SOTA 1

503 37 3
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang dari pertemuan itu. Sesampai di panti asuhan Lastri hanya goler-goler santai seperti di pantai sambil melamun di ruang tamu. Melihat chandelier. Menatap lukisan dan pajangan. Membiarkan oksigen masuk dan karbon dioksida keluar. Begitu saja dari tubuhnya tanpa melakukan apa pun.

"Kak (Kak), bantu (bantu) kami (kami) membuat (membuat) pekerjaan (pekerjaan) rumah (rumah), dong (dong)," pinta "sebuah" suara di belakang sofa.

Lastri langsung menoleh. "Mike, Miko! Kalian itu kalau bicara tidak usah bersamaan seperti itu bisa tidak? Seram tau!" omelnya.

"Maaf (maaf), Kak (Kak). Kami (kami) sudah (sudah) terbiasa (terbiasa) seperti (seperti) ini (ini)," respon Mike dan Miko, "Kami (kami) kan (kan) kembar (kembar)."

"Kecoa planet Mars juga tau kalian kembar. Sudah, PR apa, sih?" tanya Lastri malas.

"Membuat (membuat) prakarya (prakarya)," jawab Mike dan Miko.

"Ah, malas, ah. Kalian tidak lihat tanganku sedang sakit? Malah suruh bikin prakarya," respon Lastri.

"Kakak (Kakak)..." tatap Mike dan Miko dengan mata berkaca-kaca.

"Euukh..." Lastri paling tidak kuat pada tatapan melas anak laki-laki kecil imut seperti mereka. Orang tua biadab macam apa yang sudah berani membuang kalian, batinnya mengharu biru.

Pintu depan terbuka. Ripta pulang membawa sekantung plastik makanan. "Hayyo, Kak Lastrinya sedang sakit malah disuruh membantu buat pekerjaan rumah. Itu tugas yang harus kalian kerjakan sendiri, ya." Didekati dua anak itu. Disentil dahinya, ctik, ctik.

"Waddaoow (waddaoow)," respon Mike dan Miko langsung menutup dahi mereka dengan telapak tangan untuk meredam nyeri.

"Kak (Kak) Ripta (Ripta) jelek (jelek) galak (galak)!" ledek mereka sambil menarik bagian bawah satu mata. Lalu, kabur.

"Aku benci sekali cara bicara mereka," komentar Ripta berlagak akan meninju dua bocil yang sudah jauh itu.

"Kamu ganteng kok, Bang," ucap Lastri datar tanpa menatap Ripta di belakangnya.

"Aku bawa donat sama yoghurt, nih. Ngobrol yuk di kamarku," ajak Ripta.

"Makasih, Bang. Aku lagi pengen begini dulu aja untuk sementara waktu," jawab Lastri.

Hmm, tumben. Biasanya dia paling semangat kalau dengar kata makan gratisan, batin Ripta. "Kamu habis menemui siapa, sih? Galau amat mukanya," tanyanya.

Lastri mendirikan tubuh. "Bukan siapa-siapa, kok."

Tumben Lastri tidak mau berdiskusi denganku. Sepertinya cukup berat, batin Ripta.

Ξ Ξ Ξ

Di hari Senin ini. Argi sudah kembali masuk sekolah. Teman-teman sekelas pada sibuk mengerubungi menanyai apa yang terjadi padanya. Argi yang lemah lembut dan ceria menjawab seolah "tak ada" yang terjadi. Ia tidak masuk selama satu minggu. Murni karena alasan yang sudah diutarakan di dalam surat izin.

Kamu itu... penipu yang hebat, batin Lastri, apa yang kamu tutupi di balik kemeja dan blazer itu? Di balik celana panjang itu?

Didirikan tubuhnya. berjalan ke bangku di samping tempat duduk Argi yang masih kosong. Dijatuhkan tasnya di sana. Anak-anak sekelas langsung melihatnya seraya tersenyum najis.

"Ciyee ciyee, Lastri gerak cepat nih karena pangerannya sudah kembali," ledek seorang siswi diiringi tawa anak lain.

BADUMP! Hati Argi langsung kepedean begitu mendengar hal itu. Benarkah Lastri menganggapnya pangeran?

"Ah, ada-ada saja kalian. Aku pindah duduk di sini hanya karena minus mataku sudah tambah, kok. Tidak enak kalau tetap duduk di belakang," sanggah Lastri. Ditatapnya Argi. Bertanya, "Boleh kan, Argi?"

Tanpa sadar Argi menganggukkan kepalanya cepat. "Tidak apa-apa, kok. Nanti Raka akan aku suruh pindah ke tempat dudukmu."

Diing doong diing doong. Bel sekolah berbunyi empat kali. Pertanda upacara penghormatan pada Sang Saka Merah Putih pagi itu akan segera dimulai.

"Lastri, kamu bawa topi dua tidak?" tanya Argi.

"Tidak. Aku kan tidak pernah ikut upacara," jawab Lastri santai. Ia memang tidak bisa berdiri di bawah terik matahari lebih dari tiga puluh menit.

"Kalau begitu... mau temani aku di UKS?" tanya Argi.

Lastri menganggukkan kepala.

This is SOTA.

This is "Story of They Are".

[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]

Ikuti terus ceritanya, ya!

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang