Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...
"Silahkan duduk dulu. Santai saja," ucap Bagas ramah pada Lastri dan Arta.
"Maaf, Pak. Arginya mana?" tanya Arta tergesa.
Bagas tersenyum. Menjawab, "Sebentar, akan saya panggilkan. Air mineral dan camilannya silahkan dinikmati. Permisi," ucapnya sopan. Ia pun masuk ke bagian dalam rumah yang meski tampak mungil di depan. Sepertinya cukup panjang ke belakang.
Lastri langsung mengambil satu buat aqua gelas dan mencoblosnya. Saat akan minum ia masukkan sedotan ke dalam sela masker. "Haaahh... enak banget. Aku belum minum air putih sejak sarapan tadi pagi."
"Apa yang kamu pikirkan soal ini semua, Lastri?" tanya Arta pelan.
"Sepertinya Argi... atau siapa pun di baliknya. Ingin menunjukkan bahwa semua baik-baik saja. Yah, sepertinya semua pikiran buruk kita soal Argi maupun kakaknya hanya salah sangka belaka," jawab Lastri santai.
Arta merasakan keanehan dari ucapan Lastri. Tapi, ia tak ingin berprasangka lebih jauh sebelum melihat langsung dan mengkonfirmasi sendiri keadaan Argi.
Drap drap drap. Terdengar suara langkah berderap seseorang yang mengenakan sandal dalam rumah.
"Arta, Lastri!" panggil Argi ceria dari tikungan menuju bagian dalam rumah. Ia mengenakan piyana berwarna biru muda dengan garis putih vertikal.
Arta sedikit mendirikan tubuh saat Argi muncul. "Argi, kamu..."
"Selow, selow, selow! Duduk saja seperti di rumah sendiri, ya. Waow, mengejutkan sekali. Bagaimana cara kalian bisa sampai di sini?" tanya Argi seraya turut duduk di sofa.
Lastri memperhatikan kondisi Argi baik-baik. Beruntung karena ia mengenakan jilbab, kacamata, dan masker. Gerakan penuh investigasi dua bola matanya pasti tak akan jadi begitu ketara. Ah, dia pakai baju lengan panjang. Aku jadi tidak bisa lihat kondisi tubuhnya, batin Lastri, tapi, kalau dia bisa melangkah sampai terdengar suaranya begitu. Seharusnya dia baik-baik saja, 'kan.
Sementara Argi sendiri, ah, aku senang sekali mereka datang ke sini. Ya Tuhan, inikah jawaban doaku.
Tolong selamatkan aku!
"Kalau soal itu... aku dan Lastri tau dari seorang teman anak kelas kesenian," jawab Arta.
"Waow, tau dari mana dia?" tanya Argi semangat. Senyumnya. Tawanya. Antusiasmenya. Terasa sedikit ganjil. Untuk orang yang sudah satu minggu tidak masuk dengan surat izin "seperti itu".
"Dia bilang kalau beberapa kali melihat tipe mobil yang sama seperti milikmu di pemukiman rumah saudaranya," jawab Arta.
"Padahal tempat tinggalnya ada bukan di kawasan orang-orang yang wajar memiliki mobil seperti itu," tambah Lastri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet/Brother
General FictionDON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sudah bertahun-tahun lamanya Argi hidup sebagai adik sekaligus "peliharaan" kakak laki-lakinya. Dan semua berjalan "baik-baik" saja. Namun, semua berakhir ketika ia terhubu...