17.

338 52 0
                                    

Hari sabtu mulai menyapa, tentu nya saja ini adalah hari libur untuk siswa yang berada di menengah pertama dan menengah atas.

Mata nya terbuka dengan paksa setelah matahari yang banyak berusaha untuk membangunkan nya di pukul segini. Menguap dengan sangat lebar lalu menatap ke arah jendela untuk menyapa matahari dan berterima kasih kepada nya.

Merapikan rambut hitam panjang nya setelah itu beranjak dari tempat tidur. Tentu nya, tak lupa melipat kembali selimut yang semalam di kenakan dan juga membereskan sprei tempat tidur yang terlihat sedikit berantakan.

Berjalan menuju pintu kamar untuk mengambil air putih sebagai pembuka di pagi hari. Menatap ke arah jam dinding yang ada di ruang tamu. Waktu menunjukkan pukul 07.00, menegak segelas air putih.

Selesai menegak air putih, Adin berjalan menuju ke halaman rumah untuk melakukan kegiatan pertama nya yaitu menyirami bunga matahari yang ada di halaman. Melakukan peregangan terlebih dahulu, tak lupa menghirup udara segar di pagi hari yang sangat menyegarkan rongga hidung nya yang baru saja pulih.

Mengikat rambut hitam panjang nya menjadi seperti ekor kuda. Mulai mengambil selang yang ada di dekat pagar rumah, dihubungkan nya selang ke kran sumber air, dan mulai mengarahkan selang tersebut ke tanaman-tanaman yang ia miliki.

"Sehat-sehat cantik!" Kata Adin kepada tanaman nya.

Terlihat bunga matahari nya yang tumbuh dengan sangat cerah. Menyiram dengan senyum ceria seperti kebahagiaan yang terasa tiada tara.

"ADIN!!!" Terdengar suara teriakan dari dalam rumah seperti membentak nya.

Siapa lagi kalau bukan Sahira yang selalu berperilaku kasar kepada putri nya. Berdiri di teras rumah dengan tatapan tajam memelototi Adin yang sedang tersenyum menyirami tanaman,

"Pagi-pagi bukan nya masak malah ngurusin tanah!" Bentak Bunda nya dengan sangat kencang bahkan mungkin tetangga bisa mendengarnya.

Adin menunduk dan segera masuk ke dalam rumah agar tetangga tidak terganggu dengan suara Bunda nya yang sangat keras.

Di pukulnya kepala Adin oleh Sahira, "Lo tuh ya, orang tua ngomong main masuk masuk aje!" Bentak Sahira sekali lagi.

"Adin mau ke pasar dulu, Bun" Pamit Adin setelah mengambil jaket dan berganti menggunakan celana training.

Dilemparnya kepala Adin menggunakan tempat tisu plastik, "Lemot amat lo jadi perawan! Gue laper!" Teriak Sahira sekali lagi.

Adin berhenti sejenak untuk membuang nafas agar rileks lalu melanjutkan langkah nya. Membuka pintu pagar, dan menatap tetangga yang berada di seberang rumah nya.

Seorang nenek-nenek yang sudah lanjut usia yang tinggal tepat di seberang rumah Adin. Setiap harinya selalu melihat pertengkaran antara Adin dan Bunda nya. Oma Athi panggilan nya, beliau hanya tinggal dengan 1 anak perempuan nya yang masih berkuliah.

Adin tersenyum kepada Oma Athi yang sedang terduduk di teras rumah nya dan menatap Adin dengan tatapan kasihan.

"Pagi Oma!" Sapa Adin kepada Oma Athi.

Tergambar senyum Adin yang lebar sambil menahan tangis di mata nya. Oma Athi tersenyum kasihan untuk membalas sapaan nya yang terdengar sangat tulus.

Kembali melanjutkan perjalanan nya menuju ke pasar untuk membeli bahan masakan yang belum tersedia dirumah. Pukul 9 adalah waktu jam kerja Sahira, maka dari itu Adin harus segera kembali dan memasak untuk Bunda nya.

Pasar tak jauh dari rumah nya, membutuhkan sekitar 250 meter dari rumah nya dan bisa di tempuh dengan jalan kaki. Namun, bukan nya jalan tetapi Adin berlari agar tidak terlambat memasak kan Bunda nya. Sekitar 3 menit saja untuk sampai di pasar dengan berlari sekencang mungkin.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang