Ten

1.6K 56 0
                                    

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan...

Sebelum membaca yuk jangan jadi silent reader lagi dan tunjukkan dukungan kalian dengan komen dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai hari Selasa Argi belum juga masuk sekolah. Seharusnya itu tidak akan menjadi masalah untuk orang yang bisa menyelesaikan apa pun dengan menggampari muka orang pakai uang, bukan?

 Seharusnya itu tidak akan menjadi masalah untuk orang yang bisa menyelesaikan apa pun dengan menggampari muka orang pakai uang, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya begitu. Itu memang "bukan" masalah. Apa pun yang sedang ia lakukan sekarang. Sudah mendapat persetujuan dari kakaknya yang sangat kaya dan berkuasa itu. Tapi, entah kenapa Lastri tetap merasa cemas. Ia merasa ada yang tidak beres dengan kondisi Argi sebenarnya. Terlepas dari semua gosip yang menerpa keluarga Nityasa.

Ia yang datang ke pemberangkatan baksos telat. Tubuhnya yang tampak tidak fit. Dan juga...

Zzzzrrrssshhh zzzrrrssshhh zzzrrrssshhh!!!

"Lastri! Lastri! Lazz... dri... gluuph gluuph gluuph! Pegang... tanganku..."

Ia mengingat dengan jelas. Sekalipun situasi kala itu benar-benar kacau. Argi yang ada di belakangnya terus berusaha untuk menyelamatkan dirinya. Namun, karena jarak yang semakin terpisah jauh. Argi pun kehilangan Lastri yang sudah tak sadarkan diri.

Apa yang Argi pikirkan saat itu, ya? Dia terlihat sangat ketakutan, batin Lastri seraya menatap pemandangan di luar jendela yang buram. Karena hari tengah dilanda hujan.

"Lastri," panggil Ratna di belakangnya. Ini sedang waktu istirahat.

"Iya, ada apa?" tanya Lastri mengalihkan pandangan pada Ratna.

"Kenapa, sih? Sejak tadi sepertinya kamu melamun terus," tanya Ratna.

"Argi... kenapa belum masuk, ya?" tanya Lastri.

"Untuk apa sih kamu memikirkan dia? Dia saat ini pasti sedang bersenang-senang dan melakukan hal menyenangkan bersama kakaknya," balas Ratna.

"Kenapa kamu bisa bicara seperti itu?" tanya Lastri.

"Oh, itu karena aku sempat melihat sedikit surat izin dari kakaknya Argi. Khi khi khi. Suratnya sudah seperti surat kenegaraan saja," jawab Ratna.

Lastri memundurkan kepala dengan raut wajah aneh. "Surat kenegaraan?" tanyanya.

"Iya. Surat izinnya ditulis di atas sebuah kertas berwarna kekuningan dengan bermacam corak yang tampak vintage. Bahasa Inggris yang digunakan sangat formal dan serius. Selain itu juga ada semacam lambang keluarga atau apalah di bawah tanda tangannya. Tanda tangan kakaknya Argi itu sangat rumit, lho. Benar-benar tidak seperti surat izin tidak masuk sekolah biasa, wkwkwk," jawab Ratna semangat.

Lastri mendirikan tubuh. Terus berdiam diri di tempat sepertinya hanya akan membuat perasaannya jadi semakin buruk. "Ke kantin, yuk," ajaknya.

"Hayuuk," sambut Ratna ceria. Ia sangat bahagia karena kondisi Lastri sudah terlihat lebih baik. Sebelumnya ia sempat khawatir jika Lastri akan mengalami stres pasca trauma. Atau hal serius semacamnya. Tapi, tampaknya sekarang semua sudah baik-baik saja.

Semoga.

Sepanjang perjalanan menuju kantin. Ratna terus mengatakan banyak hal. Yang ia harap dapat memperbaiki suasana hati sahabatnya. Lastri beberapa kali menampilkan gestur wajah tersenyum atau merespon ucapan Ratna.

Sampai...

"Hai Lastri, Ratna," sapa Arta yang tiba-tiba menghampiri mereka.

"Ada apa, ya?" tanya Ratna meminta Lastri sedikit mundur.

"Kalian berdua mau makan apa? Aku traktir yuk hari ini," ajak Arta dengan senyum ramah. Salah satu jempol tangannya mengarah ke kantin sekolah mereka.

"Aduh, nggak us..."

"Wah, kebetulan sekali aku sedang bokek hari ini. Kita beruntung banget ya, Ratna. Ayo, Arta!" respon Lastri "ceria". Ia menangkap suatu "sinyal" dari tindakan Arta yang tidak biasa ini. Sinyal yang tak akan dipahami oleh Ratna. Sesuatu yang berhubungan dengan Argi.

Ketiganya pun buru-buru pergi ke kantin sebelum kehabisan meja. Karena kesal waktunya hanya bersama Lastri diusik. Ratna kalap memesan berbagai macam makanan mahal. Siswa yang tidak membayar untuk tinggal di asrama beserta seluruh akomodasinya. Memang harus membayar lebih mahal untuk beberapa menu. Dan semua menu itulah yang akan Ratna pesan kali ini.

Saat Ratna sibuk mobile ke berbagai mesin pemesanan. Arta mendekati Lastri yang bersikap seperti biasa di mesin pemesanan salah satu bilik makanan.

"Ada apa?" tanya Lastri.

"Aku ingin mendengar cerita soal apa yang sebenarnya terjadi di hari kalian hilang," jawab Arta.

"Memang kenapa?" tanya Lastri.

Arta langsung menyodorkan layar smartphone-ya ke hadapan Lastri. Tampak chat di mana Argi mengirim pesan bertuliskan, "10".

"Ini..."

[TERIMA KASIH BANYAK untuk kalian yang sudah memutuskan untuk mengikutiku, menambah cerita ini ke perpustakaan/daftar bacaan kalian, membaca, berkomentar, atau memberi vote di bab mana saja. Aku sangat menghargai itu dan aku harap kalian terhibur dengan cerita buatanku -.<]

Apa maksud angka "10" yang Argi kirimkan pada Arta? Mengapa Lastri tampak terkejut kala melihatnya? Akan sampaikah sinyal yang tengah berusaha Argi utarakan?

Untuk menyelamatkan hidup yang tengah berada di ujung tanduk...

Ikuti terus ceritanya!

NB: Jangan lupa intip novel Noir yang lain juga, yaa. Terutama yang berjudul "MEDICALOVE: Clamping Horizon" karena itu baru terbit dan membutuhkan banyak dukungan dari kalian para pembacaku tersuuyuung

Sebuah kisah tentang dream, love, medical, and angst. Which one?

Pet/BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang