Diana Alfira, gadis dari fakultas sastra yang mengambil jurusan sastra Indonesia itu memang terlihat biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial pada dirinya. Wajah pas-pas'an, tidak pandai berdandan dan tidak bisa membedakan yang mana pelembab dan sunscreen. Menurutnya, membedakan kedua macam produk skincare itu sangat membuang-buang waktu. Sama-sama di pakai untuk wajah, pikirnya.
Memilih jurusan sastra Indonesia bukanlah keinginannya. Desakkan orangtualah yang membuatnya harus mengambil jurusan itu. Awalnya, ia kira mengambil jurusan sastra sama dengan menjerumuskan diri pada orang-orang kutu buku. Tapi, nyatanya tidak. Itu tidak seburuk yang Diana pikirkan. Memang realita tak seburuk ekspetasi.
Omong-omong soal Diana, tahun ini dia sudah semester 4. Yang awalnya ia tidak terlalu memikirkan soal pekerjaan, kini ia memikirkan hal itu. Ada banyak macam strategi yang sudah dia pikirkan. Mulai dari menjadi guru bahasa Indonesia, menjadi puitis, penulis novel, sampai pencipta lagu anak-anak. Aneh memang, tapi itulah Diana. Kelakuan naturalnyalah yang membuat Amira betah menjadi temannya. Tidak banyak yang mengenalnya, itu tidak penting. Yang terpenting dia bisa bersama-sama orang yang dia sayang.
Soal Affan, benar itu mantannya. Dulu mereka pernah menjalin kasih waktu duduk di bangku SMA. Tidak banyak yang tau soal mereka berpacaran. Mungkin hanya Amira. Alasannya, karena Affan yang tidak ingin orang-orang tau. Diana hanya menurut dan tidak pernah melanggar keinginan Affan tersebut. Sampai suatu ketika, dimana Affan mengucapkan kata PUTUS. Saat ulang tahun Diana ke 17, itu kado yang tidak di duga-duga yang di berikan Affan untuknya. Cowok itu tidak memberikan alasan yang logis kenapa mereka harus mengakhiri hubungan itu. Yang Diana tau, karena Affan capek dengan tingkah Diana yang kekanak-kanakan. Tidak logis bukan?
Yang bisa Diana lakukan sekarang adalah cepat-cepat move on dari cowok itu. Tapi kalau boleh jujur, ia belum bisa move on. Sudah 2 tahun ia merahasiakan perasaannya. Yang tau hanya dirinya, dan hatinya.
Dengan style-an kemeja dan celana panjang andalannya, dia memasuki kantin seorang diri. Amira belum datang dengan alasan macet dan dia tidak ingin datang terlalu pagi. Memang pagi ini mereka tidak ada kelas, tapi keinginan orangtuanya, yang menginginkan Diana harus tetap berangkat pagi. Keluarga Diana sangatlah disiplin. Orangtua Diana sudah mengajarkan dia dan adik-adiknya mendisiplinkan diri dari kecil.
Kakinya membawa Diana ke stand yang menjual bermacam-macam minuman. Stand ini adalah salah satu stand favoritnya, karena minuman kesukaannya ada dijual di sini. "kak Ipeh, susu strowberi satu, ye."
Wanita yang biasa di panggil Ipeh itu menoleh. "Mbak Diana, toh. Aku kira siapa. Tunggu sebentar ya, mbak." Setelah mengatakan itu kak Ipeh pergi untuk membuat pesanan Diana.
Selagi menunggu pesanannya, ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Setelah data seluler aktif, notifikasi langsung menyerbunya. Bermacam-macam pemberitahuan muncul di layar atas ponselnya. Salah satu notifikasi yang menarik perhatiannya adalah chat dari Amira. Cewek itu terlihat mengirim beberapa file foto.
Tidak mau menunggu lama, Diana mengunduh file itu, dan terlihatlah gambar seorang cowok bersama seorang gadis yang sama saat di lapangan basket waktu itu. Hati Diana memanas. Ingin rasanya ia berteriak sekarang juga, ia benar-benar terbakar api cemburu.
Belum lagi pacar baru Affan yang terlihat good looking. Kalau di bandingkan dengan dirinya yang sejenis umbi-umbian, mungkin mereka mirip seperti Luna Maya vs Kekeyi. Diana akhirnya sadar kenapa Affan dulu meminta mengakhiri hubungan padanya. Karena Diana adalah kentang.
Notifikasi shopee membuat Diana akhirnya tersadar. Ia kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Matanya beralih pada minuman yang ia pesan sudah terbungkus rapi dengan plastik di atas meja.
Ketika Diana ingin mengambil minuman itu, kak Ipeh tiba-tiba berseru membuat Diana menarik kembali tangannya. "Ini bukan punya mbak. Ini punya den Affan," kata kak Ipeh sambil menunjuk seseorang yang berdiri di belakang Diana.
Reflex, Diana menoleh ke belakang dengan wajah terkejut. Matanya membulat sempurna dengan bibir yang terkunci rapat. Oksigen di sekitarnya mendadak habis karena tubuhnya yang sangat berdekatan dengan Affan. Aroma maskulin cowok itu bahkan menusuk hidungnya. Tanpa sadar, ia terhanyut dalam aroma tubuh cowok itu.
"Berapa kak?" tanya Affan pada kak Ipeh.
Diana membuang wajah ke arah lain, sambil menelan ludah dengan kasar saat mendengar suara cowok itu lagi. Sungguh, itu adalah suara yang pernah mengisi hari-harinya ketika SMA.
Sekarang Diana harus bersikap seperti apa? Apakah ia harus pura-pura tidak kenal atau bersikap ramah dengan menyapa cowok itu? Mungkin pura-pura tidak kenal bagus untuk menutupi lukanya.Sekarang Affan sudah bahagia. Mungkin sudah tidak ada lagi tempat Diana di hati Affan. Tidak ada lagi ruang kosong yang tersisa. Melihat senyuman yang diberikan Affan pada wanita lain, membuat hati Diana terenyuh. Dulu, senyuman itu begitu tulus untuknya. Sampai Diana berfikir kalau Affan benar-benar mencintainya.
"Mbak Di, ini pesanan mbak." Kak Ipeh menyodorkan minuman pesanannya.
Dari situ, Diana tersadar kalau Affan sudah pergi. Apakah ia terlalu lama merenung memikirkan Affan sampai tidak menyadari obrolan Affan dan kak Ipeh sudah berakhir? Gadis itu menerima minuman yang kak Ipeh sodorkan, lalu menyeruputnya sekilas. Dia mengeluarkan uang sepuluh ribu dari saku kemejanya, dan memberikannya pada kak Ipeh. "ini kak."
Bukannya mengambilnya, kak Ipeh tersenyum. "Minuman mbak udah di bayar sama den Affan," kata kak Ipeh yang membuat Diana langsung tersedak.
"HAH?!? Gimana Kak?"
"Minuman mbak, udah di bayarin den Affan," ujar kak Ipeh mengulang kalimat yang sama.
"Tapi dia nggak ada konfirmasi ke aku?" Diana semakin bingung dengan sikap Affan padanya. Padahal selama ini, sudah 2 tahun lebih Affan tidak pernah meliriknya ataupun menyapanya ketika berpapasan saat di jalan. Tapi sekarang, cowok itu membayar tagihan minuman Diana?
WTF, dude?
●●●●
Saya Al-Mira dari gugus sembilan✌🏻
SI MANTAN
a.k.a AFFAN NARENDRAJangan lupa vote dan komen🙏🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Lies [Completed]
Fiksi Remaja[Follow dulu sebelum baca] "Karena jika itu kamu, meskipun sakit, aku rela." Gagal move on. Kalimat yang cocok menggambarkan Diana saat ini. Bayang-bayangan mantan yang selalu menghantui kepalanya, membuatnya begitu prustasi. Sudah 2 tahun ia menco...