Nepotisme X Nepotism

2.3K 77 5
                                    

Wajah Ratna yang tadi ceria tiba-tiba jadi tampak bete. Melihat kehadiran siswa yang Lastri panggil dengan nama Luthfi itu. Ratna memang tidak punya masalah khusus dengan siswa itu. Ia hanya tidak suka melihat ada laki-laki yang sok keganjenan mendekati sahabatnya.

Cih, namanya Luthfi lagi. Membuatku teringat dengan tragedi "anjayanto" beberapa tahun silam saja, batin Ratna kesal. Langsung didorong mundur tubuh Lastri. Dimajukan tubuhnya mendorong balik tubuh Luthfi. "Ada apa ya keganjenan banget deketin kita kita?" tanyanya dengan senyum ramah.

Wajah Luthfi tampak canggung dengan reaksi penolakan yang jelas Ratna tunjukkan akan kehadirannya. Balas tersenyum ramah, "Wah, Jeng Ratna. Aku cuma nimbrung aja, kok. Penasaran kalian lagi ngobrolin apa. Ganjennya di bagian mana, ya?" tanyanya tenang.

Lastri langsung menghampiri Ratna dari belakang. "Iya, Ratna, apaan sih kamu. Luthfi kan cuma nanya gitu aja. Kok sampai dilabrak segala," tanyanya seraya menutup bagian mulut yang tertutup masker dengan telapak tangan.

Ratna membalik tubuhnya dan memegang kedua belah pundak Lastri. Berkata, "Riona, pokoknya aku nggak akan biarin kamu disakiti sama satu orang cowok pun," tekadnya.

Sepasang mata Lastri menampilkan gestur seolah ia tengah tersenyum lembut di balik maskernya. "Ya ampun, iya, terima kasih banyak. Tapi, Luthfi kan tidak ingin menyakiti aku. Benar begitu kan, Luthfi?" tanyanya.

BADUM! Dada Luthfi langsung berdetak kencang melihat gestur senyum di balik masker tipis yang Lastri gunakan. "Iya, dong. Kita semua kan teman. Mana mungkin ingin menyakiti."

Kedua mata Lastri menatap sepasang mata Luthfi.

Sepasang mata Luthfi menatap dua mata Lastri.

Ratna ingin muntah melihat adegan yang seperti baru saja keluar. Dari dalam potongan scene suatu FTV remaja alay itu. Langsung ia menerobos masuk memotong "scene" pandang-memandang jijay itu. "Cut! Cut! Cut!" teriaknya.

Ia bertolak pinggang dan melirik tajam ke arah Luthfi. Dari gelagatnya saja Ratna sudah tau betul kalau anak itu punya rasa pada Lastri. Oh, tapi, tidak semudah itu tentu saja. Ada benteng yang harus ia taklukkan. Dan benteng itu bernama Ratnasari Bunga Lestary.

"Ratna, aku itu pengen ngobrol sama kalian. Bukan sama Lastri atau kamu saja. Jangan anarkis gitu dong sama aku," ucap Luthfi berusaha menjelaskan.

"Benar, Ratna. Luthfi ini walau sedang sibuk dengan penelitiannya bersama Profesor Watimena. Cukup sering membantu kegiatan di OSIS dan panitia dari berbagai macam acara.

"Jadi, kamu jangan galak-galak sama dia," nasihat Lastri.

Dia hanya sibuk membantu acara yang ada kamunya doang, 'kan??? Dia itu ngemodus, Lastri, modus, batin Ratna kesal. Karena Lastri ini tipe perempuan yang cukup cuek masalah "begituan". Sudah bisa dipastikan ia sama sekali tak memahami maksud bulus. Anak-anak nakal yang sengaja mendekatinya hanya untuk mempermainkan. Seperti yang sudah-sudah.

"Ya sudah, kalau begitu ngobrol saja. Aku tidak akan pergi ke mana-mana," tantang Ratna.

Cih. "Ehmm, Lastri, nanti kan setelah selesai baksos. Rombongan kita akan mampir ke tempat wisata. Apa kamu mau... naik karpet Aladin sama aku?" tanya Luthfi.

"Kalau itu..."

"OH, TENTU SAJA BOLEH," jawab Ratna semangat 45, "Nanti Ratna juga ikut, ya. Kalau Lastri jadi Putri Jasmine dan Ratna jadi Aladin. Kamu pasti cocok buat jadi jin."

Aduh, bikin kesel aja ini cewek. "Jin ganteng ya pastinya?" tanya Luthfi.

"Ah, kamu mah cocoknya jadi jin tomang!" jawab Ratna.

Walau sesekali nimbrung dengan obrolan "akrab" Ratna dan Luthfi. Sebenarnya Lastri masih sibuk mengamati sekeliling. Sebentar lagi mereka sudah akan diabsen untuk masuk bis masing-masing. Tapi, tampang Argi belum terlihat di sudut mana pun juga. Membuat hati gadis itu menjadi gundah gulana.

Plok. Lastri menepuk ringan pundak Luthfi agar menghentikan perseteruannya dengan Ratna.

Pemuda itu langsung menoleh dengan tampang berbunga-bunga. Menjawab, "Ada apa?"

"Luthfi itu satu ekskul kan dengan Argi di ekskul bola bekel?" tanya Lastri.

Luthfi menutup mulutnya menahan tawa. Mana ada ekskul semacam itu di sekolah mereka. "Ekskul bola basket, Sayang," gombalnya.

Saat Ratna siap naik pitam dan memaki-maki Luthfi lagi...

Lastri langsung sigap melerai sebelum semua terjadi. "Ehmm, jadi, apa kalian cukup dekat?" tanyanya.

"Not yet," jawab Luthfi, "Dia mah di ekskul basket hanya numpang nama dan daftar hadir saja. Agar nilai ekstrakulikulernya tidak kosong. Aslinya juga jarang sekali nongol batang hidungnya itu orang."

Lastri langsung memandang curiga. "Jarang nongol? Memang bisa seperti itu, ya?" tanyanya. Setaunya kegiatan ekskul di sekolah mereka punya peraturan yang cukup ketat.

"Seharusnya sih tidak. Tapi, kesugihan keluarga Nityasa seolah jadi kekuatan yang meniadakan kata tidak bisa," jawab Luthfi tersenyum.

"Maksudmu... sekolah kita sudah dicemari oleh nepotisme keluarga Nityasa lewat Argi?" tanya Ratna JB-JB.

"Hmm..."

Siswa sugih, UNLIMITED!

[Kalau kamu suka cerita ini jangan lupa masukkan dalam daftar favoritmu untuk mengetahui update terbarunya -.<]

<]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang