2.

793 71 11
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Jedden tak kunjung sampai di rumah. Adin mulai resah karena susu Yakult kesukaan nya tak kunjung datang.

Ibu nya,Sahira Desya berusia 45 tahun melakukan aktivitas nya di ruang tengah yaitu menonton televisi. Sahira sudah 4 tahun ini menjalani hidup sebagai single parent. Suaminya atau ayah dari Adin dan Jedden meninggal dunia sejak kedua anak nya masih berusia 13 tahun.

Keluar kamar dan melihat ibu nya yang sedang menonton televisi sembari menunggu adik kembar nya.

"Bun,gimana har--" Tanya Adin yang terpotong.

"Gak usah tanya-tanya deh lu! Kayak lu bisa ngerasain apa yang gue rasain aja" Jawab Sahira dengan sinis.

Adin mencoba bersabar dengan perilaku ibu nya yang sudah 4 tahun ini memusuhinya. Ia beranjak pergi ke dapur untuk mengambil makan,dan duduk kembali di sofa ruang tengah.

Tak lama kemudian,Jedden datang mengucapkan salam dan memamerkan sertifikat serta piala yang ia dapatkan setelah bertanding basket tadi.

"Wah anak bunda udah pulang! Wihh kamu juara lagi,Jed? Wih!! Nanti Bunda beliin lemari lagi ya buat piala kamu" Ujar Sahira dengan halus kepada anak lelakinya.

"Nggak usah Bun,ini juga ntar dikasih ke sekolah" Jawab Jedden.

Adin tak meliriknya sama sekali,hanya fokus kepada layar televisi dan mengunyah makanannya sedari tadi.

"Nih liat adek lo! Berprestasi! Dapet duit! Lah elu ngapain?" Teriak Sahira pada anak gadisnya yang duduk di pojok sofa.

Beranjak dari sofa dan pergi ke dapur tanpa menyelesaikan makan nya. Lalu,memasuki kamar serta mengunci pintu nya.

Jedden duduk di sofa di sebelah Bunda nya,

"Bun,jangan gitu ke teteh lah. Teteh kan juga punya prestasi sendiri,
jangan dibanding-bandingin sama Jedden" Jelas Jedden pada Bunda nya.

"Bunda masih kesel kalo lihat wajah dia!" Ujar Sahira pada anak bontotnya.

###

Duduk di halte bus disambut dengan sinar matahari yang tengah menyinari wajah nya. Adin menatap jam berkali-kali memastikan agar ia tidak terlambat pada tugas pertamanya sebagai Wakil Ketua OSIS.

Terdengar suara knalpot motor yang sangat ia kenali. Betul saja! Siapa lagi kalau bukan saudara kembar nya? Jedden Arderra.

"Ayok bareng gue" Ajak Jedden pada Adin yang tak menggubris nya.

Semua orang mengalihkan pandangan nya kepada Adin.

"Udah tinggi,ganteng,bawaan nya motor trail kurang apa lagi coba tuh cowo bisa bisa nya nih cewe gamau" Bisik orang orang yang ada di sekitarnya.

"Ayok Din! Buruan!" Ajak Jedden.

Adin malah beranjak pergi berjalan meninggalkan halte bus. Jedden masih saja mengikuti nya di belakang.

"Lu pundung sama gue?! Ya maap kalo kemaren gue terlalu riya' ke bunda" Kata Jedden berulang kali.

Seketika langkah nya terhenti,menghampiri Jedden yang berada di pinggir jalan. Jedden tersenyum,dan Adin hanya memukul kepala nya yang terbalut dengan helm.

"Anjing Lo" Ujar Adin yang akhirnya menaiki motor Jedden.

"Gue paling tau banget sih kalo Lo gak tega lihat orang ganteng kek gue minta maaf berkali-kali" Kata Jedden dengan percaya diri.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang