Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...
Sepulang sekolah di sore harinya. Daru langsung menaiki mobil jemputan menuju rumah. Ia memang tidak pernah diizinkan orang tuanya. Untuk berangkat dan pulang sekolah atau pergi ke mana pun seorang diri. Selain karena trauma kehilangan adik Daru. Mereka juga mempertimbangkan kondisi kejiwaan anak itu.
"Ingat ucapanku! Semua akan baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja. Semua akan baik-baik saja," hipnotis Kayana sebelum mereka berpisah.
Sebenarnya Daru sangat ingin menenangkan diri sejenak di rumah Kayana. Tapi, supirnya tidak akan mengizinkan dia naik sepeda motor tanki besar seperti yang selalu anak itu bawa ke sekolah.
Alhasil selama perjalanan pulang ia terus berusaha memperbaiki pikiran dengan melihat pemandangan sebanyak mungkin.
"Tuan Muda, kalau sudah mau sampai nanti pindah ke belakang, ya," pinta supirnya. Selama ini ia memang belum pernah duduk di depan.
"Memang kenapa?" tanya Dsaru aneh.
"Aduh, saya takut dimarahi sama Nyonya," jawab Pak Supir.
Dalam hati Daru membatin, dasar tidak jelas.
Sesampai di rumah ia langsung bersiap-siap untuk pergi ke pesta. Mandi. Dandan. Berpakaian yang sudah disiapkan oleh para pelayan. Dan berangkat menuju lokasi pesta lebih awal. Agar tidak terjebak kemacetan arus pulang kerja kota.
Ξ Ξ Ξ
Bentley Continental GT yang mengangkut tiga orang anggota keluarga Nitialam pun tiba di venue acara yang terletak di suatu hotel bintang 5. Daru merasa sangat risih dengan semua hal yang di sana. Kerumunan orang dengan pakaian mewah dan wangi parfum mahal. Gadis-gadis putri bangsawan yang super cantik dan terawat. Pemuda-pemuda bertubuh atletis yang tampak sangat gentle, tapi tetap sesuai usia. Para orang dewasa yang tampak bersahaja.
Dan... siapa ia di sana?
Daru tidak ingin berteman, bertegur sapa, atau berhubungan dengan mereka semua. Tapi...
Coba ia ingat lagi nasihat Kayana tadi pagi, "Profesional saja... profesional saja... profesional saja... Aku juga tidak berteman dengan semua orang yang kutemui di pesta. Aku dibawa ke sana juga kan hanya sebagai properti pendukung eksistensi keluargaku saja."
Perasaannya jadi sedikit lebih tenang. Mulai menebar senyuman ke semua orang.
"Eehh, hallo, Jeng Alysa, Pak Nitialam," sapa seorang wanita bertampang nyonya besar. Dengan tatanan rambut sasak tinggi yang dicat cokelat. Ditambah gaun emas bertabur kilauan yang membungkus tubuh langsingnya dengan ketat.
Wanita itu adalah istri dari Rafidan Darpa Narudana yang bernama Brenda Gelica Narudana, batin Daru mengidentifikasi orang yang baru ditemui keluarganya.
"Iya, Jeng Brenda. Semakin cantik saja, nih," puji Alysa bermulut manis belaka.
"Ohohoho, Jeng Alysa juga selalu cantik, kok," balas Brenda.
"Budi sama Rima mana?" tanya Alysa merujuk pada dua anak pasangan Narudana.
"Ah, mereka sedang kumpul bersama anak-anak muda lainnya," jawab Brenda. Ia lirik Daru yang hawa keberadaanya tipis di belakang Alysa. "Eh, itu siapa?" tanyanya.
Daru melangkah ke sisi ibunya. "Lama tidak bertemu, Tante. Saya Handaru putranya Pak Sukmadi Nitialam," salamnya. Menyebar senyum 5000 watt.
U-Uwah~♥♥♥. "Ini Daru yang dulu itu? Sudah besar, ya. Ganteng sekali lho anak kamu," pujinya sambil menjiwit dagu Daru.
"Terima kasih, Tante," respon Daru berusaha tampak serendah hati mungkin.
"Begini, dong. Datang ke acara seperti ini. Masa orang tuanya jadi seperti tidak punya anak saja, sih. Ho ho ho," ucap Brenda.
"Ha ha ha..." Daru: nenek-nenek sialan.
"Ho ho ho..." Alysa: dasar mulut rombeng.
"Eh, Daru, temui Budi di tempat anak-anak muda sana!" pintanya seraya mendorong lengan Daru cukup kuat. "Ciprati kegantenganmu sedikit sama anak Tante, ya," kelakarnya.
Daru tersenyum lagi (dipaksa). "Kalau begitu saya permisi, Ma, Tante."
"Iya, iya. Iihh, anakmu pas sudah bujang jadi ganteng banget begitu," colek Brenda ke lengan kecil Alysa.
"Ho ho ho. Itu kenapa saya nyangkut sama bapaknya," balas Alysa puas.
Daru berjalan menuju venue untuk golongan muda The N Group. Dari kejauhan ia melihat remaja sampai dewasa muda. Yang terdiri dari laki-laki super rapi. Dan perempuan super menawan.
Ia tidak enak hati untuk melangkah lebih jauh. Tapi, kalau ia tidak datang. Apa yang akan ia dapatkan setelah "berkorban" banyak untuk datang ke sana?
Ia ingat lagi nasihat Kayana tadi pagi, "Ingat, bro! Tujuan pesta itu untuk membangun relasi dan pembentukan image. Kita tidak tau masa depan akan jadi seperti apa. Itu kenapa bijaksana kan untuk selalu meninggalkan kesan baik."
Dilangkahkan lagi kakinya. Dengan membawa beragam topik obrolan yang sedang hitz untuk anak-anak seperti mereka.
Tetap tidak bisa. Mungkin ia bisa leluasa bersandiwara kalau lawannya orang biasa. Tapi, kalau anggota The N Group. Ah, tidak usah, deh. Ditarik lagi langkahnya. Diputar tubuhnya.
Bruukh.
"Aduh-!" Cplash.
"Ah, maafkan saya. Minumannya jadi tumpah," panik Daru segera menarik serbet dari meja dekat sana. Ia berusaha membersihkan noda jus yang tumpah di blazer pemuda yang baru saja ia tabrak.
"Hmph," pemuda itu terdengar menahan tawa melihat sikap "udik" Daru. Segera ia tarik pergelangan tangannya keluar dari hall pesta.
Siapakah dia? Yang memulai rajutan kebersamaan dua orang pemuda. Dari waktu ini sampai di mana semua penuh dengan tanda tanya.
[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]
Ikuti terus ceritanya, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet/Brother
Fiction généraleDON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sudah bertahun-tahun lamanya Argi hidup sebagai adik sekaligus "peliharaan" kakak laki-lakinya. Dan semua berjalan "baik-baik" saja. Namun, semua berakhir ketika ia terhubu...