Social Captivity (Tawanan Sosial)

536 29 6
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa hari terakhir ini Lastri jadi "sangat dekat" dengan si Pangeran Nityasa. Ratna mendengar soal itu dari seorang teman sekelas Lastri. Kini mereka sudah duduk berpasangan. Anak-anak lain berpikir itu efek "kesamaan nasib" mereka di acara baksos kemarin. Membuat mereka jadi semakin "terikat".

Mungkin itu merupakan kabar segar. Untuk siswa siswi Smaspede lain yang "kering" kisah romansa. Yang diobrolkan di sana saat istirahat saja kalau tidak soal suatu penelitian. Ya penelitian yang lain. Jika sampai ada cerita tentang bersatunya (ca'ilah) seorang pangeran dan rakyat jelata bak Pangeran Edward dan Kate Middleton.

Tentu itu akan sangat menarik.

Tapi, tidak begitu untuk Ratna. Ia merasa tersisihkan dari kehidupan Lastri. Dan Argi... apakah ia serius pada perasaannya? Atau hanya berniat mempermainkan seperti yang lainnya?

Dipikir lagi itu akan sangat tidak masuk akal. Cowok-cowok resek yang biasa mengganggu Lastri selama ini pada umumnya "sudah punya" masalah pribadi dengannya sebelum kecelakaan yang menimpa dirinya. Sementara Argi? Dia hanya seorang siswa dengan latar belakang nyaris sempurna yang bukan hanya kaya dan pintar. Tapi, juga berwajah rupawan dan kalem.

Ratna merasa tak bisa menolak kehadiran Argi dari sisi Lastri. Tidak seperti pemuda yang ada di sampingnya kini. Yang entah bagaimana bisa berada di sana.

"Kenapa kamu bengong begitu? Nih, dimakan cokelatnya," ucap Luthfi menyodorkan satu bar cokelat favoritnya, Seraphink Choco.

"Eh, ini brand cokelat dari tempatnya Argi, 'kan?" tanya Ratna menyadari bungkus berwarna pink elektrik yang mencolok.

Luthfi menjawab sambil menggigit cokelat yang sudah ia buka. "Iya, benar. Ironis, ya. Kamu sudah pernah coba?" tanyanya.

Ratna menggeleng pelan. Menjawab, "Belum pernah. Teman-temanku banyak yang suka, sih. Tapi, mengingat itu produk usaha keluarga Argi. Entah kenapa jadi risih mau mencoba."

"Hee, kamu baper banget, deh. Pantas saja sekarang Lastri dekat dengan Argi kamu jadi tidak enak hati," sahut Luthfi.

"Lha, kamu sendiri?" tanya Ratna.

"Bagaimana, ya? Dulu kan Lastri tidak dekat dengan siapa pun. Kalau dekat pun dia pasti terang-terangan menolak. Jadi, aku merasa lebih ringan saat mendekatinya karena banyak teman senasib. Kalau sekarang sudah tidak begitu. Kata teman sekelasnya mereka belum pacaran, sih. Baru TTM saja. Tapi, tetap rasanya tidak akan sama.

"Apalagi kalau lawannya seperti Argi. Ha ha ha. Tidak apple to apple," jawab Luthfi.

"Padahal kamu tidak seburuk itu, lho," ucap Ratna pelan tanpa melihat wajah Luthfi.

Luthfi tidak dengar. "Berat untuk diakui, tapi semua makanan produksi perusahaan keluarganya Argi tuh memang enak. Bikin nagih. Aku sampai ngestok semua varian cokelat dan permennya. Gila, sih."

"Nanti gigi kamu sakit, lho," peringat Ratna.

Luthfi tertawa mendengar peringatan Ratna. Seperti kakak perempuan pada adik laki-laki kecilnya. "Ahahaha, iya sih sebenarnya. Tapi, sekali mencoba produk mereka. Rasanya mulut gatal sekali untuk dipakai mengunyah terus. Lalu, aku jadi berpikir..."

"Berpikir apa?" tanya Ratna.

"Argi itu pasti beruntung sekali, ya. Mungkin dia terkadang pendiam dan selalu bersikap cool. Tapi, hidupnya terlihat semanis produk perusahaannya. Dia punya segala yang tidak kita punya," jawab Luthfi. Kembali menggigit cokelat.

"Apa kamu merasa iri?" tanya Ratna.

"Hanya sedikit," jawab Luthfi tersenyum lebar.

"Padahal Luthfi tidak perlu iri," ucap Ratna.

"Wah, tumben kamu belain aku. Memang kenapa? Mulai naksir, ya? Haa haa haa," tanya Luthfi tertawa jahil.

Ratna mengerucutkan bibir. "Huh, aku tau, kok. Kamu itu kan sebenarnya sangat pintar. Sampai teman SMP-mu acara bilang keren lah kalau sampai satu sekolah. Gengsinya gede lah kalau jadi teman kamu. Bisa-bisanya orang seperti itu jealous pada anak seperti Argi.

"Kalian itu setara," jawabnya.

"A-Ahahahahaha," gelak Luthfi mendengar jawaban Ratna. "Ha-Hahaha. Siapa sih teman SMP-ku yang bicara seperti itu? Kok kedengarannya berlebihan sekali. Lagipula kalau aku memang seperti itu. Lastri tidak akan menolakku mentah-mentah, dong."

"Itu karena kamu selalu bersikap seperti orang bodoh. Andai saja kamu bersikap seperti yang teman-teman SMP-mu ceritakan. Beuh, cewek seperti Lastri pun aku jamin akan klepeuk-klepeuk," balas Ratna.

Luthfi menarik dan menghembuskan nafasnya tanpa suara. "Terkadang... aku ingin disukai sebagai diriku yang apa adanya. Tapi, memang sulit, ya," ucapnya lirih.

Whuush...

"Hah? Apa?" tanya Ratna mengonfirmasi karena suara Luthfi seperti terbawa angin yang baru saja berhembus.

Luthfi kembali tersenyum lebar. "Tidak apa-apa. Aku hanya bilang kalau kita semua itu tawanan."

Ratna mengernyitkan dahi. Bertanya, "Maksud kamu?"

"Iya, tawanan. Tawanan sosial," jawab Luthfi.

"Aahh, kamu benar. Kira-kira orang setajir Argi jadi tawanan sosial juga tidak, ya?" tanya Ratna.

"Ah, mustahil. Anak yang lahir dengan sendok perak di mulutnya seperti Argi itu hidup hanya untuk mati," jawab Luthfi.

"Ahahahaha, kamu benar lagi. Kalau didatangi cowok seperti Argi. Cewek sepemilih Lastri pun tidak akan menolak sama sekali," sahut Ratna.

"Nanti dia jadi Lastri Ramadhani," kelakar Luthfi.

"A-A-Ahahahahaha. Argi Buckri, dong," balas Ratna.

Anak-anak lain di kantin yang melihat mereka berdua tertawa dengan tidak intelektualnya: cih, orang yang tertawa karena hal bodoh adalah orang tolol.

Ratna belum pernah tertawa selepas ini dengan orang selain Lastri sebelumnya.

Luthfi belum pernah menghargai kekurangannya lebih baik dari ini sebelumnya.

[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]

Ikuti terus ceritanya, ya!

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang