•25•

834 126 0
                                    

Ujian hari kedua telah selesai, dan Diana tidak terlalu khawatir seperti semalam. Kaki Diana melangkah pada penjual minuman kesukaannya di kantin. Tidak ramai, jadi Diana bisa leluasa memesan.

Tangannya terulur membayar, dan langsung pergi ketika pesanannya telah siap. Dia duduk di salah satu kursi yang tidak jauh dari pintu masuk kantin. Matanya mengamati setiap orang yang masuk dan keluar kantin, sambil menyeruput minumannya dengan sedotan.

Diana menangkap satu objek yang baru masuk bersama seorang temannya. Ekspresi cowok itu seperti biasa, terlihat datar. Sementara temannya, bersikap konyol mencoba memecahkan keheningan di antara mereka.

"DIANA-KU," sapa teman cowok itu saat melihat Diana berada di kantin yang sama.

Diana memutar bola matanya malas. "Dyo, lo reseh banget, gila!"

Dyo hanya tertawa. Ketika dia ingin berjalan ke arah Diana duduk, tangannya langsung di tarik Affan dengan kuat, membuat Dyo menabrak tubuh Affan.

Cowok itu misuh-misuh, menatap Affan dengan jengkel. Lalu, tatapannya kembali pada Diana yang masih menatap ke arah mereka. "Mantan lo posesif banget, Di."

setelah apa yang di katakan Dyo, tubuhnya langsung tersungkur di tanah. Pelaku yang melakukannya, pergi begitu saja. Dyo kembali tertawa puas, lalu menghampiri Diana yang duduk sendiri.

"Mantan lo galak bener! Lo nggak nyesel, pernah pacaran sama dia? Bagusan gue kemana-mana," ucap Dyo dengan nada suara yang sangat pelan. Cowok itu tersenyum tengil, lalu mendudukkan dirinya di kursi berhadapan dengan Diana.

"Dasar jomblo! Pergi, sana!" usir Diana terang-terangan.

"Gue lebih seksi dari pada Affan. Mau lihat?" Dyo menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda Diana.

Mendengarnya, mata Diana melotot tajam. "SIAPAPUN, JANGAN MAU SAMA COWOK CABUL KAYAK DIA," kata Diana dengan lantang sambil menunjuk Dyo.

Raut wajah Dyo berubah panik saat orang-orang menatapnya. Matanya menatap Diana kesal dengan bibir yang mencebik. "Ih, reseh lo!" Dengan buku yang ia bawa, Dyo menutupi wajahnya karena malu.

"Jelas-jelas lo yang mulai duluan!" ucap Diana yang tidak mau di salahkan.

Dyo meletakkan buku yang menghalangi wajahnya, lalu tersenyum kikuk. "Maaf, Di. Lo serius banget, sih!"

Diana memutar bola matanya, tidak lagi menjawab ucapan Dyo. Dia mengabaikan cowok itu, dan memilih memainkan ponselnya. Tapi, ucapan Dyo setelahnya membuat pergerakkan menggeser layar di ponselnya berhenti. Dia menatap cowok itu dengan rasa penasaran.

"Lo yakin, Affan udah ngga ada rasa sama lo?"

Diana meletakkan ponselnya di meja, lalu menatap Dyo sepenuhnya. "Maksud lo?"

"Tuhan itu membolak balikkan hati manusia. Apa lo yakin, ngga ada alasan di balik dia minta putus ke lo?" ucap Dyo membuat Diana tiba-tiba berpikir keras.

Dia tidak paham apa yang di katakan Dyo barusan. Soal alasan kenapa Affan memutuskan hubunganya sepihak dengan dirinya, Diana tidak tau.

Diana menegakkan tubuhnya saat orang yang ingin ia hindari tiba-tiba berada di mejanya. Affan menatapnya dengan raut wajah yang tidak bisa di baca. Sambil menyeruput minumannya, cowok itu duduk di sebelah Dyo.

"Apa yang dia bilang ke lo?" tanya Affan begitu saja.

Diana menahan kegugupannya mati-matian. Mana mungkin ia memberi tau, saat obrolan mereka mengarah pada Affan.

"Kepo!" sahut Dyo, langsung mendapat sikutan tajam di perutnya.

"Gue nanya, dia bilang apa ke lo?" Pertanyaan Affan masih mengarah pada Diana. Dia bingung akan menjawab apa.

"Ngga ada yang perlu gue kasih tau ke lo," jawab Diana mantap.

"Pfft, kacian banget!" ledek Dyo, dan langsung menghindar saat Affan kembali ingin menyerangnya.

Sial. Kenapa dirinya jadi terjebak dengan kedua orang ini? Diana ingin pergi, tapi rasanya, kakinya mendadak berhenti berfungsi. Apalagi, melihat Affan yang terus menatapnya. Dia seperti di penjara, seolah pergerakkan terus di perhatikan oleh Affan. Tapi, apa dia yang terlalu geer?

Affan berdiri dari duduk, dan ingin pergi. Tapi, sebelum pergi, cowok itu menatap Diana lagi. "Apapun yang dia bilang ke lo, itu semua kebohongan."

-0-0-

nah, dikit aja ya, jangan banyak banyak.
InsyaAllah produktif nulis hehe

Jangan lupa vote dan komen :))))

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang