Teruntuk Diana Alvira,
gadis yang gue temui di taman belakang kampus.Rasanya aneh menulis surat untuk orang yang baru gue kenal.
Lo yang penakut tapi berlagak berani membuat gue penasaran sama lo. Setelah pertemuan pertama kita, beberapa hari setelahnya lo datang lagi dan dengan nggak sengaja gue ngagetin lo sampai buat lo jatuh.
Dan dari kejadian tak terduga itu, kita jadi sering bertemu. Saat lo sadar kalau gue sakit, itu cukup membuat gue terkesan.
Gue terkejut saat tiba-tiba lo kenalin gue sebagai pacar lo di depan mantan lo waktu itu.
Dan gue terkejut saat lo tiba-tiba minta gue untuk jadi pacar pura-pura.Diana, saat gue kecil, kaki gue pernah dioperasi beberapa kali. Sakit dan bekas luka itu nggak kunjung membaik sampai gue dewasa.
Pertama kalinya gue jatuh pingsan, saat kita bertemu jam 2 pagi waktu itu.
Gue jadi lebih sering keluar masuk rumah sakit.
Dan akhirnya dokter memvonis gue kalau gue mengidap penyakit limfoma non hodgkin. Gue sendiri ngga tau itu penyakit apa, dan sebahaya apa dia. Sampai dokter menyarankan gue harus di kemoterapi.Gue tahu kalau kondisi gue nggak begitu baik setiap harinya. Gue jadi sering melihat Papah dan Mamah gue nangis di ruang tunggu rumah sakit.
Dari situ gue sadar, kalau waktu gua nggak banyak.
Saat itulah...
Gue ingin lebih mendekatkan diri sama lo.
Gue mulai melakukan apapun yang gue mau supaya gue nggak menyesal di akhir nanti.
Dan pada akhirnya...
Gue melakukan sebuah kebohongan.
Kebohongan yang gue harap bisa lebih dekat sama lo.
Gue mulai membuat surat misterius untuk lo.
Gue mulai mengirim pesan dari ponsel Windy untuk lo.
Dan, kebohongan itu semakin membawa lo pada gue.Diana, sampaikan permintaan maaf gue pada Amira, ya. Karena gue, hubungan kalian jadi cukup renggang. Dan sampaikan juga terima kasih gue padanya. Karena dia udah mau bantu gue untuk lebih dekat sama lo.
kebohongan licik ini nggak pernah gue bayangin sebelumnya.
Lo jauh lebih suram dan sakit dari yang gue duga. Lo juga keras kepala, penakut, dan hanya peduli pada keinginan Papah lo. Namun, sesuai dugaan gue, lo cewek yang baik.Saat pertama kali gue ngajak lo ke hutan, gue cukup takut kalo lo nggak suka tempat itu. Ternyata lo cewek apa adanya ya?
Saat kita makan sandwich berdua,
saat kita nonton konser band bersama,
dan saat lo memberi syal untuk gue pakai, padahal itu adalah syal yang berharga bagi lo.
Saat-saat itu nggak akan bisa gue lupain, bahkan sampai gue mati.Diana...
Apa gue berhasil masuk ke dalam hati lo?
Meski cuma sedikit, apa lo mau terus mengingat gue?
Jangan lupain gue ya?
Janji ya?Diana Alvira...
Gue cinta sama lo.
Maaf gue nggak bisa ngabisin cheese cake nya ya, jujur rasanya hambar bagi gue.
Maaf gue sering ngejahilin lo.
Maaf gue egois.
Maafin gue atas segalanya.Diana, gue nggak akan ngucapin kata perpisahan. Karena gue yakin, kita pasti bertemu lagi. Entah di kehidupan seperti apa nanti.
Diana, gue cuma mau bilang, kenangan pahit yang penuhi hati lo saat ini, kelak akan disembuhkan oleh waktu dan seseorang yang tepat.
Terima kasih untuk segalanya, Di.
Sampai jumpa di mimpi, my miracle.Diana melipat kertas yang sudah terlihat usang itu. Ia mengangkat tangannya untuk menghapus jejak air mata yang sedikit keluar dari sudut matanya. Diana tidak pernah bosan untuk membaca surat yang di tulis Vidy untuknya. Bahkan, rasanya ada sesuatu yang bergejolak setiap kali Diana membaca surat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold Lies [Completed]
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] "Karena jika itu kamu, meskipun sakit, aku rela." Gagal move on. Kalimat yang cocok menggambarkan Diana saat ini. Bayang-bayangan mantan yang selalu menghantui kepalanya, membuatnya begitu prustasi. Sudah 2 tahun ia menco...