Part of Them

741 43 0
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"APA??!!!" respon Lastri tak percaya. Sampai ia tepuk dahinya. Entahlah. Merasa sia-sia. Karena sudah berharap terlalu banyak.

"Itu benar, Lastri. Kamu tau, 'kan? Mobil yang digunakan oleh Argi dan dua bodyguard besarnya itu sangat mewah dan mencolok."

"Seharusnya," potong Lastri datar.

"Aku pikir akan mudah untuk melacak mobil sebagus itu. Saat masuk ke pemukiman mewah atau semacamnya. Aku juga sudah berusaha untuk mencaritahu kontak teman-teman SD Argi. Tapi, rata-rata mereka sudah tidak ingat mengenai informasi yang berkaitan dengannya.

"Jadi... aku belum mengetahui apa pun," pungkas Arta. "Kalau kau sendiri bagaimana?" tanyanya balik.

Lastri menaruh kepalan tangan kirinya di daerah belakang telinga. Bertampang tidak enak untuk menjawab. "Anuu..."

"Jangan bilang kau juga tidak mendapatkan informasi apa pun," tuding Arta.

Kembali ditegakkan wajahnya. Menatap raut menuntut Arta. "Heh, jangan samakan aku dengan orang tidak berguna sepertimu, ya. Aku sudah mendapat informasi soal di mana kediaman keluarga Nityasa," beritahu Lastri.

Arta langsung mendirikan tubuh dengan semangat. "Yosh, kalau begitu kita langsung ke sana saja. Dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Argi."

Lastri langsung menarik tangan Arta. Memintanya kembali duduk. "Tidak bisa semudah itu, brow."

"Lastri, kamu itu anak OSIS, 'kan? Kamu bisa buat seribu satu alasan kenapa harus mengunjungi rumahnya. Dan lagi kalian juga berasal dari satu kelas. Tidak peduli sekaya apa pun dia. Argi itu masih siswa di sekolah kita," tanya Arta gemas.

"Sepertinya itu hanya pseudoaddress," balas Lastri.

Alamat palsu. "Apa maksudmu?" tanya Arta.

"Sebenarnya mudah mencari di mana alamat keluarga Nityasa dari data dirinya sebagai siswa. Dan itu bukan pseudoaddress. Bahasanya... keluarga Nityasa memang benar-benar tinggal di sana. Tapi, tidak begitu dengan Argi. Aduh... bagaimana ya memberitahunya..." jawab Lastri mbingungi.

"Lastri! Kamu ini sedang menstruasi apa bagaimana? Bicara itu yang jelas! Aku tidak paham pola pikirmu kalau penjelasannya bias seperti itu," omel Arta.

Bukannya bertindak barbar seperti biasa. Lastri malah "bertampang" semakin tidak enak. Akhirnya berkata, "Sebenarnya aku memeriksa rekaman semua CCTV di sekitar daerah kediaman keluarga Nityasa dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Dan..."

"APA?! Memeriksa CCTV? Kamu ini penjahat apa bagaimana?" tanya Arta tak percaya.

Hadeh, jadi panjang deh menjelaskannya. Buat malas saja. "Jaga mulutmu, Arta! Aku ini pernah belajar peretasan. Meretas CCTV di tempat umum begitu saja mudah untukku. Yang sulit itu meretas CCTV di dalam kediamannya," balas Lastri tak terima.

"Oh, oke, aku minta maaf. Lalu, apa yang kamu dapatkan?" tanya Arta.

"Lexus yang Argi gunakan saat berangkat dan pulang dari sekolah. Sangat jarang kembali ke kediaman itu. Berarti dia tinggal di tempat yang berbeda, 'kan?" jawab Lastri.

Arta langsung berpikir sambil memegang dagu, "Hmm... masuk akal juga. Tapi, ini berarti pekerjaan kita bertambah. Sudah hampir satu minggu dia tidak masuk...

"aku khawatir nanti dia tiba-tiba kembali ke sekolah dengan tubuh penuh luka. Atau malah cacat permanen. Bisa saja."

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Lastri.

"Ah, tidak. Itu hanya tebakan. Aku tidak serius berpikir seperti itu," jawab Arta tersenyum "ceria".

"Soal luka... memar di wajahmu itu kenapa?" tanya Lastri.

Arta langsung menutupi salah satu pipinya yang memang tampak sedikit memerah. Tapi, tertutupi oleh warna kulitnya yang sawo matang. "Aku terjatuh dari tempat tidur di bagian pipi. Rasanya memang seperti ditonjok. Ha ha ha."

Ditonjok? Hmm... jangan-jangan...

Tiba-tiba Arta memegang dua telapak tangan Lastri di atas meja. "Lastri, perasaanku benar-benar tidak enak menyangkut kondisi Argi saat ini. Aku akan sangat berterima kasih kalau kamu mau menemaniku. Sampai kita tau bahwa Argi benar-benar baik-baik saja."

"Tentu saja," sahut Lastri. Lagipula aku juga sedang butuh pengalih kepanikan. Dari kepusingan memikirkan beasiswaku yang akan dicabut.

Huuufftt...

[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]

Berhasilkah Arta dan Lastri menemukan tempat tinggal asli Argi dan menyelamatkannya? Sebelum sesuatu yang lebih buruk benar-benar terjadi. Sampai mengubah genre novel ini. Belum lagi soal beasiswa Lastri.

Entahlah. Ikuti terus ceritanya!

NB: Jangan lupa intip novel Noir yang lain juga, yaa. Terutama yang berjudul "MEDICALOVE: Clamping Horizon" karena itu baru terbit dan membutuhkan banyak dukungan dari kalian para pembacaku tersuuyuung

Sebuah kisah tentang dream, love, medical, and angst. Which one?

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang