Luthfi

541 34 0
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kamu tidak suka kalau aku mendekati Lastri?" tanya Luthfi.

"Kenapa kamu tidak suka kalau aku mendekati Lastri?" tanya Luthfi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ratna pura-pura tidak mendengar pertanyaan Luthfi. Dengan meningkatkan frekuensi kecepatan makannya. Sluuurrp sluuurrp sluuurrp. Ia harus memikirkan jawaban dari pertanyaan itu dengan baik dan benar.

Walau sehari-hari terlihat slengekan dan bobrok. Kalau dinilai dari standar perilaku siswa Smaspede (yang rata-rata selalu bersikap elit serta elegan demi menjaga nama baik sekolah). Ratna tau sekali kalau Luthfi itu sebenarnya anak yang sangat cerdas. Ia memang "bukan" anak super pintar dan berprestasi seperti siswa penghuni golongan kedua dan ketiga. Tapi... kelihatannya itu karena dia tidak mau "berusaha" saja.

Ratna sendiri mengetahui soal itu semua. Dari teman yang ia kenali saat SMA yang ternyata satu SMP dengan Luthfi.

Ξ Ξ Ξ

"Waow, Luthfi jadinya masuk SMASU Spebius Deorsa, ya. Kita gak sekelas, sih. Jadi aku kurang update sama kabar soal dia. Keren kamu bisa satu sekolah sama si Luth Luth. Gengsinya gede lho temenan sama dia."

"Anjay, apanya yang keren. Apanya yang gengsi. Anak ga jelas kayak gitu. Prestasinya selama sekolah biasa saja. Kita juga berasal dari golongan yang sama, kok. Tidak sehebat itu, lah," respon Ratna.

"Ck ck ck. Jangan salah sangka lho, Ratna. Luthfi itu aslinya sama sekali tidak seperti yang kamu bayangkan. Tadi aku bilang kan kalau cukup kaget karena ternyata dia lanjut sekolah di Indonesia..."

"Memang seharusnya di mana?" tanya Ratna.

"Pssstt..."

Ξ Ξ Ξ

Oke. Jadi, menurut temanku ini. Sebenarnya Luthfi sudah lolos seleksi ketiga atau "camp untuk yang berbakat". Di ujian masuk Seoul Science High School atau Sekolah Menengah Sains Seoul atau lebih lengkapnya Sekolah Menengah Sains Seoul untuk Siswa Berbakat. Suatu akademi untuk siswa berbakat di rentang usia lima belas sampai delapan belas tahun yang tertarik pada ilmu-ilmu pasti.

Entah apa yang membuatnya berakhir di Smaspede. Dalam kubangan siswa golongan pertama pula! Kalau cerita temanku benar. Seharusnya Luthfi itu setara atau bahkan lebih superior otaknya ketimbang Galuh.

Kenapa image-nya di depan anak-anak berbanding seratus delapan puluh derajat begini, sih?!!

"Aku hanya takut Lastri disakiti lagi," jawab Ratna kehabisan cara untuk mengelak. Karena makanannya sudah habis.

"Memang kenapa, sih? Aku bukan tipe cowok yang akan menyakiti sahabatmu, kok," ucap pemuda bernama lengkap Luthfiali Cendekia Waskita itu.

"Dulu itu... Lastri sangat kuat. Sangat hebat. Sangat mengagumkan," ucap Ratna. Terhenti seperti tertahan oleh sesuatu.

"Kamu benar. Sampai sekarang juga masih seperti itu, kok," ucap Luthfi berusaha mengalirkan percakapan mereka.

"Kamu bisa bicara seperti itu karena yang kamu kenal adalah Lastri yang sekarang, Luthfi. Lastri yang dulu itu sangat berbeda. Tidak kenal takut. Hobi menantang cowok-cowok yang suka mengganggu anak perempuan. Sering memenangkan kompetisi beladiri.

"Dari luar dia terlihat seperti tipikal cewek tomboy yang doyan ribut sama cowok. Dan tidak mengenal unggah ungguh. Tapi di dalam sebenarnya dia sangat sopan dan penuh tata krama.

"Itu kenapa setelah dia mengalami kecelakaan dan jadi seperti sekarang..."

"Maksud kamu... orang-orang yang dulu sering bermasalah dengannya. Sekarang berniat membalaskan dendam karena Lastri sudah tidak sekuat dulu? Begitu?" tanya Luthfi.

"Aduh, kalau hanya membalas dendam sih itu masalah sepele. Lastri sendiri sudah pasti bisa mengatasinya. Tapi, bukan hanya itu yang mereka lakukan," beritahu Ratna.

"Apa hal lebih parah yang bisa orang-orang yang beraninya pada cewek lakukan?" tanya Luthfi.

Ratna memandang ke kejauhan. "Kamu tidak akan bisa membayangkan, Luthfi," jawabnya.

"Itukah alasan kenapa kamu selalu ada di sampingnya?" tanya Luthfi.

"Bukan," jawab Ratna, "Itu hanya salah satu alasan. Kamu tau, Luthfi? Sebenarnya aku ini sama sekali tidak pintar. Saat akan lulus SD Lastri berniat untuk mendaftar ke sebuah SMP negeri unggulan. Aku hanya berpikir kalau aku tidak mau kehilangan satu-satunya sahabat. Dan pahlawan yang kumiliki."

"Jadi, kamu berusaha keras untuk akhirnya bisa satu sekolah lagi dengannya?" tanya Luthfi seraya menyimpulkan.

"Yes. Begitu juga dengan saat akan lulus dari SMP. Aku belajar seperti orang kesetanan. Saat Lastri bilang akan mendaftar ke sekolah ini," lanjut Ratna.

"Kenapa ke sekolah ini, ya? Padahal aku yakin siswa seperti Lastri akan lolos lancar seperti naik perosotan. Kalau mendaftar ke SMANU PB. Soedirman," tanya Luthfi. "Bukan berarti sekolah kita lebih jelek ketimbang SMANU PB. Soedirman juga, sih."

"Mungkin karena sekolah ini... lebih 'berwarna'," jawab Ratna.

Luthfi mendekatkan wajahnya pada Ratna di atas meja. Berkata, "Kamu pasti gadis pekerja keras yang luar biasa, ya."

Ratna langsung memalingkan wajah. Berusaha menyembunyikan semu yang mulai muncul. dan juga degub jantung tak menentu yang menguasai dadanya.

[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]

Sekali lagi... Lastri tak dapat Ratna pun jadi. Apakah itu yang tengah ada di dalam kepala Luthfi? Atau alasan lainnya? Berhasilkah Arta, Argi, dan Lastri selamat dari masalah yang tengah menimpa hidup mereka?

Hmm... Ikuti terus ceritanya!

NB: Jangan lupa intip novel Noir yang lain juga, yaa. Terutama yang berjudul "MEDICALOVE: Clamping Horizon" karena itu baru terbit dan membutuhkan banyak dukungan dari kalian para pembacaku tersuuyuung

Sebuah kisah tentang dream, love, medical, and angst. Which one?

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang