•42•

661 82 10
                                    

Vidy terbangun saat merasakan sesuatu bergerak di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vidy terbangun saat merasakan sesuatu bergerak di sebelahnya. Matanya memicing saat cahaya terang masuk ke pupil matanya. Yang pertama kali ia lihat adalah Windy yang tertidur pulas dengan tangan menopang kepala. Vidy tersenyum geli, mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala sang adik.

Vidy melihat infus di tangannya sudah terlepas, berarti sekali lagi kemoterapinya berhasil. Walaupun sedikit mual, dia mencoba mengangkat tubuhnya untuk turun dari brankar. Dia ingin mencari udara segar di luar, sebelum melanjutkan pengobatan besok.

Sebelum keluar, Vidy menyempatkan diri untuk menyelimuti tubuh Windy dengan selimut yang tadi ia gunakan. Kakinya perlahan berjalan ke arah pintu, memutar knopnya dengan pelan, berusaha untuk tidak membuat keributan yang dapat membuat Windy terbangun.

Vidy berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sunyi. Dia tersenyum saat berpapasan pada suster yang merawatnya.

"Udah enakan?" tanya suster itu.

"Udah sus," jawab Vidy seadanya.

"Kalo masih mual, jangan di paksain jalan dulu, ya?" Setelah mengatakan itu, suster itu berlalu pergi.

Vidy hanya membalas dengan senyuman dan anggukkan kepala, lalu kembali berjalan menuju ke tempat tujuannya.

Kakinya berbelok, menaiki tangga menuju rooftop rumah sakit. Tempat biasa ia mencari udara segar jika sehabis kemoterapi. Tangannya membuka pintu rooftop, lalu kembali menutupnya.

Yang pertama kali menyambutnya adalah angin malam yang dingin, yang cukup menyengat kulitnya dari balik baju rumah sakit yang ia pakai. Tak lupa, syal Diana yang senantiasa bertengger di lehernya. Memakai syal itu, membuat ia merasakan kehadiran sosok cewek itu di sampingnya.

Vidy berjalan ke arah bangku yang memang tersedia di rooftop. Tapi, ketika hampir menggapai bangku itu, tiba-tiba kakinya lemas. Cowok itu terjatuh. Dia terduduk dengan wajah syok.

"Kenapa?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Jantungnya tiba-tiba berdebar dengan cepat saat tidak merasakan apa-apa pada kakinya. Ketika Vidy mencoba untuk bangkit, kakinya tidak bereaksi. Dia mencobanya sekali lagi, tapi usahanya tetap tidak membuahkan hasil.

"Hah?"

Vidy memukul kakinya berulang kali, berharap sesuatu yang terjadi pada kakinya saat ini hanya efek dari kemoterapinya. Tapi, dia tidak kunjung merasakan sakit.

Vidy terdiam sebentar, menatap ke depan. Namun, matanya sedikit mengabur. Darahnya mendesir hebat. Apa yang terjadi pada dirinya?

Matanya beralih pada dinding pembatas rooftop. Vidy menyeret tubuhnya untuk menggapai dinding itu, bermaksud menjadi sanggahan untuk membantunya berdiri.

Cowok itu mencoba berdiri dengan bantuan dinding itu. Berusaha sekeras mungkin, namun dirinya tidak kuat menopang tubuhnya. Dia kembali terjatuh.

Vidy panik, dia cukup lama terdiam menatap kakinya. Dia tidak mengerti, kenapa kakinya yang ada bekas luka itu tidak merasakan sakit. Dia memukulnya lagi, bahkan kali ini dengan kuat dan berulang kali.

"Berdiri! Berdiri, sialan! Lo kaki gue, kan? Seharusnya tanpa gue suruh lo bisa berdiri!" Vidy terus memukulnya. Dia tidak peduli, jika terdapat memar di kakinya nanti.

"Berdiri! Cepat, gue bilang berdiri! Sialan!"

Dia tertunduk, memicingkan matanya untuk mengatur nafasnya yang memburu. Dadanya naik turun, dengan nafas yang tersenggal-senggal.

Vidy menutup wajahnya. Dia ingin berteriak, tapi rasanya, suaranya tercekat di tenggorokan.

Aneh, kenapa ia selalu bisa menjadi penyemangat orang-orang di sekelilingnya? Tapi untuk dirinya sendiri, dia menjadi lemah. Dia bahkan tidak bisa mengekspresikan dirinya sendiri.

Dia ingin berteriak sekarang. Dia ingin orang-orang tau kalau dirinya ingin hidup. Dia ingin selalu berada di sekitar orang yang dia sayang. Tapi, kenapa tuhan tega mau merebut dirinya? Kenapa tuhan tega memberikan penyakit ini padanya? Kalau bisa meminta, dia ingin di beri waktu yang lama lagi di dunia.

Vidy tau, dia tidak bisa terus-terusan menyalahkan tuhan. Karena ini memang takdir yang tidak pernah di rencanakannya. Tapi, dia ingin hidup. Dia ingin hidup untuk semua orang. Masih banyak yang harus dia lakukan untuk orangtuanya. Masih banyak yang harus dia gapai bersama Windy. Masih banyak waktu yang terlewat bersama Diana.

Hujan tiba-tiba mengguyur tubuhnya. Vidy berteriak dengan kuat, mengeluarkan unek-unek yang ia simpan di dalam hatinya selama ini. Untung saja hujan dapat membenam suaranya.

Darah segar kembali keluar dari hidungnya. Vidy mengusapnya dengan cepat, namun darah itu tak kunjung berhenti.

"BANGSAT! GUE PENGEN HIDUP! GUE NGGAK MAU MATI!"

Kepala Vidy tertunduk lemah. Dia menatap tangannya yang berlumuran darah segar. "Gue pengen hidup," lirihnya.

"Gue sakit, tapi gue pengen hidup! Gue pengen hidup sama orang-orang yang gue sayang! Tapi, kenapa Tuhan? Kenapa rasanya sangat sakit?!" Vidy meremas dadanya sambil mengadah ke atas.

"Izinkan gue hidup, gue bener-bener nggak mau mati." Suara Vidy melemah. Dia tidak peduli berapa banyak lagi hujan menghantam tubuhnya.

Dari kejauhan, Windy berdiri sambil memegang payung untuk melindungi dirinya dari hujan. Dia tidak kuasa menahan air matanya mendengar ungkapan isi hati Vidy yang selama ini tidak pernah dia dengar.

Selama ini Vidy selalu bersikap baik-baik saja. Tidak pernah memperlihatkan sisi lain dari dirinya. Cowok itu juga tidak pernah mengeluh saat menjalani pengobatan. Tapi hari ini, Windy mendengar semuanya. Mendengar sisi Vidy yang lain, yang benar-benar beda dari Vidy sebelumnya.

Windy hanya menatap Vidy dari jauh, tidak berniat menghampirinya. Ia ingin Vidy mengeluarkan unek-unek yang selama ini ia tahun.

Namun, tidak berapa lama gerakan refleks Windy terjadi saat melihat tubuh Vidy terjatuh. Cewek itu berlari menghampiri tanpa memperdulikan tubuhnya yang akan basah.

Melihat darah segar mengalir terus dari hidung Vidy, sontak membuat Windy panik dan khawatir. Dia menepuk pelan pipi Vidy seolah bisa menyadarkannya. Namun, Vidy tidak kunjung membuka mata.

-0-0-

Double up sesuai janji saya hehe:)

Jangan pelit komen dong!

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang