Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...
Malam itu kakak Argi sedang bersantai di sebuah restoran mahal. Yang terletak di suatu pusat perbelanjaan terkenal. Tidak seperti eksekutif muda pada umumnya. Yang gemar melakukan sosialisasi dengan sesama. Atau "bersantai" di rumah bersama keluarga. Pria itu menikmati kesendirian lebih dari apa pun di dunia. Anggota keluarga Nityasa yang lain sampai harus berkali-kali memaksa dirinya. Untuk datang ke pesta-pesta yang kerap diadakan oleh golongan mereka.
Sejak datang ia hanya terus-terusan memeriksa semua hal. Tentang perusahaan yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Perusahaan yang orang tuanya tinggalkan tentu saja tidak hanya bergelut dalam bisnis kebutuhan anak-anak dan manisan. Mereka juga terlibat dalam pengembangan teknologi dan juga sumber daya.
Mengurus semua itu tentu saja membutuhkan perhatian dan kejelian yang baik. Sekalipun sudah ada pihak yang mengurusi bagian-bagian tertentu. Ia tetap merasa punya tanggung jawab untuk "menguasai" segalanya.
Literally, segalanya.
Terkadang ia merasa semua tanggung jawab itu merenggut lebih dari separuh usianya. Padahal ia sudah berusia dua puluh delapan tahun. Tapi, ia merasa belum mencicipi apa pun dari kehidupan di dunia fana ini.
Rentang usianya dan Argi cukup jauh. Itu membuat posisinya jadi semakin berat sepeninggal orang tua mereka. Di satu sisi ia masih anak muda "biasa" kala itu. Di sisi lain ia juga harus merangkap jadi orang tua tunggal untuk adiknya. Di sisi lain ia harus tetap bertanggung jawab pada seluruh peninggalan orang tuanya ketika sudah cukup usia.
"Padahal aku masih harus menguak kenyataan di balik kematian mereka," desahnya seraya menyenderkan punggung yang kaku.
"Hei," sapa seorang pemuda yang tiba-tiba duduk di pasangan kursi meja yang ia tempati tanpa permisi.
"Heh, Daru, sedang apa?" tanya pria itu sedikit kagok.
"Sedang iseng ingin makan di luar," jawab pria bernama Daru. Diangkat satu tangannya memanggil pelayan. "Kamu baru pesan makanan pembuka?" tanyanya melongok makanan di sisi pria itu.
"Iya," jawab kakak Argi pelan.
"Oke, kalau begitu kita makan bersama saja, ya. Akan aku traktir." Dilihatnya pelayan perempuan yang sudah datang. "Saya pesan menu favorit bulan ini. Kalau kamu?" tanyanya.
"Terserah kamu saja. Lagipula aku tidak..."
"Sudah, sudah. Jangan terlalu serius, bro. Kita ini kan sahabat karib. Kalau begitu menu itu dua. Dan saya pesan minum yang sama seperti tuan besar bertampang morose di depan ini," candanya.
Memang. Tidak seperti kakak Argi yang nyaris selalu berpenampilan serius. Dengan stelan mahal dan model rambut klimis. Daru seperti kebalikannya. Ia selalu bersikap ceria dan positif kala menghadapi apa pun. Ia hanya mengenakan kaus distro dan jeans belel serta kets gaul ditambah tatanan rambut "acakadul" jika beraktifitas di luar kegiatan kantor. Membuatnya tampak seperti beberapa tahun lebih muda.
Walau sebenarnya Daru hanya beberapa bulan lebih muda. Penampilannya saat itu membuat ia terlihat beberapa tahun lebih muda timbang pria di hadapannya.
"Bagaimana kabar adikmu?" tanya Daru sembari menyeruput minuman milik kakak Argi.
"Dia baik-baik saja. Aku sudah menempatkan mata-mata baru yang akan selalu ada di sampingnya. Kebetulan dia baru mengalami hal yang kurang mengenakkan kemarin," jawab pria itu.
Daru mengernyitkan dahi. "Hal apa?" tanyanya.
"Dia mengelabui pelayan dan ikut acara baksos tidak jelas dari sekolah. Saat di tempat acara dia malah hanyut di sungai dan tersesat di hutan," jawab kakak Argi, "Bodoh sekali."
Wajah Daru langsung tampak tidak nyaman. "Ouwh, itu berbahaya sekali, bro. Kamu akan sangat menyesal sampai terjadi sesuatu padanya. Bagaimana keadaan Argi sekarang?" tanyanya.
"Tenang saja. Aku sudah memberinya shock teraphy selama satu minggu. Dia tidak akan berani mengulangi hal seperti itu lagi," jawab kakak Argi.
Pesanan keduanya datang. Walau sebenarnya ia sedang tidak berselera memakan apa pun saat ini. Karena sahabatnya sudah repot-repot memesankan...
"Apa yang kamu rasakan saat mengetahui kabar itu?" tanya Daru memulai makan malamnya.
"I just fell into pieces. I have been feeling a bit down in the dumps because of that (Perasaanku ambyar. Aku merasa sangat frustasi karena hal itu)," jawab kakak Argi.
"Let me give you a piece of advice, bro," ucap Daru seraya memotong makanannya.
"What?" tanya kakak Argi.
"Since you still have it then take care of it as best you can. If you need to tie him up, chain him, lock him up, and never let him go. You will be so sorry that you lose the only sibling you have (Karena kamu masih memilikinya maka jagalah ia sebaik yang kamu bisa. Kalau perlu ikat dia, rantai dia, kurung dia dan jangan pernah biarkan dia pergi. Kamu akan sangat menyesal sampai kehilangan satu-satunya saudara yang kamu punya)," nasihat Daru.
Ia tersenyum kecil. Menjawab, "Of course. Tentu saja."
Daru tertawa mendengar jawaban pria itu. "Ah, of course I'm not suggesting you actually do that, Dydy. Ha ha ha! (Ah, tentu saja aku tidak menyarankan kamu untuk benar-benar melakukan hal itu, Dydy. Ha ha ha!)"
[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]
Ikuti terus ceritanya, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pet/Brother
General FictionDON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sudah bertahun-tahun lamanya Argi hidup sebagai adik sekaligus "peliharaan" kakak laki-lakinya. Dan semua berjalan "baik-baik" saja. Namun, semua berakhir ketika ia terhubu...