55.

47 9 1
                                    

Tiga hari sudah berlalu sejak kepergian Haydar, Husein memutuskan untuk tidak memperpanjang masa sewa kamar kos nya dan memilih pulang kembali kerumah seperti ucapan terakhir sang Papa.

Semua barang-barang nya sudah diangkut menggunakan mobil pick up yang disewa oleh Mama nya.

"Bapak langsung kerumah aja, tolong bilangin ke Mama saya ada urusan bentar" Ucap Husein pada sopir pick up.

Setelah berpamitan dengan si sopir pick up, Husein menghampiri rumah ibu kos yang terletak tak jauh dari lingkungan kos nya.

Muncullah perempuan sekitar umur lima puluh lima tahun dari balik pintu kayu jati usai Husein mengetuknya.

"Pagi Bu Nyoman! Husein izin pamit ya bu, sebelum nya makasih banget ibu udah jadi kayak mama Husein selama setahun ini." Ucap Husein diiringi dengan tertawa kecil.

Perempuan asal Bali bernama Nyoman pemilik kos yang Husein tinggali merupakan seorang janda yang hanya tinggal dengan kedua anak perempuan nya. Membuka lahan kos putra karena keinginannya memiliki anak laki-laki yang tak tercapai sehingga dengan membuka lahan kos putra ia jadi bisa membantu para mahasiswa maupun pekerja yang merantau merasakan kasih sayang Ibu.

"Ya Ampun nak! Justru ibu lebih seneng ada kamu disini, ibu jadi punya anak cowok yang paling kecil! Ibu turut berduka cita ya, Ibu tau Husein tuh bakalan bisa ngebanggain orang tua." Ujar Bu Nyoman dengan suara bergetar.

Husein tertawa kecil menutupi suasana sedih, "Bisa aja si Ibu, saya nitip salam ke Bang Wildan ya bu tadi saya liat kayaknya dia udah ke kampus duluan" Tambah Husein.

"Iya iya ntar ibu salamin ke semua abang abang mu deh! Sini Ibu peluk dulu!" Ucap Bu Nyoman sambil meraih tubuh Husein.

Pelukan itu terasa hangat, keduanya sangat akrab bak ibu dan anak. Bu Nyoman sering kali memberi Husein makanan sekaligus wejangan motivasi agar Husein mau pulang dan semangat bersekolah lagi.

Tepukan kecil di punggung membuat Husein teringat saat minggu pertama ia menempati kamar kos nya dan bertemu dengan Bu Nyoman.

"Sering-sering main ya kesini, kalo udah jadi pemain sepak bola terkenal jangan sombong! Ibu nanti mau pasang banner depan gerbang ada wajah kamu nya" Kata Bu Nyoman sambil terkekeh.

###

Malam itu seluruh anggota Wolves berkumpul di basecamp seperti biasa, ada yang sedang mengerjakan tugas, bermain catur, dan bermain game online bersama. Geng berisikan hampir puluhan anak ini sehari-hari nya berkumpul bukan untuk menyusun strategi, mereka bukanlah geng motor yang kesana-kemari mencari musuh dan membuat gaduh, melainkan berkumpul bertemu dan berbincang merupakan hal nomor satu.

Dari kejauhan terdengar suara knalpot kencang yang memiliki ciri khas nya sendiri, berhenti tepat di depan basecamp dan lanjutkan dengan langkah nya memasuki area basecamp. Mata seluruh anggota mengarah ke arah pintu masuk, mereka tahu siapa yang datang.

Husein Ralendra, pemimpin Wolves yang sudah hampir tiga minggu lebih memilih tak menemui anggota nya usai adu mulut bersama sahabat karib nya, Marteen. Semua mata terkejut melihat kedatangan pemimpin nya yang terakhir kali mereka lihat saat dipemakaman Papa Husein.

Tangan Husein bergerak mengajak tos bersama satu-persatu anggota Wolves. Kebingungan dan suasana canggung mulai terjadi,

"Gue Husein disini mau ngucapin minta maaf ke kalian yang udah gue anggep sebagai keluarga kedua. Minta maaf banget gue udah ninggalin kalian selama itu tanpa mikirin gimana nasib Wolves." Tutur Husein dihadapan semua anggota Wolves.

Husein melangkah menghampiri Marteen yang berdiri di paling tengah,

"Gak lupa juga gue ngucapin maaf ke lo karena gue udah keterlaluan kemaren. Tapi pipi lo aman kan?" Tambah Husein tertuju pada Marteen.

Marteen terkekeh, "Pipi sih aman, bibir gue robek gila!" Jawab Marteen yang bergurau.

Tawa kecil itu muncul dari bibir Marteen yang dengan spontan memeluk sahabat karib nya itu yang sudah lama tak mengajaknya berbicara, pelukan ala gentleman sangat terlihat di antara kedua nya.

"Gue curiga lo berdua homo deh" Sahut Jifran.

Levi disebelahnya pun ikut menyimak, "Kek bini yang baru ketemu laki nya abis perang belasan tahun" Imbuh Levi.

Jedran hanya menatap sinis dari baris paling kanan. Mata Husein beralih kepada sahabat yang satu nya itu, orang yang terakhir kali beradu mulut dengan nya dan berhasil membuatnya berubah pikiran.

Pelukan spontan dari Husein untuk Jedran pun dilihat oleh seluruh anggota Wolves,

"Lo yang terbaik, Makasih lo udah mau bantu gue. Sorry juga buat waktu itu." Kata Husein berharap Jedran memaafkannya.

Jedran membalas pelukan Husein, "Gue juga sorry ke lo waktu itu kebawa emosi, Gue seneng lo bisa balik ke Wolves" Ucapnya.

"Nah sebagai permintaan maaf gue, Gue traktir pizza pada mau kagak? Kemaren duit turnamen abis cair nih" Ujar Husein.

Seluruh anggota Wolves bertepuk tangan dengan meriah merayakan kedatangan pemimpin nya sekaligus merayakan pizza gratis.

Tak berselang lama tiba-tiba Hyrtha datang dari pintu masuk dengan badan sempoyongan dan wajah yang sudah penuh dengan lebam. Usai Jifran dan Levi yang dikeroyok tiga minggu lalu, Hyrtha menjadi korban sesi kedua.

Kakinya bergetar hebat saat jalan mencoba menghampiri Husein, memegangi perutnya yang nampak seperti kesakitan akibat dihantami berkali-kali. Anggota Wolves lain segera membantu memapah Hyrtha agar dapat duduk beristirahat di sofa. Husein menghampiri nya,

"Siapa?" Tanya Husein dengan serius.

Hyrtha sambil meringis menahan luka di wajah nya, "Locapone! Shandimas nantangin lo, bang. Nyokap nya kritis abis denger kabar duka dari bokap lo!" Kata Hyrtha.

Husein melemparkan botol kaleng soda yang ia pegang ke arah lantai.

"Anjing Shandimas!" Teriak Husein.

Keadaan basecamp yang tadinya haru berubah menjadi emosi kalang kabut. Levi terus-terusan memasang wajah khawatir pada raut muka nya seperti ada yang ditahan-tahan.

"Marteen, Jedran, Levi, Lo ikut gue ke basecamp Locapone sekarang! Yang lain jaga basecamp sambil tolong bantuin Hyrtha." Perintah Husein dengan tegas.

Husein, Marteen, Jedran, dan Levi bergegas meninggalkan basecamp menunggangi masing masing motornya yang terparkir sejajar di depan basecamp.

"Ya elah baru aja seneng bakalan di traktir pizza sama bang Husein" Celoteh Yesa yang duduk di samping sofa.

Charris membungkam mulutnya dengan tisu, "Mulut lu tuh ya! Liat tuh sahabat lo kena musibah malah mikirin pizza".

Yesa berdiri berjalan ke arah belakang mencari kotak P3K yang tersedia dengan lengkap. Setelah itu, menghampiri Hyrtha yang terlentang diatas sofa sambil meringis kesakitan.

"Elo sih! Dari minggu-minggu kemaren bang Husein kan bilang jangan ada yang keluar sendirian disekitar Menteng. Tau rasa kan lu!" Oceh Yesa pada sahabatnya.

.

.

.

.

.

HALO HALOOO GIMANA PART KALI INI?

HAVE A NICE DAY YA KALIAN <3<3

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang