The Reason Why 🔞

904 32 3
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CTTAAARR CTTAAARR CTTAAARR!!!

"HHAAAAAAAAKH!!! HHAAAAAAAAKH!!! HHAAAAAAAAAKH!!!!!!"

Kakak Argi sudah seperti orang gila kesetanan saat "menjilati" tubuh adiknya dengan ujung cemeti. Kedua tangan dan kaki Argi terikat di dinding dalam posisi terbalik. Bagian depan menempel ke dinding. Sementara bagian belakang tubuhnya yang hanya menggunakan celana pendek. Menjadi sasaran amukan sang saudara "tercinta".

Wajahnya basah oleh air mata dan keringat. Mulutnya yang disumpal oleh ballgag terus meneteskan air liur kental nan menjijikkan. Ia tak bisa bergerak, berteriak, atau membalas tatapan tajam pria itu. Di saat seperti itu Argi selalu bertanya jauh di dalam relung hati... adakah manusia lain di muka bumi ini. Yang punya nasib jauh lebih menyedihkan dari aku?

Mungkin ada. Tapi, ia sudah tidak peduli. Di dunianya ialah manusia paling menyedihkan. Paling hina. Paling nestapa. Paling durjana. Paling menderita. Tak ada duanya.

Kakak Argi melepaskan keempat borgol yang menahan anggota gerak sang adik. Bruukh. Argi langsung terjatuh ke lantai. Tak kuasa mempertahankan berat tubuhnya sendiri. Ia rasakan darah yang menetes perlahan. Dari punggung dan anggota tubuhnya yang lain.

Sakit... sakit... sakit...

Kakak Argi sendiri biarkan adiknya sejenak "beristirahat" di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kakak Argi sendiri biarkan adiknya sejenak "beristirahat" di lantai. Ia duduk di atas kursi. Membersihkan alat-alat yang baru ia gunakan untuk "bermain" dengan adiknya. Dari noda darah maupun serpihan... kulit.

Argi memutar kepala ke arah kakaknya yang tampak diam dan santai. Seolah tak habis melakukan hal buruk. Menunjukkan wajah yang pucat karena harus menahan sakit yang teramat sangat.

Tapi, bahkan pria itu "tidak peduli".

"Kakak," panggil Argi.

"Ada apa, Anargya?" tanya kakaknya seraya mendirikan tubuh. Meletakkan lagi peralatan bermainnya ke dalam suatu lemari.

"Kenapa akhir-akhir ini Kakak semakin sering membawaku ke sini?" tanya Argi.

"Untuk apa kamu tanyakan hal itu?" tanya kakaknya balik.

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang