•2•

2K 246 1
                                    

Mata Diana dengan semangat menyapu pandangan ke seluruh sudut kampus untuk mencari keberadaan cowok yang tadi membayar minumannya tanpa persetujuan Diana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Diana dengan semangat menyapu pandangan ke seluruh sudut kampus untuk mencari keberadaan cowok yang tadi membayar minumannya tanpa persetujuan Diana. Dia sudah mencari kemana-mana, namun tetap tidak menemukan cowok itu. Tempat terakhir yang Diana yakini adalah taman belakang yang lumayan jauh dari kawasan kampus.

Dengan semangat '45, kakinya terus bergerak dengan cepat tanpa memperdulikan ajakan Amira untuk berkumpul bersama teman-temannya yang lain di ruang baca outdoor. Padahal dosen yang akan mengajar sudah berjalan menuju tempat mereka akan berkumpul. Tapi Diana benar-benar tidak peduli.

"Yahhh, dasar sinting! Ngga tau apa yang masuk pak Sahar," gumam Amira sambil menatap punggu Diana yang semakin jauh.

Dengan keringat yang lumayan penuh di dahinya, akhirnya Diana sampai di taman belakang kampus. Dia bersetengah jongkok dengan nafas yang naik turun. "Gila, cape banget gua."

Setelah mengatur nafas yang tadi tersendat-sendat, Diana kembali mencari keberadaan Affan. Matanya menelusuri setiap sudut taman. Taman itu tidak terlalu besar, ada dua pohon besar, kolam ikan yang sudah tidak terpakai, kursi yang terbuat dari batu, dan banyak sekali rumput liar.

Ia berjalan dengan perlahan, memperhatikan setiap langkahnya. Was-was jika ada sesuatu yang terinjaknya. Bulu kuduk Diana tiba-tiba berdiri sendiri, dia merinding. Taman ini benar-benar sunyi dan jauh dari keramaian. Mungkin karena sudah lama terlantar dan tidak terurus jadi terlihat menyeramkan.

Suara gesekkan ranting pohon membuatnya refleks menoleh ke sumber suara. Dia menelan ludah dengan kasar, lalu berjalan kearah suara itu.

Suara gesekkan ranting kembali terdengar, namun kali ini dari arah belakang tubuhnya. Tubuh Diana mendadak kaku, ia perlahan berbalik sambil menutup kedua matanya. Ketika sudah sepenuhnya berbalik, dalam hati dia berhitung sampai tiga.

Satu... dua... ti-

"Penakut."

Suara seseorang yang terdengar tidak familiar membuatnya membuka mata perlahan. Dia kaget mendapati cowok yang tidak ia kenal menyondongkan wajah ke arahnya. Diana refleks berteriak dan memukul wajah cowok itu dengan buku yang ada di tangannya.

"ANJIM! SAKIT BEGO!" Cowok itu mengusap kepalanya yang terkena pukulan Diana sambil misuh-misuh.

"Ya, lo ngagetin!" Diana yang tidak terima cowok itu membetaknya, ikut nyolot.

Mata Diana menatap cowok itu dari kepala sampai ujung kaki. Dia benar-benar tidak pernah melihat cowok ini sebelumnya. Baru pertama kali bertemu, Diana sudah memastikan cowok ini bukan cowok baik-baik.

"Lo kalo penakut ngapain ke tempat ini? Dasar cupu!" Dengan wajah tengil, satu bibirnya terangkat, cowok yang mempunyai rambut seperti brokoli itu menatap Diana remeh.

"Ya suka-suka gue lah. Lagian gue ngga penakut!" balas Diana yang tak mau kalah.

Suara tawa cowok itu terdengar sumbang. "Oke cupu!" ucapnya sambil mengangkat jari membentuk 'oke'

Tengil banget, bukan? Anehnya Diana malah meladeni, bukannya cepat-cepat pergi dari sana. Ah iya, dia harus menemui Affan lebih dulu. Tapi bukan Affan yang ia temuin, malah cowok aneh yang membuatnya emosi.

"Lo, tau tempat ini angker ngga?" tanya cowok itu sambil menatap sekeliling taman.

"Ang-angker?" Diana yang orangnya parnoan mulai takut. Dia sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah cowok rambut brokoli itu.

Dari situ suara tawa cowok itu meledak. Dia menyentil pelan jidat Diana tanpa rasa bersalah. "Tuhkan, lo penakut. Lo cewek penakut. Bisa gue pastikan, lo gampang di bohongi cowok."

Diana tampak kesal karena cowok itu telah membohonginya. Dan, apa? Dia cewek yang gampang di bohongin cowok? Tau dari mana cowok yang sok tau ini.

"Jangan sok tau deh!"

Pikiran Diana sudah kalut. Akhirnya dia memilih pergi dan memutuskan untuk menghentikan percarian Affan. Diana tidak tau dimana keberadaan cowok itu, tapi dia sudah tidak mood karena cowok rambut brokoli tadi.

Dari jauh saja, masih terdengar suara tawa cowok itu. Diana benar-benar kesal. Sudah lama ia tidak pernah sekesal ini. Dulu, ia benar-benar kesal saat di putusin Affan tanpa alasan yang masuk akal. Sekarang, ia kembali merasakan kekesalan itu.

-00-

Sial. Diana lupa kalau dosen yang masuk di kelasnya itu pak Sahar. Siapa sih, yang ngga kenal dosen dengan kumis tebal dan perut buncit yang di takuti mahasiswa sastra? Rata-rata mahasiswa sastra sudah mengenalnya, terlebih lagi sastra Indonesia.

Dan disinilah Diana berdiri sekarang, di kamar mandi cowok yang begitu bau dan jorok. Semua mahasiswa sudah meninggalkan area kampus, dan mungkin hanya tinggal dirinya dan anak organisasi, mungkin? Sebelum pulang tadi, Amira sempat menawarkan diri untuk menunggu Diana. Namun, Diana langsung menolaknya, tidak ingin membuat Amira menunggu lama.

Dengan berbekal sapu tangan untuk menutupi hidungnya, Diana mulai mengerjakan hukuman dari pak Sahar. Seumur hidup, dia baru pertama kali melihat kamar mandi yang begitu jorok. Apa memang anak laki-laki sejorok itu? Bau pesing yang begitu menyengat dan sempat membuatnya merasa mual.

Tidak ingin berlama-lama, ia harus cepat menyelesaikan hukuman ini, sebelum ia benar-benar pingsan di sini. Tak lagi misuh-misuh, walaupun berat hati, tapi ini juga salahnya karena mengabaikan kelas pak Sahar.

Saat ingin membersihkan bilik kamar mandi, Diana merasa ada sesuatu yang aneh. Dia terpaku sebentar saat dia mencium bau yang familiar. Bukan bau pesing atau bau aneh lainnya, tapi bau asap rokok yang cukup membuatnya terbatuk. Walau dari jarak yang cukup jauh, tapi Diana bisa mencium atau merasakannya. Batuknya semakin menjadi, lehernya terasa tercekat. Ia sulit untuk bernafas.

Dia memiliki alergi asap rokok yang membuatnya seperti ini. Walaupun terlihat biasa saja, tapi asap rokok itu dapat membunuhnya. Dia harus cepat-cepat keluar dari sini. Tapi nyatanya, tubuhnya tak secepat itu.

Seorang cowok yang baru keluar dari bilik kamar mandi, berlari kearah Diana yang sulit bernafas dan menggapai tubuh Diana yang oleng hampir jatuh. "Woi, lo ngga apa-apa? Woi!"

"To-tolong gue," kata Diana sebelum dirinya benar-benar tidak sadarkan diri.

-0-0-

Dugun dugun lihat Diana begitu😳😳


KANG RAMBUT BROKOLI
a.k.a VIDY

Untold Lies [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang