Past of Them

1.1K 42 0
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sepakat untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi pada Argi. Arta dan Lastri berusaha untuk mencaritahu di mana rumah anak itu sebenarnya. Pasalnya selama bersahabat dengan Argi. Arta belum pernah sekalipun diajak main ke rumahnya. Ia akan berusaha mencari informasi dari teman-teman SD Argi. Sementara Lastri akan mengulik informasi dari para guru dan juga anak-anak OSIS lain.

Ini sudah hari Kamis. Dan sesuai perkiraan. Argi benar-benar belum kembali masuk ke sekolah. Beberapa anak merasa cemas. Berpikir, apa terjadi hal buruk padanya karena efek kecelakaan hari itu? Sampai sekarang tak seorang pun tau. Apa yang terjadi padanya selama satu malam penuh tersesat di hutan.

Hmm. Tersesat... atau memang sengaja menyesatkan diri? Entahlah.

Ξ Ξ Ξ

Arta pertama kali bertemu dengan Argi. Saat duduk di kelas delapan suatu SMP negeri unggulan. Sejak kelas tujuh Argi sudah cukup terkenal diantara anak-anak seangkatan. Karena menyandang Nityasa di belakang namanya.

Tapi, itu jugalah yang membuat Arta tak begitu tertarik pada Argi waktu itu. Anak kaya pintar yang punya kepribadian baik. Cih, pasti tipikal manusia sempurna yang membosankan, jaim, serta naif.

Sepanjang kelas tujuh. Arta sudah berusaha keras untuk mengambil jarak sejauh mungkin dari Argi. Untung saja kelas mereka berbeda. Paling Arta hanya dengar dengar saja soal Argi dari teman-teman yang banyak membicarakannya.

Sama sekali tidak ada yang istimewa.

Sampai hari itu tiba. Suatu sore yang basah karena diguyur oleh hujan deras. Arta terpaksa harus tinggal lebih lama di sekolah. Karena sebagai ketua kelas. Ia memiliki "kewajiban" untuk membantu wali kelas.

"Terima kasih banyak ya, Arta. Karena dibantu sama kamu pekerjaan Ibu jadi lebih cepat selesai," ucap Bu Wakel di depan pintu ruang guru.

Arta tersenyum sepuluh ribu watt. "Saya sangat senang mendengarnya, Bu. Tapi, sebenarnya Ibu tidak perlu berterima kasih. Itu sudah jadi kewajiban saya," sahutnya pro.

"Wah, sudah pintar kamu juga anak yang rendah hati. Pertahankan sikapmu sampai dewasa ya, Nak. Hati-hati pulangnya," pesan Bu Wakel.

Arta pun meninggalkan ruang guru. Beranjak menuju pintu keluar dari gedung sekolah. Sudah tak ada orang di sana. Jelas saja. Ini sudah cukup jauh dari waktu pulang normal. Hujan masih mengguyur dengan deras. DDDRRRSSSHH DDDRRRSSSHH DDDRRRSSSHH. Arta tak melihat kesempatan untuk menerobos paksa.

"Haduuhh, bosen banget," keluhnya seraya menyender ke dinding.

"Aku juga bosan," ucap seorang siswa yang tiba-tiba dagunya menempel di pundak Arta.

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang