Last Message

674 43 2
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

"Kalian tidak boleh memberitahu keluarga Nityasa soal semua yang sudah terjadi sama aku!" pinta Argi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian tidak boleh memberitahu keluarga Nityasa soal semua yang sudah terjadi sama aku!" pinta Argi.

"Kenapa?" tanya Arta lebih tenang.

"Kamu sudah janji kan, Arta?" tanya Argi. Kalau kedua tangannya bebas. Sudah ia cekik remaja berkulit sawo matang di depannya itu.

"Argi, sekolah kita ini bukan punyaku. Kamu harus memberi penjelasan yang relevan pada semua orang. Aku sudah nyaris mempertaruhkan kredibilitasku, lho. Di hadapan para guru dan anggota OSIS untuk menahan mereka tak memberi kabar pada keluarga Nityasa tanpa sepertujuanmu. Hargai aku juga, dong!" balas Arta.

"Tidak... pokoknya tidak boleh... Kakakku sekarang merupakan satu-satunya keluarga kandung yang aku miliki. Aku tidak ingin membebaninya lebih dari ini. Dia bisa kena serangan jantung. Kalau tau aku hampir mati karena tersesat di hutan. Atau tenggelam di sungai," jawab Argi.

"Maukah?"

Ξ Ξ Ξ

"Sudah, 'kan?" tanya Arta sambil kembali memasukkan gawainya ke kantong celana.

"Aku dengar dari perawat kondisi Argi memang sudah lebih tenang, sih. Tapi, dia terdengar sangat berbeda saat sedang bicara dengan Arta, ya," komentar Sofia di kafetaria rumah sakit.

"Yah, itu tidak penting kan, Sof? Yang penting kalian sudah tau sendiri kalau Argi tidak ingin sampai keluarganya tau. Soal apa yang sebenarnya terjadi sama dia. Sepertinya bukan hal baik untuk memaksanya bicara. Kalau tidak dia sendiri yang bersedia," balas Arta.

"Kalau keadaan Lastri sendiri bagaimana?" tanya Sofia pada Galuh yang masih bermuram durja.

"Kepada korban yang mengalami tenggelam. Tindak bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut yang segera dilakukan akan meningkatkan kemungkinannya untuk selamat. Ketika tenggelam, penurunan suhu otak 10oC akan menurunkan penggunaan ATP hingga 50% dan memperpanjang lama waktu otak hingga selamat. Lama tenggelam dan risiko kematian atau gangguan neurologis berat setelah pulang dari rumah sakit untuk Lastri yang kemungkinan tenggelam lebih dari dua puluh lima menit. Mortalitas atau morbiditasnya bisa dibilang hampir 100%.

"Lastri sudah menjalani evaluasi patensi jalan napas, berikan oksigenasi, hemodinamik stabil, pemasangan NGT dan juga selimut untuk mencegah hipotermia. Anamnesis, foto, toraks, analisis gas darah atau asidosis metabolik, pemeriksaan toksikologi serta CT kepala dan leher yang dilakukan karena dia tetap tidak sadar. Dia masih harus menjalani perawatan karena termasuk kategori derajat 2-6. Pada pasien kasus tenggelam derajat 2 yang mengalami perbaikan setelah 6-8 jam memang dapat segera dipulangkan. Tapi, karena kondisinya terus menurun maka ia diputuskan untuk dirawat di ruang intermediet. Jika pasien kasus tenggelam derajat 3-6 yang umumnya memerlukan intubasi dan ventilasi mekanik. Maka akan dipindahkan ke unit perawatan intensif atau ICU," terang Galuh dengan bahasa planet luar bumi. Yang tidak begitu Arta dan Sofia pahami.

"Kepalaku jadi sakit," respon Arta auto migrain mendengar penjelasan Galuh yang tak berkepriotaksiswagolonganpertamasmaspedean.

"Kalau respon panti asuhannya? Kamu punya kontak mereka, 'kan?" tanya Sofia.

"Aku tidak terlalu tau soal panti asuhan, sih. Tapi, saat kuhubungi untuk memberitahu kondisi terbaru Lastri. Mereka hanya menjawab... semoga dia baik-baik saja. Masih ada banyak hal yang harus dia lakukan. Begitu. Lalu, telponnya dimatikan," jawab Galuh.

"What?" respon Sofia tak habis pikir. Panti asuhan macam apa yang Lastri tinggali sebenarnya. "Nama panti asuhannya apa, sih?" tanyanya hendak mencari di google.

"Tidak tau. Lastri tidak pernah bilang. Aku tidak pernah tanya juga," jawab Galuh. Pusing memikirkan bagaimana sampai Lastri tidak bangun juga. Pertolongan pertama yang dilakukan oleh Ratna sudah cukup baik padahal. Tapi...

"Kenapa tidak kalian tanyakan pada Ratna? Ratna dan Lastri itu kan sudah satu sekolah sejak SD. Tidak mungkin tidak pernah berkunjung ke panti asuhannya, 'kan?" usul Arta.

"Ratna sih sudah kembali mengikuti kegiatan KBM di sekolah bersama anak-anak lain setelah kelanjutan acara baksos dibatalkan. Apa sopan menanyainya macam-macam saat Lastri saja belum sadar?" tanya Sofia. "Aku takut dia malah akan..."

"Mau ke mana kamu?" tanya Galuh.

"Aku ingin masuk sekolah lagi besok. Jadi, aku akan meminta dijemput sore ini. Aku rasa keadaan Argi juga sudah lebih baik. Dia pasti tidak mau terlalu lama di rumah sakit. Yang perlu kalian pikirkan sekarang keselamatan Lastri. Dan cerita bagaimana mereka bisa berakhir seperti itu.

"Permisi," pamit Arta setelah mengutarakan pesan "terakhir" dirinya dan Anargya.

[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]

Akankah itu menjadi pesan terakhir mereka? Atau masih ada derita lain yang disiapkan oleh semesta?

Entahlah.

Ikuti terus ceritanya!

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang