"Jadi maksud lo, surat itu ada di loker lo tapi ngga tau punya siapa?"Suara alunan musik slow, perpaduan aroma kopi dan aroma petrikor adalah suasana yang paling di sukai Diana dan Amira. Mereka duduk di sebuah kafe yang tidak jauh dari kampus, di temani dengan segelas cappucino panas untuk menghangatkan tubuh. Sebenarnya alasan mereka ke kafe ini untuk mengerjakan tugas yang sudah berulang kali di tagih oleh dosen. Berhubung karena suasananya mendukung, keambisian yang sudah meluap-luap tadi, seketika terbawa oleh angin entah kemana.
"Iya. Gue ngga tau itu surat datang dari mana," ucap Diana sambil menatap surat misterius di tangannya.
"Kenapa ngga coba lo buka? Mana tau dalemnya duit," usul Amira yang juga ikut penasaran.
"Duit?" Diana menyerngitkan dahinya. Merasa mustahil kalau sesuatu di dalam surat ini duit. Orang kurang kerjaan mana yang memberikan surat isinya duit?
Karena mendengar usul Amira tadi, Diana memutuskan membukanya. Hal aneh yang pertama kali terlihat adalah tidak ada apa-apa di dalamnya, membuat kedua cewek itu merasa kecewa.
"Kan, gua kata juga apa, lo kena prank, Di!" ucap Amira sambil menggebrak meja.
Merasa sia-sia karena penasaran isi surat itu, Diana merusaknya dengan meremas sampai berbentuk bola. Ada-ada saja orang kerjaan yang meletakkan surat yang tidak ada isi di lokernya.
Saat ingin berdiri untuk membuang surat itu, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari orang yang tidak di kenal.
08126250xxxx
Sediakan uang logam untuk mengetahui isi surat itu.Mata Diana menyipit membaca pesan itu. Satu-satu huruf ia eja agar tidak salah apa yang ia lihat.
"Ada apa?" Karena penasaran, Amira merampas ponsel dari tangan Diana dan membacanya. "Ini maksudnya?" Amira menatap Diana yang masih terbengong.
"Dia nyuruh lo nyediain uang logam buat apaan? Emang yang ngirim surat ini pengamen?"
Diana menggeleng tak tahu. Ia juga bingung apa yang di maksud orang yang mengirim pesan ini. Tapi sepertinya ada sesuatu yang aneh. Dia membuka kembali gulungan surat yang sudah kusut itu. Pelan-pelan ia mencari petunjuk, namun tetap tidak ada. Surat itu kosong.
"TUNGGU!!!" Teriakan Amira mengejutkan Diana yang sedang berpikir. "Keknya gue tau maksudnya apa." Matanya menyipit menatap surat itu.
"Apa?" tanya Diana.
"Coba siniin!" pinta Amira dan langsung merampasnya dari tangan Diana. "Karena dia minta kita nyediain uang logam, lo ada ngga?"
Diana merogoh sakunya untuk mencari uang logam yang di maksud. "Tapi yang gue punya gopek." Lalu memberinya pada Amira.
Tanpa menunggu lama lagi, Amira langsung menggosokkan uang logam itu di atas permukaan surat. Tanpa di duga, sesuatu langsung muncul saat uang logam itu di gesekkan. Satu per satu kata muncul dan akhirnya menjadi satu kalimat.
"Kan, apa gue duga! Ini kayak mainan jaman dulu yang di gosok pake uang logam bakal muncul gambar. Namanya magic book!" jelas Amira.
Diana yang masih melongo tidak percaya, refleks bertepuk tangan kegirangan. Setelah lama berpikir, akhirnya terbayar juga.
Saat Amira membacanya, raut wajah cewek itu berubah. Sesuatu yang aneh kembali muncul. Sesuatu yang membuat Amira langsung memberi surat itu pada Diana. "Nah, lo baca."
Diana mengambil, dan membacanya. Sama seperti Amira, raut wajah Diana berubah.
Dia itu seperti es, dingin.
Kalo kamu seperti matahari, hangat.
Es bisa mencair karena matahari.
Jadi, kamu mengerti maksud saya?Diana mendadak merinding membacanya. Dia melempar surat itu sembarang, lalu menatap Amira yang juga tengah menatapnya.
"Ra, itu apaan?" Suaranya terdengar bergetar. Dia benar-benar takut.
"Annoying banget sumpah!" ucap Amira sambil mengambil dan merobek-robek surat itu dengan kesal. "Kesannya dia kayak sasaeng fans, anjir!!"
Diana masih syok. Baru pertama kali ini ia mendapatkan surat aneh yang tidak tau pengirimnya siapa dan isi pesannya membuat Diana merinding. Dan parahnya lagi, nomor Diana yang begitu privasi, kenapa ia bisa tau? Apa yang mengirim surat ini mengenalnya? Atau mereka saling kenal? Atau...
"Affan." Mata Diana dan Amira saling pandang. Mereka mencurigai orang yang sama. Diana pikir, hanya dirinya yang mencurigai Affan, ternyata Amira pun sama. Karena Affan dulu pernah penyimpan nomor Diana sebelum memblokirnya. "Gue yakin pasti Affan," kata Amira penuh percaya diri.
"Tapi, kalau bukan?" tanya Diana yang bimbang.
"Kalau bukan dia siapa lagi? Cuma dia satu-satunya cowok yang nyimpen nomor lo selain bokap lo."
Diana merenung sebentar. Perkataan Amira ada benarnya juga. Tapi masalahnya, apa benar Affan mau melakukan ini semua untuk dirinya? Dilihat dari sikap Affan yang begitu padanya, itu tidak mungkin.
Tanpa Diana dan Amira sadari, seseorang telah mengintai mereka dari jauh. Seorang pria dengan stelan serba hitam yang kini sedang menelfon seseorang.
"Dia sudah menerima surat itu. Ada yang lain?"
"Tidak. Kita tidak perlu melakukannya lebih jauh, dia masih syok," jawab seseorang itu dari sambungan telfon.
"Baik."
Sambungan terputus, dan pria itu kembali menatap kearah kafe dimana Diana dan Amira duduk.
"Ngga mungkin Affan, Ra. Dia ngga akan mau ngelakuin itu semua untuk gue."
Alat penyadap terpasang sempurna. Pria itu bisa mendengar dengan jelas obrolan Diana dan Amira, dan juga bisa terhubung langsung pada atasannya.
-0-0-0-
Sebenarnya sempet ragu mau buat cerita ini, takut ngga ada yang baca hehe
Dan ternyata bener, tapi bismillah semoga pembacanya sampe ribuan atau jutaan? AamiinAyo main teka teki, siapa yang ngasih surat itu🤭🤭
Jangan lupa vote dan komen yaa🤪🙂🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Lies [Completed]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] "Karena jika itu kamu, meskipun sakit, aku rela." Gagal move on. Kalimat yang cocok menggambarkan Diana saat ini. Bayang-bayangan mantan yang selalu menghantui kepalanya, membuatnya begitu prustasi. Sudah 2 tahun ia menco...