Sebelum membaca sudikah untuk...
Bukannya menjawab. Dua pria itu mengeluarkan borgol dan rantai yang mereka gunakan untuk mengekang bagian tubuh atas dan bawah Argi. Nafasnya terasa naik turun. Kepalanya terasa berdengung. Tapi, ia tak ingin kehilangan kesadaran.
Kini kedua tangan Argi terikat di belakang punggung. Begitu juga dengan kedua pergelangan kakinya yang terborgol. Meski nafasnya terasa sesak. Ia tak boleh kehilangan kendali akan semua ini.
Tanpa mengatakan apa pun. Salah satu dari bodyguard itu menyalakan tab yang ada di bagian tengah mobil. Sebuah sambungan video call dinyalakan. Argi tampak risih melihat seseorang yang wajahnya kemudian tampak di layar kaca.
"Layar kaca" yang harusnya hanya berisi "euforia". Malah terasa seperti malapetaka.
Pria di seberang sambungan tersenyum lembut. Melihat Argi yang tak berdaya di dalam mobil bermesin V8 DOHC berkapasitas 4.608cc itu. Ia terlihat sangat lemah. Mudah didominasi. Tidak bisa pergi ke mana pun.
"Bagaimana kabar kamu, Gi?" tanya pria dengan potongan rambut gaya modern quiff itu.
"Semua baik-baik saja sampai Anda muncul di depan saya," jawab Argi dengan aura kebencian menyeruak pekat. Keluar dari dalam mulutnya.
"Ya sudah, tidak apa-apa. Kakak hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Kakak tidak akan membiarkan ada hal buruk yang terjadi pada kamu," balas pria itu.
"Perlindungan Anda adalah satu-satunya hal buruk yang terjadi pada saya saat ini!!!" teriak Argi emosi.
Pria itu menggelengkan kepalanya pelan. Membalas, "No, Argi. Rantai dan tali itu adalah sesuatu yang akan melindungi kamu. Dari hal buruk yang tidak akan bisa kamu bayangkan terjadi di masa depan kita nanti."
Argi memalingkan wajahnya. Melihat pemandangan bergerak di luar jendela. Menjawab, "Saya tidak peduli."
Ξ Ξ Ξ
Walau berstatus sebagai salah satu putra dari keluarga konglomerat yang kaya raya. Argi tidak tinggal di suatu bangunan seperti istana. Yang ada di kawasan elit dengan tanah seharga 250 juta permeter perseginya. Tidak. Nyatanya Argi tinggal di suatu kediaman yang cukup padat penduduk. Dengan lebar jalan yang hanya bisa dilalui oleh satu buah mobil.
Rumah ini sangat jauh dari bayangan rumah konglomerat. Tidak ada pagar yang bisa terbuka otomatis. Tidak ada satpam. Tidak ada kamera CCTV. Tidak ada garasi. Hanya ada satu buah carport sederhana. Yang (kalau tidak dikemudikan driver handal mungkin) akan menggores mobil keluaran akhir dekade kedua abad dua puluh satu itu.
Masih dengan keadaan kaki dan tangan terbelenggu. Argi memasuki rumah diiringi oleh dua orang bodyguard-nya. Sebenarnya daripada disebut bodyguard. Dua orang "anjing" peliharaan kakaknya itu lebih mirip seperti sipir penjara.
Semua kebahagiaan dan senyuman yang ia punya saat ada di dunia luar. Akan sirna kalau ia dikembalikan pada kenyataan di rumah itu.
Argi merupakan satu-satunya anggota keluarga Nityasa yang tinggal di sana. Tepatnya ia bersama dua orang bodyguard yang merangkap jadi pembantu. Dan juga one man show. Sementara supir hanya akan datang beberapa kali saat diperintahkan oleh kakaknya seperti barusan.
Untuk kakaknya. Argi tidak ada bedanya dengan "hewan" peliharaan. Saat berada di luar. Entah bagaimana kakaknya selalu mengetahui apa saja yang sedang ia lakukan. Saat berada di dalam rumah. Ia akan selalu "dijaga" dengan ketat. Ia akan selalu diikat. Dikurung di dalam kamar. Kakinya dirantai ke borgol yang menempel pada dinding. Atau kalau sedang sial ia bisa dimasukkan ke dalam sebuah kandang berukuran kecil.
Argi sama sekali tidak mengetahui apa alasan di balik tindakan kakaknya. Tapi, meski begitu bukan berarti ia juga bisa sesuka hati menunjukkan perlawanan.
Ia tidak suka melihat dua orang pria itu menelanjanginya bulat-bulat. Lalu, mengganti pakaiannya dengan "pakaian penjara". Sebuah terusan berwarna putih yang tidak berlubang di bagian kedua tangan mupun kaki. Setelah itu mereka pasangkan borgol dengan rantai panjang yang menempel ke dinding pojok ruangan di satu kaki Argi. Kedua tangan disilangkan di belakang punggung. Dan diikat kuat menggunakan strap berwarna putih.
Ia sudah sering diperlakukan seperti ini. Tapi, perasaannya dengan saat semua berawal belum juga berubah. Dada yang berdegub kencang. Perasaan merinding saat merasakan strap menjerat tubuhnya.
Tidak bisa lepas. Tapi, tetap ingin bebas.
Tidak bisa berteriak. Tapi, tetap ingin bicara.
Ketika akhir minggu yang seharusnya indah. Menjadi terasa serba salah.
Dalam keadaan tubuh yang sudah tidak berdaya. Seorang bodyguard yang akrab dipanggil Iwan membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sementara seorang bodyguard lagi yang bernama Bagas turun ke lantai paling bawah untuk memasak makan malam.
Argi hanya terdiam. Melihat jendela yang pemandangannya tak jelas terlihat. Karena tertutup oleh gorden dalam berwarna putih buram.
"Tuan Muda... Argi," panggil Iwan.
"Hmm," respon Argi singkat.
"Kenapa Anda membiarkan Tuan Besar melakukan ini?" tanya Iwan.
Argi terdiam.
"Kenapa Anda tidak mencoba untuk melepaskan diri?" tanya Iwan lagi.
Argi masih terdiam.
"Kenapa Anda tidak pernah melawan atau menunjukkan ketidaksetujuan?" tanya Iwan lagi.
Argi mengalihkan pandangannya. Menatap wajah Iwan. Ia cukup terkejut mendengar pria itu bicara seperti itu. Padahal ia sudah lama bekerja pada kakaknya.
Apakah akhirnya ia mencapai batas dari suatu rasa penasaran?
Argi melengkungkan senyum. Di bibirnya yang simetris dan indah. "Kalau boleh jujur... saya sendiri juga sedang mencari alasan untuk itu," jawabnya.
"Maksud Anda?" tanya Iwan.
"Ya..."
[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet/Brother
General FictionDON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sudah bertahun-tahun lamanya Argi hidup sebagai adik sekaligus "peliharaan" kakak laki-lakinya. Dan semua berjalan "baik-baik" saja. Namun, semua berakhir ketika ia terhubu...