"Move on itu bukan perihal isi kepala, ngga akan bisa di paksa untuk lupa. Kecuali kalau hilang ingatan. Move on itu tentang membebaskan hati dari segala sangkut paut tentang dia."
-0-0-
"Ayo putus."
Diana refleks menoleh pada Affan setelah mendengar ucapan cowok itu. Satu alisnya terangkat, mencoba meminta penjelasan lebih. "Maksud kamu apa?"
"Gue bilang, gue mau kita putus," jelas Affan tanpa menatap Diana.
"Tapi kenapa?" Suara Diana melirih. "Apa aku punya salah?"
Affan diam. Dia tidak menjawab pertanyaan Diana. Wajah yang di tampilkannya benar-benar tenang, seperti sedang tidak terjadi apa-apa.
"Affan, jawab aku! Apa benar kata orang-orang kalo kamu punya pacar lain selain aku? Affan!" Diana sedikit berteriak. Dia kesal kenapa Affan hanya diam. Apakah yang di katakan orang-orang itu benar? Kenapa Affan tidak mencoba jujur padanya?
Affan berdiri dari duduknya. Saat ingin melangkah pergi, Diana dengan cepat menahan tangan cowok itu. "Gue mau pergi Diana."
"Tapi kamu belum jawab pertanyaan aku! Apa yang di bilang orang-orang itu benar? Atau aku punya salah sama kamu?" Diana mencoba menahan emosinya untuk tidak menangis. "Jawab aku!"
"Karena perasaan gue ke lo udah berubah! Puas?" jawab Affan dengan sedikit membentak. "Sekarang lepasin tangan gue."
Diana seketika terdiam mendengarnya. Rasanya, nafasnya seperti tercekat di tenggorokan. Jantungnya ikut berdetak tak beraturan. "Berubah? Segampang itu?"
Affan kembali diam. Dia benar-benar tidak merespon ucapan Diana. Dia juga tidak bisa pergi karena tangan Diana masih menahannya.
Diana menatap tangannya yang masih menggenggam pergelangan tangan Affan. Dia hanya tidak ingin kalau dia melepaskannya, Affan akan benar-benar pergi. Satu tetes air matanya jatuh. Diana tidak habis pikir dengan keputusan Affan yang tiba-tiba. Padahal, kemarin mereka masih baik-baik saja.
Diana kembali menatap Affan. "Fan, kenapa?" tanyanya sekali lagi.
"Diana, maaf. Sebenarnya dari awal gue ngga ada perasaan sama lo," katanya sambil melepaskan tangan Diana dari tangannya.
Mendengar itu, satu isakan Diana keluar dari mulutnya. Dia tau Affan berbohong. Diana menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dia yakin bukan itu alasan Affan. Cowok itu bahkan tidak berani menatapnya.
"Kamu bohong! Aku tau bukan itu alasannya!" ucap Diana sambil menahan isakan yang lain keluar dari mulutnya.
"Diana." Affan menatap Diana sambil menggigit bibir bawahnya. "Mulai sekarang, lo dan gue ngga saling kenal satu sama lain."
Setelah mengatakan itu, Affan benar-benar pergi. Diana tak sempat mengejar karena kakinya terlalu lemas. Dia berjongkok sambil menutup wajahnya. Diana mencoba meredam suara isakan tangisnya dengan kedua telapak tangannya. Hatinya benar-benar sakit. Apalagi harus menerima keputusan sepihak dengan alasan yang tidak masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Lies [Completed]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] "Karena jika itu kamu, meskipun sakit, aku rela." Gagal move on. Kalimat yang cocok menggambarkan Diana saat ini. Bayang-bayangan mantan yang selalu menghantui kepalanya, membuatnya begitu prustasi. Sudah 2 tahun ia menco...