37.

270 35 2
                                    

Adin mencoba untuk tertidur, namun nampaknya nyeri di pinggang nya semakin terasa. Ia sudah melewatkan 2 jam mata pelajaran, sisa 1 jam lagi mata pelajaran lalu akan mulai jam istirahat kedua.

Memanggil Tiara, penjaga UKS untuk membantu nya membuang air lelehan es batu yang ada di dalam kantong kompres dan diganti dengan es batu yang baru. Rasanya ingin mengeluh tetapi tak tahu pada siapa ia harus berkeluh kesah.

Tiara membuka tirai dan menyodorkan kantong kompres dengan isi es batu yang baru,

"Nih. Btw, gue dengar-dengar tadi ada yang ribut di kelas lo sampe di bawa ke rumah sakit." Ujar Tiara.

"Siapa?" Tanya Adin yang sangat ingin tahu.

Tiara menaikkan kedua bahu nya, "Gak tau jelasnya sih, gue cuma dikabarin lewat grup sekbid kesehatan." Jelas Tiara.

Tiara meninggalkan Adin sendirian dan menutup kembali tirai berwarna hijau.

Mendengar rumor baru dari Tiara membuat Adin semakin penasaran dan ingin tahu siapa yang membuat keributan lagi. Dahi nya mengernyit sambil berpikir mengenai siapa yang berani bertengkar di dalam kelas saat jam mata pelajaran dimulai.

Terlebih lagi, saat ini masih jam mata pelajaran Bu Clara yang biasanya tak suka jam mengajarnya di ganggu. Sesekali, Adin mengintip pinggang nya yang masih terlihat kebiruan.

Tiba-tiba terdengar keributan yang memasuki ruang UKS, seperti ada murid yang sedang sakit juga. Seseorang membuka tirai Adin lagi. Muncul kepala Jedden dari balik tirai,

"Si anjing! Ini lebam banget, bangsat!" Teriak Jedden yng langsung menghampiri Adin dan mengeluarkan semua kata kasar.

Satu tamparan dari tangan Adin mendarat mulus pada pipi kanan Jedden, "Busuk banget mulut lo! Lagian gue juga gapapa." Jawab Adin sedikit gugup.

Jedden menoyor kepala saudara kembarnya, "Gak usah sok sok an gitu deh! Gue pukul juga ni pinggang" Sahut Jedden.

"Mau gue potong otong lu?" Ancam Adin.

Jedden mengamati lebam yang ada di pinggang saudara kembarnya dengan tatapan sayu, hatinya terasa kecewa karena tak bisa menjaga saudara nya yang baru saja sembuh dan keluar dari rumah sakit.

Melihat Adin yang selalu pura-pura tegar dihadapannya semakin membuatnya merasa kecewa menjadi saudara laki-laki. Sejak kecil, Adin yang selalu melindunginya dari semua orang jahat, saat ini ia sangat ingin sekali melindungi Adin yang dahulu sangat menjaga nya.

"Dih ngapa berkaca-kaca gitu lu" Kata Adin saat melihat Jedden yang duduk di kursi samping kasur UKS menatap pinggang nya dengan berkaca-kaca.

Jedden menduduk lalu terdengar isakan tangis nya. Mata Adin terbelalak mendengar isakan tangis Jedden, di raihnya kepala Jedden.

"Jedd, apaan sih? Lo kenapa sih?" Tanya Adin dengan cemas.

"Gue gagal ngelindungin lo!" Jawab Jedden.

Adin memeluk kepala Jedden, "Jedd, gue tau kok kalo lo udah berusaha. Lo gak gagal. Lo selalu jadi orang pertama yang meluk gue, itu udah cukup buat buktiin kalo lo udah ngelindungin gue." Jelas Adin sambil mengusap pundak Jedden.

Jedden menjadi hening. Tak terdengar isakan tangisnya lagi, Adin mengintip sedikit ke arah wajah Jedden,

"Yeuuu si babi malah molor." Sahut Adin yang melihat Jedden sudah tertidur sambil memeluk pinggangnya.

Adin bersandar pada sandaran kasur pasien, dan membiarkan Jedden tertidur sambil di usapnya bahu Jedden untuk menenangkannya.

###

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang