•37•

675 107 3
                                    

Harum greentea langsung menyambut penciuman Diana saat dia tersadar dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harum greentea langsung menyambut penciuman Diana saat dia tersadar dari tidurnya. Cewek itu mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil matanya.

Mata Diana seketika melebar ketika tangan dan kakinya tidak bisa di gerakan. Dia mencoba melihat apa yang terjadi. Ternyata tangan dan kakinya diikat dengan tali yang cukup kuat.

Diana mengamati sekitar. Tapi, dia hanya melihat buku-buku yang sangat banyak yang tersusun di rak, seperti di perpustakaan. Diana mencoba mengingat apa yang terjadi. Matanya langsung melebar ketika mengingat saat dirinya di paksa untuk ikut oleh lima orang berbadan besar. Tapi, setelah itu ia tidak mengingat apapun.

"Tolong! Lepasin gue!"

"Kamu sudah bangun?"

Diana tersentak kaget, dan langsung terdiam ketakutan mendengar suara yang entah berasal dari mana.

Orang yang bersuara tadi tiba-tiba muncul dari balik rak, dan terlihat memegang gelas di tangannya. Mungkin harum greentea yang memenuhi ruangan ini berasal dari minuman yang orang itu minum.

"Siapa anda?" tanya Diana takut-takut.

Airul berjalan mendekat. "Tenang, saya nggak akan nyakitin kamu."

"Siapa pun anda, saya tidak tau tujuan anda menculik saya seperti ini! Saya tidak kenal anda, jadi lepasin saya!" Diana menatap berang pada Airul.

Airul berjalan semakin dekat, membuat Diana memundurkan tubuhnya. "A-anda mau apa?!"

Tidak menjawab, pria yang umurnya terlihat seperti Papahnya namun lebih maskulin itu berjongkok di hadapan Diana. Dia meletakkan gelas di samping tubuhnya.

Diana sedikit tersentak saat tangan pria itu terulur membuka ikatan tali di tangannya.

"Sudah saya bilang, saya tidak akan menyakitimu."

Diana langsung menepis tangan Airul dari tangannya. "Saya tidak tau dimana anda belajar melakukan semua ini. Tapi, jadilah psiko yang baik dan simpan itu untuk diri anda sendiri!"

Airul menghembuskan nafasnya pelan. "Maafkan saya kalo tindakan saya membuat kamu takut. Saya juga terpaksa melakukan ini."

"Brengsek! Anda sudah melanggar hukum KUHP tentang penculikan. Dan anda bilang anda terpaksa?!"

Airul menatap Diana lama, lalu ia bangkit tanpa mengatakan apapun. Pria itu berbalik, dan bersiap ingin pergi. Namun, sayup-sayup dia mendengar suara seseorang yang berteriak dari luar.

"Papah! Papah dimana?! Lepasin tangan gue brengsek!"

Airul berjalan cepat ke arah pintu masuk. Dia membukanya, dan langsung melihat Affan tengah di hadang oleh orang suruhannya.

"Beri dia lewat," intruksinya, dan Affan langsung di lepaskan oleh mereka.

Affan maju satu langkah, menyejajarkan tubuhnya dengan Airul. Dia langsung mencengkram kerah baju Airul denga kuat. "Dimana Papah sembunyiin Diana?!"

Sudut bibir Airul terangkat satu. "Sudah Papah bilang kamu harus ikut sama Papah, kan?"

"Affan bilang dimana Diana?!" bentak Affan dengan kasar.

Airul tidak menjawab. Dia menatap wajah kemarahan putranya itu dengan tenang.

"Lepasin Diana, Pah! Dia nggak ada urusannya sama semua ini!" ucap Affan dengan nada prustasi.

Airul memegang tangan Affan yang ada di lehernya. Perlahan melonggarkan cengkraman tangan Affan. "Kalo Papah nggak ngelakuin ini, kamu nggak akan mau ikut sama Papah."

Affan terperangah tidak percaya. Airul menculik Diana hanya karena itu? Affan berpikir, Papahnya lebih bajingan dari pada bajingan.

"Papah tau kalo kamu sangat cinta sama dia. Makanya, Papah menggunakan Diana untuk mengancammu dan ikut sama Papah ke Aussie."

Affan tidak bisa berkata apa-apa lagi tentang semua tindakan Airul. Pikiran Airul sudah tidak seperti manusia pada umumnya.

Affan memicingkan matanya sesaat. Mengambil nafas dalam-dalam untuk menetralkan kemarahannya yang sudah memuncak. "Oke!" Dia membuka matanya, lalu menatap wajah Airul. "Affan akan ikut sama Papah ke Aussie," ucap Affan dengan mantap.

Keputusan terpaksa yang dia ambil agar Airul mau melepaskan Diana. Jika ia kembali menentang keinginan Papahnya, Affan takut hal-hal yang buruk akan terus terjadi. Dia tidak tau apa yang akan di lakukan Airul jika ia tidak mau ikut bersamanya.

Affan memegang kepalanya seperti orang prustasi. Dia sudah tidak sanggup melihat sikap Airul yang benar-benar seperti psikopat.

"Bagus." Airul menepuk pundak Affan pelan. "Besok kita akan berangkat."

Affan kembali terperangah. "Papah gila!"

"Semakin lama kamu mengundur waktu, semakin lama Papah melepaskan Diana," ancam Airul.

"Oke! Besok kita berangkat! Sekarang, lepasin Diana!"

"Dia ada di dalam," kata Airul menunjuk perpustakaan pribadinya.

Awalnya Affan ingin masuk. Namun, ketika menemukan Diana yang tengah berdiri kaku dengan jarak yang tidak sampai dua meter, membuat Affan melebarkan matanya. Ternyata Diana mendengar semua percakapan mereka.

"Diana?" Affan sungguh terkejut melihat Diana saat ini. Jelas ekspresi Diana saat ini menunjukkan cewek itu tidak percaya dengan apa yang sedang dilihat dan didengarnya.

"Kalian..." Diana menggantungkan kalimatnya. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Affan berjalan mendekat. "Na, gue bisa jelasin." Affan menggapai bahu Diana dengan kedua tangannya. Sementara Airul yang sama terkejutnya hanya bisa diam.

"Gue nggak habis pikir." Diana menepis tangan Affan dengan wajah menahan emosi. Bagaimana bisa mereka tega melakukan ini padanya hanya untuk kepentingan mereka.

"Bukan seperti yang lo pikirin, Na." Affan mencoba menjelaskan situasi saat ini. Namun, Diana malah mundur untuk menjauh dari Affan.

Diana sudah tidak tahan lagi. Ia merasa seperti di permainkan. Tanpa berniat mendengar penjelasan Affan, ia mendorong tubuh Affan dan berjalan cepat, lalu berlari keluar dari sana.

Affan menyusul dengan berlari dengan cepat. Diana ternyata sudah berlari cukup jauh dan sudah berada di luar rumah Affan.

"Na, gue bisa jelas semuanya," teriak Affan pada Diana yang tidak peduli.

Affan berlari sekuat tenaga dan akhirnya menggapai tangan Diana. "Na, dengerin gue dulu!"

Diana dengan kuat menepisnya. "Apa yang mau lo jelasin? Lo dan Papah lo ternyata sama, ya, sama-sama brengsek!"

-0-0-

Waduhh
bilang brengseknya penuh menghayatan banget kayaknya😳😳

Jangan lupa vote dan komennya!

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang