10.

372 55 7
                                    

Langkah nya bolak-balik ke arah cermin yang tertempel di lemari Jedden. Sudah hampir 4 jam darah dari hidung nya tak kunjung berhenti. Hidungnya masih dibaluti tisu kering yang sudah di ganti beberapa kali. Bagaimana tidak khawatir?.

"Kenapa lo?" Tanya Jedden pada Adin.

"Not what what. Cuma lagi ngambilin upil" Jawab Adin menutupi luka hidungnya.

Jedden terbangun dari tempat tidurnya, melihat setetes cairan warna merah pekat seperti diri. Di cium nya berbau amis.

"Kok ada darah?" Tanya Jedden.

Adin memasang wajah panik. Jedden menarik bahu Adin,

"Lo mimisan? Sini gue lihat!" Teriak Jedden.

Adin pun menepis tangan saudara lelakinya,
"Gak! Ini cuma kecapekan!" Bentak Adin kembali.

"Lu berantem ya?! Sama siapa? Bilang ke gue!" Tegas Jedden.

"Apaan sih Lo! Lebay banget" Jawab Adin lalu meningggalkan kamar Jedden.

Jedden melotot, "HEH perempuan setengah Mateng! Bilang ke gue siapa yang ngajak lu gelud!" Teriak Jedden tidak di gubris oleh Adin.

Memasuki kamar dengan mengerutkan dahinya. Mengambil tisu lagi untuk mengusap darah yang masih mengalir di hidung nya.

Mencoba menekan pelan batang hidung nya.

"Akhh!" Rintihnya.

Adin mulai berfirasat yang tidak-tidak tentang kondisi hidungnya yang telah mendapatkan satu hantaman keras dari kepalan tangan lelaki tadi.

"Masa hidung gue patah sih? Apaan coba 17 tahun idup baru kali ini di tonjok doang udah lemes" Omelnya di depan cermin kecil yang di letakkan diatas meja belajarnya.

Kepalanya berputar ke Kanan dan kiri melihat bentuk hidungnya untuk memastikan kembali. Matanya fokus menatap bentuk hidungnya yang terlihat di cermin.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kencang, secara spontan Adin melemparkan cermin kecil nya hingga terjatuh ke atas kasur.

Untung saja ke atas kasur . . .

"Din! Jadi lo berantem sama Locapone?!" Teriak Jedden.

Adin menghampiri Jedden dan memukul kepala Jedden dengan keras,

"Apaan sih?! Keluar atau gue smackdown Lo disini?!?!" Ancam Adin sambil mengepalkan tangannya di hadapan Jedden.

Jedden menarik tangan saudara perempuannya, "Kasih tau gue siapa yang nonjok lo, Gue tau lo bisa ngelawan tapi mereka gak setara sama lo yang perempuan." Ujar Jedden yang tiba-tiba terlihat sangat garang.

Nyali Adin menciut seketika saat melihat Jedden yang berubah menjadi terlihat garang. Jedden keluar kamar dengan tatapan tajam nya dan menutup pintu kamar Adin sedikit kencang.

###

Keluar kamar dengan berseragam rapi dan juga jaket berwarna abu-abu oversize menutupi tubuh mungil nya.

Dilihatnya, Bunda nya yang duduk di sofa tak melihat dirinya yang berdiri tepat dihadapan Bunda nya. Adin pun tersenyum dan melangkahkan kaki menuju halte bus.

Membuka pintu rumah dan melihat Jedden yang berdiri di samping motornya di halaman rumah.

"Ngapain Lo?" Tanya Adin pada Jedden yang sedang menatapinya dari bawah hingga atas.

"Berangkat sama gue aja, ntar Lo jadi inceran Locapone" Kata Jedden.

Adin tertawa kecil, "Maksud Lo gue bakal terkalahkan gitu? Haha! Gak lah! Yang bener aja lo" Jelas Adin pada Jedden.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang