"Lastri," panggil seorang anggota OSIS lain di sampingnya.
"Apa?" jawab Lastri acuh tak acuh. Masih sibuk mencari keberadaan Argi. Saat ketua panitia sekaligus ketua OSIS Smaspede. Memberikan kata sambutan pembuka acara.
"Barang bawaannya sudah siap semua belum? Kamu kan terkadang ceroboh," tanya siswa itu.
"I was tossing and turning whole night," balas Lastri. Masih sibuk mencari keberadaan Argi.
"Karena sibuk memastikan persiapan? Kamu ini OCD juga, ya," balas siswa itu tersenyum kecil.
"Galuh, kalau ada siswa yang sudah terpilih ikut dan menyelesaikan persyaratan acara ini tidak datang. Konsekuensinya apa?" tanya Lastri.
"Dia akan di-blacklist dari acara-acara seperti ini ke depannya. Tau sendiri, 'kan? Sikap tanggung jawab dan dedikasi itu sangat penting untuk siswa siswi Smaspede," jawab Galuh.
"Nah, 'kan. Hmm, boleh tidak kalau nanti ada yang..."
Galuh menyerahkan lembar absen ke Lastri. "Absen dulu yang dari bis kamu, nih!"
Lastri pun kembali on duty. "Saya panggil dari nomor urutnya saja, ya. Satu!"
Pemilik nomor rurut satu yang bernama Abdullah Sofyan Mutakhlis mengangkat tangan. Menjawab, "Hadir."
"Hmm..."
"Hmm..."
"Hmm..."
Ratna mengangkat tangan mewakili kebingungan anak-anak lain. "Ada apa ya Bu Lastri?" tanyanya rese'.
Absen Argi nomor tiga woyyy. Dan dia belum datang. Kalau begini aku harus mengulur absennya selama mungkin. "Dua!"
"Saya."
"Tujuh."
"Kok jadi ngacak, Lastri?" tanya seorang siswi.
"Agar kita fokus," jawab Lastri sok iye mencentang-centangi kolom kehadiran penumpang bisnya.
"Sembilan belas."
"Ah, eh, saya."
"Delapan."
"Hadiiirr..."
"Dua puluh lima."
"Siap sedia mengemban tugas dan jiwa korsa."
"Jawab hadir saja! Sembilan belas."
"Hadir."
"Tiga belas."
"Hadir."
"Sepuluh."
"Dua puluh satu."
"Lima belas."
"Dua puluh empat."
"..."
"..."
"..."
A-Akhirnya tinggal nomor tiga yang belum aku panggil. Dan dia belum terlihat bergabung dalam barisan. Aduh, bagaimana ini. "T-Tiga."
Siiing... Semua siswa di barisan saling melihat. Tak mendapatkan rupa si pemilik nomor urut tiga.
Galuh mendatangi Lastri usai menyelesaikan tugas di baris rombongan bus lain. "Sudah selesai belum?" tanyanya.
"Ada satu yang belum datang," jawab Lastri gusar.
"Wah, cari mati itu anak. Siapa, sih?" tanya Galuh melirik daftar di tangan kiri Lastri. Melihat nama Argi belum dicentang daftar hadirnya. "Oh, dia. Biasa, lah."
"Biasa apa maksudmu?" tanya Lastri.
"Kebetulan aku dulu pernah terlibat juga dengannya di suatu acara. Khi khi khi. Lucu, deh. Lihat saja nanti," jawab Galuh seraya menjauh. Kembali ke rombongan bisnya.
Absen pun usai. Lastri mengomandoi Ratna dan anak-anak lain untuk masuk ke dalam bis secara tertib. Di satu sisi ia masih melihat ke arah gerbang yang tak kunjung terbuka. Menampilkan rupanya.
Apa yang terjadi padanya? Sebenarnya, gusarnya.
Lastri lelah menanti. Mungkin Argi benar-benar tidak akan ikut dan memilih untuk menerima penalti. Ia pun naik dan duduk di kursi pasangan Ratna di bagian kedua paling depan. Di sisi seberang, Arta, siswa yang harusnya jadi rekan sekursi Argi kini duduk sendiri.
Bis ditutup. Mesin siap dinyalakan. Kesempatan tertutup. Tampaknya Argi memang tidak akan ikut.
"TOOOONGGGOOOOOO!!!" DBUK DBUK DBUK!!!
Perhatian semua orang di bis auto teralihkan. Pada seorang siswa yang menenteng tas besar di punggung. Berusaha keras menghentikan laju bis itu.
"Siapa yang mengetuk pintu di luar?"
[Kalau kamu suka cerita ini jangan lupa masukkan dalam daftar favoritmu untuk mengetahui update terbarunya -.<]
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet/Brother
General FictionDON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sudah bertahun-tahun lamanya Argi hidup sebagai adik sekaligus "peliharaan" kakak laki-lakinya. Dan semua berjalan "baik-baik" saja. Namun, semua berakhir ketika ia terhubu...