. Membuat ia auto memiliki pandangan super buruk terhadap para orang kaya.

Bisa dibilang ia menganggap orang-orang dari golongannya sendiri. Tidak lebih tinggi dari sampah. Bahkan persahabatannya dengan Dydy pun berawal dari ketidaksengajaan yang tak pernah ia sangka.

Ξ Ξ Ξ

Daru saat usia tiga belas tahun.

Setelah satu-satunya adik yang ia miliki "lenyap" bak ditelan bumi. Ia telah bertekad untuk tak akan sudi lagi berhubungan dengan "orang-orang" dari golongannya. Terutama siapa pun yang berasal dari The N Group.

Ia telah menaruh dendam kesumat pada "mereka".

Ξ Ξ Ξ

Daru saat usia tujuh belas tahun.

Empat tahun setelah Mera adiknya hilang meninggalkan keluarga Nitialam. Beragam pencarian dan upaya telah dilakukan. Namun, tak kunjung berdaya guna. Apakah ia sudah mati? Apakah masih hidup? Apakah ia diculik? Tapi, tak ada yang meminta tebusan. Apakah ia kehilangan nyawa di tanah asing?

Apa yang sebenarnya sudah terjadi pada bungsu keluarga Nitialam?

Tidak tau! Tidak tau! Tidak tau!

Selama itu juga kondisi Daru menjadi semakin buruk hari demi hari. Mungkin di luar ia tetap akan menyebar senyum positif. Dan tampang bahagia manusia yang dilahirkan hanya untuk mati. Tapi, tidak begitu di dalamnya. Di dalam ia hancur total. Tak ada bedanya dengan mayat hidup.

Sudah berkali-kali ia berupaya melakukan bunuh diri. Namun, Tuhan masih "sayang" padanya. Masih ada rezeki yang harus ia dapatkan. Dan masih ada sejuta cobaan yang harus ia lalui.

Suatu sore sepulangnya ia dari sekolah. Alysa meminta Daru datang ke ruangan kerja ayahnya di rumah.

"Ada apa sih, Ma?" tanya anak remaja itu suntuk.

"Nak, apa kamu baik-baik saja?" tanya Alysa lembut.

Daru tersenyum kecil. Mengalihkan pandangan dari sang ibunda. "Tidak mungkin baik-baik saja, 'kan," jawabnya pelan.

"Sampai kapan kamu mau terus menyiksa diri kamu sendiri seperti ini?" tanya Alysa.

"Sampai mati," jawab Daru tegas, "Aku tidak akan mengizinkan diriku bahagia. Selama belum mengetahui kondisi Mera saat ini. Detik ini."

Alysa bangkit. Ia hampiri putra semata wayangnya dan ia peluk dengan sepenuh jiwa. "Daru sayang, Mama tidak ingin kehilangan kamu juga. Kamu tidak boleh hancur lebih dari ini.

"Mari kita ikhlaskan... kepergian adikmu."

"Baiklah," jawab Daru datar. Sebenarnya ia hanya ingin menyenangkan ibunya saja. Mulai saat itu akan ia kubur lebih dalam lagi dirinya yang sebenarnya. Agar semakin tak terjamah oleh cahaya dunia.

"Daru, kamu kan sudah sangat lama tidak pernah datang ke pesta silaturahmi The N Group," ucap Alysa.

"Aku tidak mau lagi datang ke acara seperti itu, Ma," balas Daru datar.

Alysa mulai menggelayuti manja tubuh putra yang lebih tinggi darinya. "Mama dan Papa sering ditanya, putranya mana? Sudah hilang juga, ya? Begitu," adunya.

What?! "Sikap menyebalkan mereka memang tidak pernah berubah sejak dulu. Aku malah jadi semakin malas. Biar sajalah mereka pikir aku juga menghilang. Kalau perlu kabari saja aku ini sudah mati," balas Daru sarkas.

Alysa melipat bibirnya. Bertampang sedikit kecewa. "Ya sudah kalau kamu tidak mau. Mama tidak akan memaksa. Mama juga tidak mau ada hal buruk terjadi padamu."

Daru menatap wajah kecewa sang mama dengan perasaan tidak enak. Setelah bertahun-tahun "menanggung malu". Karena harus pergi ke acara sial itu tanpa kehadiran seorang anak. Ini merupakan pertama kalinya Alysa memintanya datang secara langsung. Dulu hanya kode-kode saja.

"Baiklah," jawab Daru datar.

"Eh? Apa??" tanya Alysa semangat.

"Aku mau ikut ke pesta itu, Mama sayang," jawab Daru serak.

"Yeyy, syukurlah. Mereka memang menyebalkan, Sayang. Kamu juga tidak perlu terlalu akrab dengan mereka. Tapi, sosialisasi dengan sesama kita di usia seperti kamu. Akan sangat penting untuk membangun image di masa depan nanti," nasihat Alysa.

"Tapi, jangan berharap banyak dariku," peringat Daru.

"Tenang saja," sahut Alysa seraya mengacungkan jempol.

[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]

Ikuti terus ceritanya, ya!

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang