•9•

1K 169 0
                                    

Taksi yang membawa Diana dan Vidy sudah berhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taksi yang membawa Diana dan Vidy sudah berhenti. Cewek itu tidak tau kemana ia akan membawa Vidy yang sudah babak belur begini. Cowok itu melarang Diana untuk membawanya ke rumah sakit. Dan akhirnya, setelah berpikir panjang dan memikirkan resiko yang akan ia dapat, dia membawa Vidy ke rumahnya.

Diana membawa Vidy masuk ke halaman rumah dan menurunkan cowok itu di bawah pohon mangga di dekat jendela. Semak-semak dan rimbunnya pohon, mampu menyembunyikan Vidy dengan sempurna. Diana segera berlari masuk menuju dapur dan menemukan Bibi Anis sedang memotong wortel dan kentang.

"Bi, papa sama mama di mana?" tanyanya berbisik.

"Atuh, non. Tuan, Nyonya sama anak-anak pergi makan malam diluar. Ada apa, non?"

Walaupun nyelekit mendengar jawaban Bi Anis, Diana segera membuang pikiran itu.

"Bi, bibi bisa tolongi Di, ngga?"

"Tolong apa non?"

"Tapi bibi jangan bilang sama Papa dan Mama, ya? Baju Di sobek, bisa tolong Bibi jahitkan?" Diana mengulurkan sebuah baju kemeja miliknya yang sengaja ia sobek untuk mengelabui Bi Anis.

Bi Anis mengangguk. "Sini, sok atuh Non."

Bi Anis mengambilnya, dan berjalan melewati Diana. Namun, Diana langsung menahannya.

"Mau kemana, Bi?"

"Mau jahit baju Non Di, atuh."

"Jahitnya di kamar Bibi aja gimana? Biar Bibi konsen dan jahitan Bibi rapi."

Bibi Anis tambak berpikir, lalu kemudian mengangguk. Wanita itu akhirnya berjalan ke arah sebaliknya.

Setelah Bibi Anis pergi menuju kamarnya, Diana berlari kembali ke luar. Dengan tertatih, Diana membawa Vidy masuk ke rumah dengan langkah yang mengendap-endap agar suara langkahnya tidak terdengar.

Diana berhenti sebentar. Bagian yang benar-benar menguras tenaganya adalah membawa tubuh besar Vidy menaiki anak tangga. Untungnya, Vidy masih dalam keadaan sadar, dan itu sangat membantu Diana membawanya menuju kamarnya.

Di depan kamarnya, Diana membuka pintu, bersamaan dengan suara Bi Anis dari lantai bawah. Tanpa memperdulikan ringisan Vidy, Diana dengan cepat masuk dan membantu menidurkan tubuh Vidy di kasur miliknya, lalu segera keluar menutup pintu kamarnya lagi, bertepatan dengan Bi Anis yang datang.

"Non Di, ini bajunya udah siap. Robeknya ngga terlalu lebar, jadi Bibi cepet nyelesainnya," ucap wanita paruh baya itu sambil memberi baju Diana yang siap di jahitnya.

Diana tertawa memaksa, lalu mengambil baju itu. "oh, ya? Kalau gitu, makasih ya, Bi."

Bi Anis hanya tersenyum, lalu pergi. Dan itu membuat Diana menghembuskan nafas legah. Dia kembali masuk ke dalam kamar, mendapati Vidy terbaring meringkuk memegangi perutnya.

Diana melempar tas ranselnya ke sembarang arah, dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Diana tau hukuman apa yang ia dapat jika ayahnya tau kalau ia membawa laki-laki ke kamar. Dan semua itu karena cowok ini, yang kebetulan sudah menolongnya dari penculik tadi.

-0-0-

Diana mengendap-endap menuju dapur ketika ingin pengambil P3K. Dia lihat tidak ada siapa-siapa disana. Ia yakin Bi Anis sedang di dalam kamarnya.

Diana sudah berganti pakaian. Dia berjalan ke arah Vidy dengan kotak P3K di tangannya. Diana memulai dengan menggulung lengan bajunya, lalu berlutut di samping cowok itu.

Pelipis cowok itu membiru, ujung bibirnya robek. Begitu pula dengan hidungnya yang mengeluarkan darah. Semua luka cowok itu membuat Diana semakin merasa bersalah.

Diana memulainya dengan membersihkan luka di dahi Vidy. Luka kering yang juga bercampur dengan tanah itu membuat Diana merinding. Diana membersihkannya dengan air hangat yang tadi juga ia bawa dari dapur. Setelahnya, dia mengambil kapas yang sudah di beri alkohol. "Gue ngobatin lo pelan. Kalo lo teriak, sekalian aja gue tekan luka lo!" bisik Diana penuh ancaman, lalu menempelkan kapas itu pada luka Vidy.

Walau tidak ada jawaban, Diana tau Vidy mengangguk samar. cowok itu mengernyit walau matanya tertutup. Diana mengambil salep obat luar, lalu mengoles ke luka di dahi Vidy, dan begitu juga dengan luka yang lain.

Diana kira, Vidy mengernyit menahan sakit karena luka-lukanya. Tapi itu terjawab saat Vidy menekuk kakinya. Vidy terus meringis, dan itu membuat Diana tidak tau harus berbuat apa.

"kaki..." Gumaman Vidy yang bisa Diana dengar itu, membuat Diana menoleh pada kaki sebelah kanan cowok itu.

Diana membuka dengan pelan sepatu dan kaos kaki yang menutup kaki Vidy. Diana melebarkan matanya saat melihat bekas luka yang mengerikan di pergelangan kaki Vidy. Bekas-bekas luka itu sangat terlihat jelas. Apa karena ini Vidy terus meringis kesakitan?

"kaki lo kenapa?"

Ah, Diana bodoh menanyakan hal itu saat situasi begini. Tapi pertanyaan itu refleks keluar dari mulutnya.

Diana tidak tau harus apa. Dia mengambil krim panas yang biasa di gunakan untuk memijat, lalu mengoleskan pada pergelangan kaki Vidy.

Sepertinya krim urut itu bekerja baik di kaki Vidy. Lihat saja, cowok itu sudah tidak meringis ataupun mengernyit kesakitan. Diana bernafas legah.

Semua luka di wajah Vidy sudah tertutup kain kasa dan plester. Diana membereskan kotak P3K dan baskom air dan menyembunyikannya di bawah kolong tempat tidur. Setelah semuanya selesai dan tidak ada lagi yang Vidy butuhkan, Diana menyandarkan kepalanya di pinggiran tempat tidur.

Terdengar sebuah dengkuran halus dari mulut Vidy. Cowok itu sudah terlelap dengan damai. Diana memperhatikan sosok Vidy yang tertidur. Pandangannya teralihkan pada kalung bulan sabit yang terlilit di leher cowok itu. Diana tidak habis pikir, terlihat dari tampang Vidy yang saat sedang sadar sangat menyebalkan. Tapi, berbanding terbalik jika tidur seperti ini.

Sambil memikirkan apa selanjutnya yang akan ia lakukan jika Vidy bangun, Diana memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya di sela-sela kakinya. Rasa lelah seakan menyerangnya, mengambil alih kesadarannya. Mata Diana perlahan menutup, dan cewek itu akhirnya tertidur dengan kepala menunduk.

-0-0-

Ayoo sebenarnya kaki Vidy kenapa🤧

Jangan lupa vote dan komen yaa:)

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang