Diana, gagal move on?

607 34 1
                                    

Diana terduduk di samping gundukan tanah yang sudah bertahun-tahun ia rawat. Tangannya terulur membersihkan rumput-rumput kecil yang sudah menumbuhi area makam itu. Dia pun tersenyum sambil meletakkan bunga mawar putih yang tadi ia beli sebelum datang ke sini.

Diana mulai bercerita, "Kamu apa kabar? Pasti nggak sakit lagi ya? Di sini kabar aku baik, baik banget malah. Orang-orang udah mau sayang dan mau nerima aku dengan tulus, kayak kamu waktu itu." Di sentuhnya batu nisan yang tertulis nama orang yang dulu pernah mewarnai hidupnya. "Aku bahagia banget dulu kenal sama kamu. Tapi sekarang aku tambah bahagia karena kamu nggak ngerasain sakit lagi, nggak harus keluar masuk rumah sakit lagi, nggak di suruh minum obat lagi. Pasti tempat kamu di sana bagus, ya? Soalnya kalo nggak bagus nggak mungkin kamu betah di sana." Diana tertawa hambar.

"Oh iya, aku ada bawain sesuatu buat kamu." Diana mengeluarkan kotak berukuran sedang dari paperbag yang dia bawa. "Taraaa..., cheesecake kesukaan kamu. Aku buatnya sendiri tau, masa aku makan sendiri juga." Walaupun begitu, Diana tetap menyuapkan satu sendok cheesecake itu ke dalam mulutnya. "Enak! Kamu nggak mau coba?" Diana mengangkat tangannya dan mengarahkan sesendok cheesecake itu ke arah batu nisan di hadapannya.

Tingkahnya sendiri membuat Diana tersenyum pahit. Dia sampai tidak menyadari air matanya sudah tumpah sejak dia mengelus batu nisan itu.

"Vidy, kalo boleh jujur, aku belum ikhlas kamu pergi. Aku belum bisa nerima kenyataan kalo kamu udah nggak ada. Tapi sama keadaan, aku terus-terusan di suruh untuk lupain kamu. Lima tahun, udah lima tahun aku nungguin kamu bangun. Maafin aku ya?"

"Aku pengen ketemu kamu sekali lagi boleh? Sebentar aja natap mata kamu. Setelah itu, kamu mau menghilang pun aku ikhlas."

Diana menyeka air matanya, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Kangen banget sama kamu. Nanti kalo kita ketemu, peluk aku yang lama ya? Aku udah izin kok sama Jegi hehe."

"Yaudah, sekarang aku pamit pulang ya?" Dia bangkit dari duduknya. "Jegi sama Vini udah nungguin aku. Nanti kalo aku kangen kamu lagi, aku kesini lagi. Kamu jangan lupa datang ke mimpi aku, oke?"

Diana beranjak pergi meninggalkan makam Vidy dengan rasa puas di dalam hatinya. Dadanya sudah kembali lapang setelah mengeluarkan semua apa yang dia rasakan.

Sekarang Diana kembali sadar, bukan bunga cantik yang membuat Vidy tidak kembali, melainkan tanah yang sudah di janjikan.

-0-0-

Jegi: "kalian Pernah bersaing sama masa lalu nggak?"

Op: "pernah!"

Jangan lupa vote dan komen yaaaa!!!!!!!!!

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang