"Adin! Lama banget sih lu ah!" Teriak saudara lelaki nya dari balik pintu kamar.
Gadis berusia 17 tahun ini terpaksa beranjak dari tempat tidur nya karena terganggu dengan suara teriakan saudara lelaki nya.
Dibuka nya pintu kamar,
"Coba teriak lagi,gue smack down Lo di sini sekarang." Ujar nya masih dengan mata tertutup.
"Canda sayang. Abis nya Lo lama banget bangke! Ini jam berapa yang bener aja lo,mau bareng gue gak lo?!?!" Omel saudara lelaki nya lagi.
Adin menutup pintu kamar nya dengan kencang,
"Jemput aja sana cewe lo! Gue bolos!" Teriak Adin dari dalam kamar.
Saudara lelaki nya pun sudah muak membangunkan nya dan berakhir meninggalkan nya untuk pergi ke sekolah lebih dahulu.
"Mana Adin?!" Tanya seorang wanita berusia 45 tahun di depan teras rumah.
"Lagi mandi noh,udah ah! Jedden berangkat dulu aja" Ujar nya lalu mencium tangan wanita tersebut.
"Mandi apa bolos tuh anak?!?!" Geram wanita tersebut.
###
Bel istirahat berbunyi dengan kencang,
"Adin ikut saya ke ruang OSIS!" Panggil guru pengajar kepada Adin yang sedang terduduk di bangku pojok belakang.
Adin berjalan di belakang Bu Wira,selaku guru pembimbing OSIS yang terkenal paling menakutkan. Seluruh siswa mulai membicarakan nya dan berasumsi jika Adin akan mendapatkan masalah besar.
Jedden yang keluar dari lapangan dan melihat saudara nya berjalan bersama guru pembimbing OSIS pun dihampiri nya,
"Ngapa lu? Bikin masalah apaan?" Tanya Jedden pada Adin.
"Tanya mulu lo! Disuruh beli softex kali gue" Bisik Adin pada Jedden
"Lah tapi dia kan udah menopause bego" Lawak Jedden
"Lah iya lupa"
Bu Wira menoleh ke belakang mendapati Jedden yang sedang tertawa kecil dengan Adin.
"Jedden! Ngapain kamu?!" Bentak Bu Wira
"Eh ibu! Cantik banget sih bu hari ini~ ini loh tadi kakak saya nitip wasiat buat jaga jaga sehabis keluar ruang OSIS takut ada sesuatu yang tidak terduga" Candaan Jedden pada Bu Wira.
Mata Bu Wira melotot dan wajah nya mulai memerah dengan segera Jedden berlari kembali ke lapangan agar tidak mendapatkan serangan maut dari Bu Wira.
Memasuki ruangan OSIS yang hanya ada satu siswa terduduk di sofa panjang. Ia adalah Shandimas Erlangga,siswa dari kelas 3 IPA 2 selaku Ketua OSIS di ROTERT Highschool ini.
Matanya melirik ke arah Adin yang berdiri di sampingnya. Terkenal sebagai siswa tampan dan pintar daya tarik nya semakin kuat karena ia memiliki kedudukan sebagai Ketua OSIS dan Kapten Futsal.
Adin hanya membalasnya dengan senyuman biasa lalu membiarkan kembali wajah jutek nya terpasang.
"Shandi,ini Adin yang katamu cocok untuk menjadi Wakil Ketua OSIS. Benar?" Kata Bu Wira
"Iya benar Bu. Saya rasa dari semua siswi kelas 1 dan 2 hanya Adin yang cocok untuk dijadikan Wakil Ketua OSIS" Jelas Shandi.
"HAH?! APAAN?!" Jawab Adin yang teriak dengan spontan.
Wajah Bu Wira kebingungan setelah terkejut mendengarkan Adin berteriak.
"Wah gila lo kak!" Sahut Adin sekali lagi.
Sepertinya,ia lupa jika ada Bu Wira yang sedari tadi terkejut akibat teriakannya."Adin! Duduk!" Bentak Bu Wira
Mendengar suara lantang dari Bu Wira,Adin pun terkejut lalu duduk dan menundukkan kepala.
"Ibu sudah putuskan jika tahun ini kamu menjadi pengganti Maria yang sedang melakukan kegiatan pertukaran pelajar ke Rusia" Jelas Bu Wira tanpa bantahan.
"T-tapi bu saya gak si--"
"Mau gak mau harus mau! Atau nggak nilai kamu akan saya turunkan!" Bentak Bu Wira lagi.
Adin dan Shandi keluar ruangan OSIS bersama. Terlihat sedari tadi jika Adin tidak tahan untuk mengomeli Shandi.
"Gila ya lo kak! Parah!" Keluh Adin pada Shandi.
"Gak usah berisik! Besok ada 2 murid baru dateng salah satu dari mereka ada yang ditaruh kelas lu" Ujar nya.
"Bangsut!"
Adin pergi meninggalkan Shandi yang masih berdiri di depan ruang OSIS. Pergi menuju ke lapangan untuk menghampiri Jedden yang sedang latihan basket dengan teman-temannya.
"Dih kenapa lu kek gitu?" Tanya Jedden melihat Adin yang berdiri di hadapan nya dengan wajah marah.
"Duduk dulu,teh" Ujar salah satu teman nya,siswa kelas 1.
"Bagi duit! Gue mau beli makan di kantin!" Bentak Adin pada Jedden.
Saat ini mood Adin seperti turun mendadak setelah dibuat kesal dengan Shandi. Sifat emosian nya sudah menjadi ciri khas.
Jedden menarik lengan saudara perempuan nya,
"Sini duduk dulu. Pasti lo gak tahan buat nahan ngomel kan. Ngomel aja disini buruan" Ujar Jedden.
Apa yang dikatakan Jedden benar terjadi. Saat Adin mulai terduduk,
dalam satu kali nafas ia mengeluarkan semua kekesalannya pada Jedden dan teman basket Jedden. Mengomel tiada akhir seperti mendongengkan sebuah cerita,Jedden hanya mendengarkan tanpa meresapi cerita nya sambil mengunyah permen karet yang ada di mulutnya."Dah lah pokok nya gitu!!" Akhir dari cerita Adin.
"Ya udah kalo dia berani nyuruh nyuruh lo,bilang aja ke gue." Kata Jedden dengan percaya diri.
"Emang Lo berani sama dia?" Tanya Adin.
"Kaga. Ntar gue cuman negosiasi aja ke dia hehe. Udah Sono! Nih duit jajan lo" Jawab Jedden
Beranjak dan pergi. Teman teman Jedden hanya menatapi dia.
"Lo kok bisa paham sih sama yang di ceritain dia,gue aja yang nyimak kaga paham" Sahut Charis
Jedden membuang permen karet nya,
"Gue kembaran nya tolol. Dia belet boker aja nular ke gue apa lagi sakit" Kata Jedden yang membuat teman basketnya tertawa."Rendah banget jokes Lo pada" Jawab Charis
"Punten tuan muda."
.
.
.
.
Haloo! Maaf ya kalo kata kata nya ada yang kurang atau salah. Semoga suka yaaa!!
Have a nice day kalian!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR ; HAECHAN LEE
Fanfiction"Sejauh dan seberapa lama pun kita pisah, gue bakal tetep cari lo" - Husein Ralendra . . . by DIXLEOH'January 2021