•40•

730 95 5
                                    

Diana menatap surat yang di berikan Affan melalui Dyo, lalu membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diana menatap surat yang di berikan Affan melalui Dyo, lalu membukanya. Ia membuka lipatan surat itu dan mulai membacanya.

Untuk Diana, gadis yang paling ceria.
Untuk Diana, gadis yang gue sakiti.
Dan, untuk Diana, gadis yang sangat gue cintai.

Darah Diana mendesir ketika membaca sepenggal isi surat itu. Diana menghela nafas panjang, lalu kembali melanjutkan membaca surat itu.

Hai, Na
Gue nulis surat ini sambil liatin foto kita waktu di pasar malam waktu itu. Gue nggak betul-betul ngehapus foto itu, tapi gue simpen di folder laptop yang benar-benar nggak ada orang yang bisa buka kecuali gue sendiri.

Diana ingat, saat Affan memintanya untuk menghapus foto itu dari ponselnya. Waktu itu Affan terlihat marah saat Diana menolak menghapusnya.

Gue menghargai keputusan lo untuk nggak mau ketemu sama gue lagi.
Gue berusaha untuk menghubungi lo lagi, tapi gue takut lo semakin sakit karena gue.

Ini semua memang salah gue, Na. Salah karena enggak berani berterus terang tentang semuanya.
Ada satu hal yang mau gue sampaikan ke lo sebelum gue berangkat ke Aussie. Kalau gue belum punya kesempatan untuk menyampaikannya langsung biar surat ini menyampaikan untuk lo.

Diana semakin menggulir surat itu ke bawah. Ia semakin penasaran alasan Affan memutuskan hubungan padanya.

Gue enggak mau lo salah paham lagi. Tentang alasan konyol saat gue minta putus dari lo, lo masih ingat? Sekarang gue akan kasih tahu yang sebenarnya.

Papah gue, Na. Papah gue tau hubungan kita. Ya, kalo lo berpikir alasan gue mutusin lo karena Papah gue, lo benar. Papah gue jahat, Na. Gue takut sesuatu terjadi sama lo. Gue takut karena kesalahan gue, lo yang harus jadi korbannya. Gue takut kalau lo terus sama gue, lo akan terluka.

Dan pada akhirnya...
Malah gue yg buat lo sakit.

Diana membekap mulutnya tidak percaya. Jadi, ini alasan yang selama ini Affan tutupi darinya. Kenapa Affan tidak dari dulu memberi tau kebenarannya? Kenapa harus dari surat ini?

Diana membalik surat itu untuk melanjutkan membacanya.

Na, sampaikan permintaan maaf gue buat hati lo, ya. Maaf selama ini buat dia ngerasain sakit terus.
Dan atas nama Papah gue, gue minta maaf, Na.

Oh ya, sebelum gue berangkat ke Aussie, gue ada nitipin sesuatu sama Dyo. Kalo lo ngga suka, lo bisa buang atau balikin ke Dyo. Gue yang akan simpen. Tapi, kalo lo suka, gue senang Na.

Diana melirik kotak kecil berwarna biru muda yang terletak di atas meja belajarnya. Lalu kembali menatap surat itu.

Salam terakhir gue, kalo kita di kasih kesempatan bertemu lagi, gue mau lo udah bahagia. Gue mau lo udah lupain perasaan lo untuk gue.
Sering-sering senyum, Na. Senyum orang kayak lo sekarang itu langkah.

Maaf, terima kasih, dan aku mencintaimu.

Bibir Diana bergetar, bahunya ikut terguncang hebat kala membaca akhir dari surat itu. Diana kembali menangis. Dia memeluk surat itu di dadanya. Rasanya, seperti ada yang mengganjal di hatinya. Diana tau, selama ini dia sudah salah paham pada Affan. Kalau saja, Affan bisa lebih terbuka padanya, mungkin ini semua nggak bakal terjadi.

Diana menggapai kotak kecil di atas meja belajarnya, kemudian membukanya dan melihat gelang hitam yang tergeletak manis di sana. Ada selembar kertas kecil yang terselip di kotak bersama gelang hitam itu.

Diana mengambil surat itu, dan ada sebuah pesan yang tertulis di sana.

Itu gelang yang waktu itu mau gue kasih ke lo, Na. Dipake ya, semoga lo suka. Oh ya, beberapa hari lagi lo ulang tahun, kan? Gue ngucapin di sini aja, boleh ya?

Happy birthday, Na.

Diana tidak tau harus berkata apa lagi. Di satu sisi dia bahagia, tapi di sisi lain dia ingin menangis.

Bukan ini yang Diana mau untuk akhir cerita mereka. Diana ingin Affan menceritakan langsung padanya. Diana benar-benar tidak mengerti dengan cowok itu. Ia juga masih tidak paham tentang semuanya.

Diana menelungkupkan wajahnya ke bantal dan menangis sejadi-jadinya. Tidak peduli jika ada yang mendengar tangisnya.

Saat sudah puas menangis, Diana bangkit dan kembali melihat gelang hitam di kotak itu. Bibir Diana sedikit tertarik ke atas. Dia mengambil gelang itu, dan memakainya di pergelangan tangannya.

Diana kembali melirik surat yang terjatuh di lantai dan langsung menyimpannya di kotak kecil tadi.

Diana menoleh ke arah jendela, ternyata hari sudah mulai gelap. Dia tidak sadar kalau matahari hampir terbenam. Dia masih memikirkan Affan sampai tak sadar ada yang ikut terluka melihatnya seperti ini.

-0-0-

Double up yaa!!
Jangan lupa vote dan komen:))

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang