•21•

859 120 0
                                    

Diana terbangun dengan kaget, dia tertidur di meja belajarnya. Dia tersentak keras dan segera menegakkan tubuh, menutup mulut untuk meredamkan suara histerisnya. Nafasnya berat, detak jantungannya berdegup tidak beraturan. Bulir-bulir kecil keringat menumpuk di dahinya. Dia bermimpi buruk lagi setelah sekian lama.

Mata Diana beralih menatap kantong kresek yang di beri Tisa padanya yang masih tergeletak di lantai. Melihatnya saja membuatnya merasa mual. Matanya kembali lagi pada buku-buku di depannya. Dia masih belum bisa menguasai semua mata pelajaran, tapi jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Besok adalah hari pertama ujian semester, dan dia malah ketiduran.

"Sial."

Diana meremas rambutnya prustasi. Dia tidak tau apa yang akan terjadi jika nilainya turun dari semester lalu. Apa yang akan di lakukan Afra padanya nanti? Memikirkannya sekarang saja sudah membuat Diana ketakutan.

Menghembuskan nafasnya dengan berat, Diana menoleh pada ponselnya yang tergeletak di tempat tidur. Dia mengulurkan tangannya dan mengambil ponsel itu. Saat layar menyala, ada pesan teks dari nomor yang menerornya.

Unknown
Tidur yang nyenyak.

Diana mengusap dan membuka kunci ponselnya dengan tangan gemetar. L.agi-lagi peneror itu mengirimnya pesan. Tidak ingin terus menerus ketakutan, Diana mengabaikan pesan itu dan beralih pada pesan yang lain. Ada satu pesan lagi yang membuatnya tiba-tiba bersemangat. Satu pesan dari Vidy yang di kirim 1 jam yang lalu.

Vidy
Test
Masih terjaga?

Tanpa sadar, jari Diana mulai mengetik di atas layar.

Diana
Ya.
Lo udah tidur?

Diana menunggu balasan Vidy. Ia pikir Vidy sudah tidur. Tapi, pada menit keenam, terlihat Vidy sedang mengetik. Diana terdiam sambil melihat pada ponselnya.

Vidy
Gue kira lo udah tidur.

Diana
Mimpi buruk berhasil buat gue kebangun jam 2 pagi.

Vidy
Makanya, sebelum tidur baca doa. Atau, sebut nama gue 10 kali. Pasti lo bakal tidur nyenyak.

Pfft. Diana nyaris terbahak. Dia menggeleng heran, tak habis pikir dengan Vidy. Mungkin cowok itu memiliki stock kepedean yang jumlahnya tak terbatas.

Diana
Yang ada gue terus-terusan mimpi buruk kalo nyebut nama lo!

Vidy
Berarti sebelum tidur tadi lo nyebut nama gue, makanya lo mimpi buruk. Iya, kan?

Pipi Diana terasa panas. Perutnya seperti ada yang menggelitik. Diana salting?

Diana
Terserah, lo!

Diana menekan tombol kirim, dan terus mengamati ponselnya, menunggu Vidy membalas pesannya. Tapi, menit terus berlalu, tidak ada balasan dari Vidy, dan juga tidak ada tanda-tanda sedang mengetik.

Dia mengerutkan dahinya dan membiarkan layar ponselnya menyala, dan akhirnya meredup. Diana menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Entah kenapa, rasanya ia kecewa.

Diana tersentak saat ponselnya kembali bergetar. Dia kembali menghidupkan layar dan membuka kunci ponselnya. Pesan dari Vidy lagi setelah sekian lama dia menunggu.

Vidy
Lihat keluar jendela

"Apa?" Diana berdiri dan berjalan menuju jendela kamarnya. Dia membuka tirai kamarnya dan melihat ke bawah.

Di tengah kegelapan itu, terlihat Vidy berdiri di luar pagar rumahnya sambil menatap ponselnya. Dengan jaket dan syal yang menggantung di lehernya, Vidy mendongak dan menyeringai saat melihat Diana. Tangannya mengayun liar di udara.

Mata Diana membelalak. "Gila!" ucapnya pelan. Diana menjauh dari jendela dan berlari keluar dari kamarnya. Dia berjalan dengan jinjit menuju rak yang khusus untuk menyimpan kunci, lalu mencari kunci rumah dan kunci pagar. Setelah di dapatnya, dia kembali berjinjit untuk mencapai pintu. Perlahan tapi pasti, akhirnya pintu terbuka. Diana langsung berlari menuju pagar rumahnya dan mendapati Vidy berjalan ke arahnya dengan senyuman.

"Lo ngga waras? Lo ngapain di sini?" semprot Diana langsung. Matanya melotot tajam pada Vidy yang hanya cengengesan.

"Lo bilang lo mimpi buruk karena gue, dan gue ke sini untuk bertanggung jawab," kata Vidy semakin mengembangkan senyumannya.

"Lo bener-bener gila! Sekarang lo pulang!" usir Diana terang-terangan.

"Gue ngga mau!" Vidy menolaknya juga secara terang-terangan. "Masa gue baru nyampe udah di usir."

Diana tau Vidy tidak akan pergi kalau belum mendapatkan keinginannya. Dia menghela nafas panjang, dan lebih memilih mengalah. Diana membuka kunci pagar rumahnya, dan jalan keluar.

"Oke! Sekarang apa mau lo?" tanya Diana prustasi.

"Jalan-jalan," jawab Vidy dengan cepat.

Mata cewek itu melotot. "Jam segini? Lo mau jalan-jalan atau jadi pemburu hantu?"

Vidy tertawa pelan, dia tau Diana itu cewek penakut. "Bilang aja lo takut, kan?"

Diana memukul lengan cowok itu, "Diem, bangsat!"

Diana menutup kembali pagar rumahnya, lalu kembali menatap Vidy. Kening cewek itu berkerut melihat Vidy memarkirkan motornya di tempat agak tersembunyi.

"Ngga naik motor?" tanya Diana bingung.

"Emang jalan-jalan harus naik motor?"

Sudah. Kesabaran Diana sudah habis. Dia tidak menjawab ucapan Vidy dan berjalan lebih dulu dengan menghentakkan kakinya. Di belakang, Vidy menyusul sambil menutup mulutnya karena ia sedang tertawa keras.

-0-0-

Tunggu kelanjutannya yaaa:))
Jangan lupa vote dan komen:)

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang